Monday, January 2, 2012

PELUANG BISNIS SARUNG TANGAN GOLF

Peluang Usaha

 
Senin, 02 Januari 2012 | 16:35  oleh Ragil Nugroho, Fahriyadi
PELUANG BISNIS SARUNG TANGAN GOLF
Omzet sarung tangan golf tetap menawan, meski pasokan bahan baku seret

Olah raga golf dikenal sebagai olah raga prestise karena banyak disenangi oleh kalangan atas yang berkantong tebal. Maklum olah raga ini butuh modal besar. Selain biaya untuk sewa tempat bermain, olah raga ini butuh peralatan yang juga tak murah.

Selain stik dan bola golf, permainan golf juga butuh sarung tangan. Tentu jangan menyamakan sarung tangan golf dengan sarung tangan pada umumnya. Sarung tangan golf ini di desain dengan kemampuan cengkeram lebih kuat. Bahkan, sarung tangan golf punya standar tertentu jika digunakan untuk pertandingan.

Peluang memproduksi sarung tangan golf inilah yang dilirik Handonowarih, pemilik Sekar Wijaya Glove di Jakarta. Ia sudah memproduksi sarung tangan golf sejak 2005 lalu.

Pria berusia 47 tahun ini melayani permintaan sarung tangan golf untuk kebutuhan pasar ritel maupun pembelian skala grosir dari toko-toko olah raga. "Permintaan tidak hanya datang dari kota-kota di Jawa saja, tapi hampir merata dari seluruh kota besar di Indonesia," terang Handono.

Saban bulan, Handono bisa menjual 3.000 pasang sarung tangan golf yang terbuat dari kulit ataupun yang terbuat dari bahan kulit sintesis. Soal harga, Handono membanderolnya mulai Rp 15.000 sampai Rp 40.000 per pasang.

Walaupun hanya melayani permintaan dalam negeri, Handono mampu mencetak omzet Rp 100 juta per bulan. Ia bilang, penjualan tertinggi biasanya datang pada Januari sampai Maret. "Pada masa itu cuaca lagi baik, sehingga banyak yang menggelar turnamen golf," terang Handono.

Walaupun bisnisnya terbilang lancar, Handono mengaku punya kendala ketersediaan bahan baku. Ia bilang, pasokan bahan baku kulit domba yang tersendat membuat harga kulit sering melambung. Sementara harga kulit impor juga fluktuatif karena harga mengikuti kurs dolar.

Dampak kenaikan harga bahan baku tentu mempengaruhi bisnis ini. Jika harga bahan baku melejit, Handono harus rela mengurangi margin labanya. "Kalau saya naikkan harga jual, langganan bisa pergi," terang Handono. Itulah sebabnya, ia hanya mengutip laba paling tinggi 30% dari omzet.

Selain Handono, ada Andini Juwarno, pembuat sarung tangan golf di Jakarta. Pemilik Key Art Shop itu mulai memproduksi sarung tangan golf sejak 2007. Saat ini, dengan dibantu lima karyawan, Andini sudah mampu membawa pulang omzet Rp 50 juta per bulan. "Dulu awal-awal usaha omzet saya hanya Rp 15 juta per bulan," kata Andini.

Sarung tangan golf yang diproduksi oleh milik Andini itu dijual mulai dari harga Rp 20.000 sampai Rp 35.000 per pasang. Berbeda dengan Handono, Andini lebih banyak memasarkan sarung tangan golf itu untuk kebutuhan klub golf. Selain itu ia juga memasarkannya untuk karyawan di perusahaan swasta, terutama yang punya klub golf. "Kebanyakan konsumen saya berada di Jabodetabek," ungkap Andini.

Andini menjelaskan, permainan golf tidak lagi didominasi kalangan kelas atas saja. Banyak pebisnis muda dan juga eksekutif muda mulai terjun ke olah raga ini. "Tapi olah raga golf ini masih segmented, " ujar Andini.

Namun untuk bahan baku Andini tak lagi mengandalkan pasokan kulit dari domba lokal. Ia mengaku lebih banyak menggunakan bahan baku kulit domba impor karena kualitasnya yang terjaga.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/86554/Omzet-sarung-tangan-golf-tetap-menawan-meski-pasokan-bahan-baku-seret-

No comments:

Post a Comment