Tuesday, January 3, 2012

PELUANG BISNIS GERAI PONSEL

Peluang Usaha

 
Selasa, 03 Januari 2012 | 12:40  oleh Avanty Nurdiana, Ayu Utami Larasati
PELUANG BISNIS GERAI PONSEL
Melongok peluang membuka gerai ponsel kelas ruko

Bisnis toko ponsel seolah tak pernah surut. Karena harga makin murah, orang gemar berganti ponsel. Margin penjualan ponsel baru memang kecil, tapi Anda bisa menggabungkan dengan bisnis aksesori atau jasa perbaikan ponsel.

Bisnis telepon seluler (ponsel) di Indonesia mirip usaha makanan, tak pernah ada matinya. Layanan operator seluler yang semakin beragam dengan menawarkan tarif yang kian murah membuat bisnis penjualan ponsel ikut terdongkrak. Apalagi, harga ponsel juga kian murah, khususnya produk buatan China dengan fitur standar.

Produsen ponsel juga melihat potensi pasar yang begitu besar ini. Ingat apa yang terjadi saat peluncuran BlackBerry Bellagio di Pacific Place bulan lalu?

Ribuan orang mengantre untuk mendapatkan ponsel pintar terbaru dengan harga setengah lebih murah. Pusat ponsel di mal juga tidak pernah sepi pengunjung.

Tapi, peluang di bisnis penjualan ponsel ini tak cuma ada di pusat penjualan ponsel seperti di Roxy Mas, Mal Ambassador, atau Cempaka Mas. Di daerah pinggiran, usaha toko ponsel kelas ruko juga menjanjikan. Jonny, pemilik Sinar Celular di Ciputat mengaku ikut mendapatkan untung selama lima tahun terakhir. Rochman, pemilik toko ponsel di Surabaya yang telah menjalani bisnis ini selama enam tahun melihat peluang masih terbuka lebar.

Menurut mereka, menjual ponsel hampir sama dengan menjual makanan. Anda harus jeli mengetahui selera konsumen yang Anda bidik. Sebab, ini juga akan menentukan jenis ponsel seperti apa yang ingin Anda jual.

Kalangan menengah atas akan lebih memilih ponsel pintar atau ponsel canggih seri terbaru. Sebaliknya, kalangan menengah ke bawah akan lebih memilih membeli ponsel dengan harga jual lebih murah. Mereka tidak terlalu memusingkan fitur canggih, yang penting fungsi dasar ada.


• Mencari distributor

Setelah menentukan pasar yang Anda bidik, hal lain yang harus Anda lakukan adalah mencari pemasok ponsel. Anda bisa mencari referensi dari penjual ponsel yang sudah ada sebelum memilih distributor alias pemasok ponsel.

Jika tidak ada referensi, Anda bisa mendatangi distributor atau subdistributor merek ponsel yang biasanya ada di pusat penjualan ponsel besar seperti Roxy Mas atau Cempaka Mas. Berbeda dari pedagang biasa, biasanya mereka punya pusat penjualan untuk distributor dan melayani pesanan dalam partai besar dengan harga khusus.

Berdasarkan pengalaman Rochman, distributor biasanya mewajibkan penjual ponsel pendatang baru membeli dengan jumlah tertentu. “Dulu, saya harus beli minimal 20 unit, bisa dalam berbagai tipe,” kata dia. Jika, jika reputasi sudah diakui distributor, Anda bisa saja belanja ponsel dengan jumlah lebih sedikit. Kini Rochman mengaku, tak masalah kalau cuma membeli lima unit.

Jack, pemilik Siverphone di Ciputat juga menuturkan, di awal membuka toko, distributor ponsel langganannya di ITC Roxy Mas meminta membeli minimal 10 unit per tipe. Tapi, sekarang, lantaran saling percaya, dia tetap dilayani meski hanya membeli satu unit per tipe.

Jonny bilang, jika sudah mendapatkan kepercayaan dari distributor, Anda bahkan tidak perlu membayar di depan. “Saya diberi waktu hingga dua minggu untuk membayar,” kata dia. Setiap minggu, dia bisa menjual 20 unit ponsel merek China.



• Pendapatan dan Biaya Operasional

Keuntungan menjual ponsel baru memang tidak besar. Rochman misalnya, saat berhasil menjual ponsel pintar (smart phone) di atas harga Rp 1,5 juta, hanya mengutip margin maksimal sebesar Rp 200.000 per unit. Margin penjualan ponsel dengan harga di bawah Rp 1 juta lebih tipis lagi.

Karena itu, selain pemasukan dari penjualan ponsel baru, Anda juga perlu menjual ponsel seken. Nah, menurut Rochman, pemasukan dari penjualan ponsel seken justru lebih gede. Margin satu ponsel bisa antara Rp 200.000 - Rp 400.000, bahkan jika mujur bisa lebih. “Saat saya beli dari orang, harganya di bawah harga pasar. Tapi, kita jualnya di harga pasar,” jelasnya.

Pemasukan lain yang tak kalah besar adalah penjualan aksesori. “Untungnya bisa 400% dari harga beli awal,” tutur Rochman. Hanya dengan bermodal Rp 5 juta, ia bisa mendapatkan banyak aksesori ponsel. Anda harus jeli melihat aksesori yang paling dicari agar barang segera terjual, misalnya tali gantungan, stiker, jaket ponsel, dan semacamnya.

Jasa perbaikan juga bisa menjadi pemasukan lumayan. Rata-rata tarif reparasi antara Rp 50.000 - Rp 100.000 per produk. Tapi, Anda harus yakin punya kemampuan memperbaiki. Jika tidak, jasa ini bisa menjadi bumerang lantaran pelanggan bisa menganggap Anda pembohong.

Jack dan Jonny mengaku mendapat total margin kotor dari seluruh dagangannya sekitar 30% dari total omzet. Tiap bulan, rata-rata mereka meraup omzet sekitar Rp 35 juta.

Pendapatan kotor itu belum dikurangi pengeluaran rutin, seperti gaji karyawan, sewa tempat jika memang harus dibayar setiap bulan, listrik, telepon, dan operasional lain.



• Modal awal

Modal awal terbesar yang dibutuhkan untuk membuka bisnis ini adalah sewa tempat usaha dan belanja barang. Ada juga pengeluaran lain yang relatif, seperti renovasi tempat dan persiapan interior. Rochman menyarankan, jika baru memulai bisnis, sebaiknya tidak membeli ruko, melainkan menyewanya. Alasannya, modal dan risikonya jauh lebih kecil. “Tarif sewa ruko ukuran sedang bisa mulai Rp 28 juta - Rp 50 juta per tahun,” tuturnya.

Anda sebaiknya juga memilih ruko dengan sistem keamanan bagus. “Kalau menjual smartphone yang harganya cukup mahal, kemungkinan kemalingan cukup besar,” ujar dia. Kalau perlu, Anda bisa membayar satpam untuk berjaga malam.

Kebutuhan dana untuk mengisi stok barang memang relatif. Tapi, agar cepat laku, Anda harus cermat memilih produk yang cocok dengan target pasar di sekitar lokasi Anda berjualan. Begitu juga dengan pemilihan aksesori.



• Karyawan

Jumlah karyawan yang dipekerjakan untuk bisnis ini tidak harus banyak. Di awal bisnis, Anda cukup mempekerjakan dua hingga tiga orang. Sistem pembayarannya bisa bulanan. “Biasanya, gaji sedikit di bawah upah minimum regional (UMR),” kata Rochman.

Untuk jasa perbaikan, bisa saja Anda mempekerjakan orang. Tapi, demi menghemat pengeluaran, Anda bisa belajar ilmunya. Sebab, biasanya kerusakan hanya sepele. Jika kebanyakan kerusakan terlalu parah, Anda bisa mengalihkan perbaikan ke jasa khusus perbaikan yang lebih kompeten.



• Menggaet pasar

Gerai ponsel cukup banyak. Untuk bertahan, Anda perlu strategi pemasaran untuk menarik pelanggan. Jonny misalnya, memberikan hadiah seperti gratis satu ponsel jika membeli lima ponsel buatan China. Dia juga royal memberi hadiah berupa payung, gelas, dan stoples untuk setiap pembelian ponsel merek tertentu.

Rochman juga mencoba menarik pelanggan dengan menjadi anggota milis atau komunitas pengguna gadget. Sembari bertukar informasi soal ponsel terbaru, ia juga menjual ponsel. Alhasil, pelanggannya bisa datang dari luar kota.

Jika Anda sudah punya pelanggan luas, masa balik modal bisnis ini bisa cepat. Dengan asumsi modal awal belanja, tidak termasuk sewa tempat, sekitar Rp 50 juta, bisnis ini bisa balik modal dalam tujuh bulan. Syaratnya, omzet per bulan sebesar Rp 20 juta - Rp 25 juta.

Kuncinya adalah Anda harus menemukan formula tepat untuk membidik target pasar dengan pemilihan produk yang tepat dan disokong oleh strategi promosi yang menarik.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/86618/Melongok-peluang-membuka-gerai-ponsel-kelas-ruko-

No comments:

Post a Comment