Wednesday, October 31, 2012

Membangun Mentalitas Pemenang

KIAT MANAJEMEN

Compact_mental-juara --- Tri Ramadi membagi mental karyawan ini menjadi tiga kelompok; looser, survival, winner--

Dalam berbisnis, angka menjadi mantra paling mudah untuk melihat kinerja perusahaan secara keseluruhan. Dengan angka kisah sukses masa lalu dan proyeksi masa depan perusahaan akan mudah  dianalisis untuk kemudian diambil kesimpulan: perusahaan bersangkutan sehat atau justru sebaliknya.

Angka pula yang mampu menjawab apakah pemimpin perusahaan bersangkutan memiliki kapasitas kepemimpinan yang mumpuni sehingga ia mampu mendongkrak pencapaian perusahaan. PT Alam Sutera Realty, Tbk  merupakan perusahaan pengembang yang berdiri pada 3 November 1993.

Alhasil pada November tahun ini, Alam Sutera akan berusia 19 tahun. Sebuah usia yang terbilang matang untuk konteks bisnis properti di Indonesia. Awal mula Alam Sutera hanya anak usaha kecil dari perusahaan induknya, Argo Manunggal.

Sebagai perusahaan tekstil ternama di Indonesia yang sudah puluhan tahun beroperasi dan produknya tersebar dihampir empat penjuru mata angin, Argo Manunggal layak disebut konglomerat tekstil terbesar di Indonesia. Sementara Alam Sutera yang mula pertama hanya pengembang kecil di Serpong, tak ubahnya mainan pemilik Argo Manunggal.

Itu dulu. Sekarang berbalik 180 derajat. Alam Sutera menjadi lumbung uang bagi Argo Manunggal. Pencapaian spektakuler Alam Sutera dalam lima tahun terakhir tak ayal sudah mendekati induknya. Lima tahun lalu kinerja Alam Sutera tidak beranjak dari angka Rp150 miliar per tahun.

Namun, tahun ini (hingga Desember 2012) proyeksi pencapaian Alam Sutera akan menembus angka Rp3,5 triliun. Sebuah lompatan raksasa nan menawan yang buntutnya Alam Sutera mendapat Top Performing Listed Companies 2012 untuk emiten dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp10 triliun. Sepenggal angka ini yang menunjukkan betapa fantastisnya pertumbuhan bisnis Alam Sutera.

Lompatan raksasa selalu dikawal oleh pemimpin “raksasa.” Beruntung Alam Sutera memilih pemimpin yang memiliki visi raksasa. Sang pemimpin adalah Tri Ramadi. Alkisah pemilik Argo Manunggal akhir 2006 memilih pemimpin baru untuk mengawal Alam Sutera. Dipilihlah Tri Ramadi. Waktu itu usia Tri Ramadi baru 36 tahun dengan latar belakang sebagai profesional bidang keuangan.

Dalam usia yang terbilang muda plus miskin pengalaman dalam bidang properti, pertanyaan mayoritas karyawan Alam Sutera tunggal, “Mampukah Tri Ramadi membawa Alam Sutera menjadi pengembang properti papan atas?” Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Lokasi utama Alam Sutera dikawasan Serpong sudah dikepung oleh pengembang lain yang memiliki besaran bisnis properti yang maha besar. Dua pengembang paling menonjol adalah Summarecon dan Sinar Mas Land.

Ternyata pilihan manajemen Argo Manunggal tidak salah. Gabungan antara jiwa muda yang menyukai tantangan dan latar belakang keuangan yang selalu berpikir sistematis membuat gaya kepemimpinan Tri Ramadi bertindak cepat tetapi dengan perhitungan yang tepat. Kecepatan dan ketepatan ini yang membuat seluruh karyawan Alam Sutera bersama-sama melakukan lompatan raksasa sehingga menghasilkan kinerja yang luar biasa.

“Saya hanya menggugah karyawan untuk memiliki mental pemenang,” demikian ucapan pendek Tri Ramadi tentang konsep kepemimpinan yang dijalankan.

Langkah awal
Mental, tidak ayal merupakan langkah awal untuk bertindak. Tri Ramadi membagi mental karyawan ini menjadi tiga kelompok; looser, survival, winner. Mental kalah sudah pasti akan membawa akibat pada kalahnya karyawan dalam bersaing untuk berbagai bidang. Mental survival hanya akan memberikan karyawan berkinerja biasa. Sementara mental pemenang yang memberi spirit karyawan untuk siap bertarung membawa diri pribadi dan organisasinya mencapai kinerja optimal.

Pemikiran Tri Ramadi ini selaras dengan konsep brilian karya Paul G. Stoltz tentang kecerdasan daya tahan (adversity quotient). Berbasis pada karya Paul G. Stoltz, kesuksesan seseorang meriah apa yang menjadi cita-citanya tak lain berapa besar kecerdasan daya tahannya. Sebagai seorang pendaki gunung, ia mengibaratkan seseorang berkarir seperti melakukan pendakian gunung. Semua bersemangat ketika menuju gunung.

Namun ketika sudah sampai di lereng gunung, tiba-tiba ada yang langsung menyerah begitu melihat tingginya puncak gunung. Tipe orang menyerah ini oleh Paul G. Stoltz disebut Quitters. Ia memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur teratur, dan berhenti berusaha, meninggalkan impian dan cita-citanya.

Sebagian lagi tetap mendaki gunung. Namun ketika sudah sampai tengah-tengah gunung dan menghirup udara segar  kemudian memandang dengan takjub pemandangan indah di sekeliling gunung, ia mendirikan kemah di situ. Ia tidak ingin melanjutkan pendakian sampai puncak. Inilah tipe manusia dinamakan Campers. Seseorang yang menerima tantangan untuk melakukan pendakian namun pada titik tertentu ia memilih berkemah, mulai menghindari kesulitan, dan menghabiskan sisa usianya menikmati “sukses”.

Sebagian kecil lainnya memilih tetap untuk mendaki hingga sampai puncak gunung. Ia berhasil menaklukkan gunung. Oleh Paul G. Stoltz, manusia tipe ini disebut Climbers yakni orang yang tetap mendaki dan terus mendaki. Umur, cacat fisik atau mental dan hambatan lainnya terus dihadapi sampai ujung usia.

Berbasis pada pendekatan Paul G. Stoltz ini, tugas dari Tri Ramadi sebagai pemimpin adalah mendorong karyawannya untuk memiliki mental pemenang sehingga ia menjadi pendaki-pendaki tangguh yang berusaha menaklukkan “gunung-gunung” yang menjadi tantangannya.

Untuk konteks Alam Sutera tentu gunung itu tak lain menjadikan Alam Sutera yang sesuai dengan visinya menjadi pengembang properti nasional terkemuka dengan mengutamakan peningkatan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.

Membangun mentalitas pemenang dan menjadi climbers bagi karyawan tentu dimulai oleh pemimpin tertingginya. Apa yang dilakukan oleh Tri Ramadi agar ia mampu menjadi pemimpin dengan mentalitas pemenang? Ada dua tindakan yang dijalankan dan kemudian menjadi prinsipnya.

Pertama belajar tanpa henti. Ia mendisiplinkan diri sendiri dan juga kemudian ditularkan kepada seluruh karyawannya agar 20% dari waktu yang dimiliki digunakan untuk belajar. Dengan belajar akan memberi ketajaman dalam berselancar menghadapi bisnis yang terus bergerak dan berubah.

Kedua, proaktif untuk mencari terobosan-terobosan baru yang memberi nilai tambah bagi konsumen. Dalam enam tahun kepemimpinannya, ia sudah membuat terobosan spektakuler. Sekarang komplek perumahan Alam Sutera di Serpong Tangerang menjadi sebuah kawasan terpadu yang memiliki sekolah, universitas, rumah sakit, pusat perbelanjaan, tempat ibadah, kawasan kuliner, pasar modern dan sebentar lagi hotel berbintang.

Terobosan lain yang dilakukan oleh Tri Ramadi adalah melebarkan besaran bisnis Alam Sutera dengan membangun kawasan perumahan di lokasi lain (Pasar Kemis Tangerang dan Riau), pusat bisnis dan office tower di kawasan bisnis SCBD Jakarta, serta kondominium di Bali.

Tentu ini bukan akhir dari terobosan yang dilakukan Tri Ramadi. Mari kita lihat terobosan apa lagi yang akan dilakukan Tri Ramadi bersama PT PT Alam Sutera Realty, Tbk.(msb)

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-membangun-mentalitas-pemenang

No comments:

Post a Comment