Peluang Usaha
Jumat, 27 Januari 2012 | 14:45 oleh Muhammad Yazid
BUDIDAYA MANGGIS SABURAI
Manggis saburai labanya amat manis (1)
Provinsi Lampung kini telah menjadi salah satu penghasil manggis saburai. Tanaman buah hortikultura nan manis dipusatkan di Kabupaten Tanggamus dengan luas lahan 172 hektare (ha). Sekitar 300 warga menjadi pembudidaya buah yang juga dikenal sebagai buahnya para dewa.
Saat ini, manggis saburai telah mendapatkan sertifikasi prima 3 untuk pengelolaan mutu buah yang dikeluarkan Otoritas Kompetensi Ketahanan Pangan Daerah (OKKPD). Artinya, buah ini sudah layak untuk diekspor.
Salah satu pembudidaya manggis saburai adalah Zubaidi. Pria asal Kecamatan Kotaagung Timur, Tanggamus, Provinsi Lampung, ini mengelola perkebunan manggis seluas 1 hektare (ha), di kebun miliknya. Di sana, terdapat sekitar 100 pohon manggis yang sebagian besar berumur di atas 30 tahun. "Tapi ada yang muda, sekitar tujuh tahun," ujar pria kelahiran 1960 itu.
Menurutnya, buah hasil produksi yang dihasilkan pohon manggis tergantung usia pohon, besar kecilnya batang pohon, serta musim. Umumnya, pohon dengan usia muda dapat memproduksi manggis saburai sebanyak 30 kilogram (kg) per pohon. Adapun pohon berusia di atas 25 tahun mampu memproduksi buah hingga 1 kuintal buah.
Zubaidi menuturkan, manggis adalah pohon musiman. Biasanya, masa panen jatuh pada bulan Juli saban panen. Ketika panen tiba, buah manggis Zubaidi bisa mencapai 4 ton. "Tahun 2011 lalu, musim kemarau sangat panjang, sehingga saya dapat menghasilkan hingga 5 ton manggis," ujarnya. Musim kemarau adalah masa terbaik bagi manggis untuk berbuah.
Setelah panen, petani buah manggis saburai menjual kepada pengepul atau koperasi setempat dengan harga sekitar Rp 4.200 hingga Rp 5.000 per kg. Dari hasil menjual manggis pada panen raya tahun lalu, Zubaidi bisa mendapatkan omzet Rp 100 juta dengan laba bersih mencapai Rp 20 juta. "Itu sudah dipotong untuk pengeluaran, biaya jasa pemetikan, pupuk, dan perawatan pohon," ujar dia.
Joko Prabowo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian Kabupaten Tanggamus mengatakan, bukan saja buah manggis yang bisa dijual petani, mereka sejatinya bisa menjual bibit manggis. Harganya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per batang. Harga tergantung jumlah daun yang telah tumbuh pada batang bibitnya. "Biasanya kalau batang daunnya ada empat buah, harganya sekitar Rp 30.000," ungkapnya.
Joko bilang, buah manggis merupakan perkebunan buah dengan investasi jangka panjang. Petani baru dapat memetik hasil produksinya setelah bibit yang ditanam melewati usia sekitar enam tahun. Makanya, pembudidaya manggis menunggu masa buah dengan bercocok tanam padi. "Baru setelah enam tahun, mereka bisa memetik hasilnya," ujar dia.
Beda manggis biasa dan saburai dengan manggis tampak dari warna kulitnya. Jika manggis kebanyakan berwarna keunguan, manggis saburai cenderung cokelat. Rasanya pun khas, yaitu rasa manis masam dengan daging yang tebal.
Senin, 30 Januari 2012 | 13:49 oleh Muhammad Yazid
BUDIDAYA MANGGIS SABURAI
Manggis saburai melenggang ke pasar ekspor (2)
Budidaya manggis saburai di Kecamatan Kotaagung Timur, Tanggamus, Provinsi Lampung sejatinya telah dilakukan para petani sejak tahun 2000 silam. Namun baru menjadi perhatian pemerintah daerah setempat pada 2008. Sejak saat itulah, Kabupaten Tanggamus dijadikan sentra budidaya manggis saburai.
Tak sulit membudidayakan manggis jenis ini. Bisa menggunakan benih atau penyetekan. Pada awal penanaman, benih manggis harus disemai di pot. Usahakan tak terkena sinar matahari secara langsung. "Tanaman ini hanya bisa ditanam pada ketinggian tanah 0-800 meter di atas permukaan laut," ujar Joko Prabowo, Kepala Unit Pelaksana Teknis Pertanian Tanggamus.
Setelah bibit berusia tiga tahun, penanaman pohon dilakukan dengan jarak antar tanaman 10 meter. Gali lubang sedalam 50 cm lalu dan diamkan selama dua minggu. Selanjutnya masukkan bibit dan tutup dengan tanah yang sudah diberi pupuk organik. Pemberian pupuk tersebut tergantung dengan tingkat kesuburan tanah di sana.
Zubaidi, pembudidaya manggis saburai asal Tanggamus bilang, pemupukan kembali dilakukan setelah satu bulan pasca penanaman. Selanjutnya, pemberian pupuk dilakukan enam bulan sekali. "Sebaiknya tanam ketika musim hujan. Sebab bibit usia tiga tahun rentan penyakit," katanya.
Jika pohon sudah berbuah, pembudidaya juga harus waspada dengan serangan tupai yang suka memakan buah manggis. "Jelang panen, para petani di Lampung biasanya berjaga-jaga di areal lahan manggis," tutur Zubaidi.
Pada awal-awal panen, buah yang dihasilkan setiap pohon manggis tidak terlalu banyak. Pada usia tujuh tahun, satu pohon manggis saburai hanya menghasilkan 30 kilogram buah. Namun, jika pohon sudah berumur di atas 30 tahun, jumlah buah yang dihasilkan lebih dari 1 kuintal sekali panen.
Menurutnya, ciri khas manggis saburai yang telah masak bisa dilihat dari perubahan warna, dari hijau menjadi kuning kecokelat-cokelatan. Adapun perbedaan manggis saburai dengan manggis lain, terletak pada diameter manggis saburai yang bisa mencapai 6 centimeter (cm) dan memiliki kulit tebal. Dus, manggis saburai cocok untuk ekspor karena tidak mudah rusak.
Makanya, harga bibit berusia tiga tahun cukup mahal, berkisar Rp 10.000-Rp 30.000 per batang dengan tinggi 50 cm - 70 cm. Karena menggiurkan, saat ini sekitar 300 kepala keluarga di Kotaagung, tidak lagi menggantungkan pendapatan dari menanam padi. "Sekarang mereka bisa menjual bibit dan juga buah manggis saburai. Permintaan datang dari Kalimantan dan ekspor," kata Zubaidi.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/manggis-saburai-labanya-amat-manis-1
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/manggis-saburai-melenggang-ke-pasar-ekspor-2
No comments:
Post a Comment