Views :199 Times |
Jumat, 20 Januari 2012 09:12 |
Toko berfungsi sebagai tempat menjual barang dagangan Anda. Sehingga desain toko perlu diperhatikan agar dapat menarik minat pembeli untuk masuk ke dalam toko dan kemudian membeli barang atau jasa yang disediakan. Ada sebuah cerita tentang seorang pengusaha warteg. Warung ini awalnya sukses, banyak orang datang ke sana walaupun warungnya terbilang jorok untuk ukuran kantin standar. Sembari makan di bangku panjang, orang bisa langsung mengambil lauk yang diinginkan. Pemandangan waktu makan hanya terarah ke dapur yang jauh dari kesan bersih. Karena usahanya semakin maju dan banyak pelanggan yang datang, konon pengusaha itu ingin meningkatkan kualitas warungnya dengan memperbaiki desain interiornya. Maksudnya baik, supaya warungnya lebih bersih, makanan tertata baik, dan pengunjung dapat makan dengan lebih nyaman. Namun apa yang terjadi? Ketika warteg dengan desain interior yang baru dan bersih itu sudah siap melayani, para pelanggan yang lama justru tidak mau datang alias menghilang. Mereka merasa tidak nyaman dan “tidak pantas” masuk “restoran”. Lalu apa pelajaran apa yang bisa ditarik dari kasus ini? 1. Desain toko atau showroom adalah bagian dari strategi marketing Anda perlu mendefinisikan lebih dulu konsumen yang menjadi sasaran Anda. Apa kesukaannya, serta status sosial-ekonominya. Desain toko yang baik adalah desain yang sesuai dengan kondisi konsumen. 2. Secara tidak langsung, desain toko berfungsi sebagai “logo” perusahaan Desain toko membawa ciri atau karakter tertentu. Para pengunjung warteg mengasosiasikan warteg dengan interior warung yang sesuai dengan keadaan mereka. Kalau mau menggunakan contoh yang lebih tinggi kelasnya, Anda bisa melihat Time Zone, Gramedia, atau McDonald. Mendesain toko bukanlah perkara mudah. Karakter toko harus terjabarkan lewat desainnya. Jangan sampai desain interiornya tidak sesuai dengan kondisi atau target pelanggannya. Beberapa toko batik di Malioboro, Yogyakarta, membagi konsumen mereka dalam dua kelas. Yaitu mereka yang mencari batik murah untuk oleh-oleh atau dipakai sendiri, dan mereka yang mencari batik berkualitas seharga Rp 1 juta atau lebih. Pemilik toko mensiasatinya dengan interior berbeda. Lantai 1 ditata seperti layaknya toko pakaian produk massal, dengan gang yang penuh dan sempit. Sementara lantai 2 ditata seperti butik, dengan ruang yang lega, dilengkapi dengan meja-kursi seperti ruang tamu, serta cermin besar di beberapa sudut. Produk batiknya pun ditaruh di etalase kaca dan lemari kayu jati. Toko sepatu di Jalan Pajajaran Bogor menerapkan kiat yang lain. Ada sebuah toko yang mempunyai dua gerai berbeda di jalan yang sama. Satu toko untuk membidik konsumen kalangan menengah bawah, dan satu lagi untuk membidik konsumen kalangan menengah atas. Kalau Anda perhatikan, desain interior kedua toko itu juga berbeda. Namun ada kesamaannya juga, yaitu karakter. Perbedaan dan persamaan itu sulit didefinisikan tapi akan terasa jika Anda masuk ke dalamnya. Dari segi keuangan, dana untuk mendesain toko juga berbeda. Desain toko akan mengeluarkan biaya yang besar, sehingga pengusaha cenderung “pelit” atau menekan biaya seminimal mungkin. Pandangan semacam ini mempengaruhi cara orang dalam menentukan besaran dana untuk mengelola interior toko. Namun perlu diingat, desain interior toko harus dapat berfungsi sebagai daya tarik, yaitu media yang meunjukkan bahwa usaha Anda unik. Kalau Anda dapat menerapkan fungsi desain interior toko dengan baik sesuai karakter usaha, niscaya toko Anda akan lebih dilirik dibanding pesaing Anda. (*/dari berbagai sumber) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/175-penjualan-dan-pemasaran/14469-pentingnya-mengelola-desain-toko.html
No comments:
Post a Comment