Selasa, 2 Oktober 2012 | 16:08 WIB
Agate Studio
Suasana sebuah meja di Agate Studio ketika sang programer sedang mengkreasi sebuah game
KOMPAS.com
- Penyedia jasa pembuatan game digital semakin menjamur. Maklum,
permainan jenis ini juga makin banyak peminat. Jadi tak mengherankan
bila usaha jasa kreativitas ini makin dilirik. Meski omzetnya tipis,
tapi keuntungan bisa maksimal.
Semakin banyak pemilik perangkat elektronik (gadget) semacam smartphone dan komputer tablet yang harganya semakin murah ikut mendorong industri pendukungnya. Salah satunya adalah industri pengembang konten permainan, khususnya konten permainan digital (digital games). Jenis game ini lebih banyak dijalankan di pelbagai gadget dengan beberapa sistem operasi berbeda.
Bahkan, saat ini, game digital sudah merupakan salah satu bagian penting dalam aplikasi sebuah gadget. Lihat saja, salah satu keunggulan yang sering ditawarkan oleh produsen gadget antara lain produknya bisa memutar jenis game yang membutuhkan kemampuan dan spesifikasi tertentu. Bahkan, sebagian juga menjadikan beberapa game dalam paket penjualan.
Karena itu, bisnis pembuatan game digital ini makin menarik. Salah satu pengembang game digital sekaligus koordinator Internasional Game Development Association (IGDA) Indonesia, Samuel Henry, mengatakan, prospek bisnis pembuatan game digital sangat menjanjikan.
Samuel mencatat, sedikitnya terdapat 60 studio hingga 70 studio pembuatan game yang aktif pada tahun ini. Jumlah ini meningkat hingga 100% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Di luar studio skala menengah dan besar, jumlah pengembang game skala kecil bahkan bisa mencapai ratusan.
Pembeli game digital cukup beragam, mulai perorangan, perusahaan telepon seluler seperti Samsung dan Nokia, agensi, hingga operator telekomunikasi penyedia konten game seperti XL dan Telkom. “Biasanya pembeli perorangan itu adalah broker dari luar negeri yang menjualnya lagi pada perusahaan penyedia konten game di negaranya,” kata Samuel.
Nilai penjualan sebuah konten game juga cukup tinggi. Rata-rata, game jenis ini dihargai 2.000 dollar AS hingga 5.000 dollar AS per game. Lantaran jenis game digital beragam, harganya juga bervariasi, tergantung tingkat kerumitan pembuatannya.
Game dengan aplikasi Flash yang biasa dimainkan di media sosial, misalnya, dihargai sekitar 500 dollar AS - 1.500 dollar AS. Adapun game untuk personal computer (PC) bisa dibanderol seharga 7.000 dollar AS.
Bahkan, harga game berbasis sistem operasi (Apple) iOS tertentu yang proses pembuatannya bisa mencapai 12 bulan bisa dipatok lebih dari 10.000 dollar AS. Margin keuntungan pengembang konten game digital sekitar 30% hingga 50%.
Butuh keahlian
Anda tertarik menjajal bisnis ini? Bisa saja. Asalkan Anda memiliki beberapa keahlian, jaringan, modal usaha, dan penggemar game digital. Bila Anda tidak mengantongi ijazah di bidang Teknologi Informasi (TI) atau desain grafis, ada beberapa cara untuk menguasai pembuatan game digital ini.
Samuel yang mendirikan Samuel Henry Interactive awalnya juga penggemar game digital dan menguasai komputer. Nah, untuk terjun ke pembuatan game digital, dia belajar secara otodidak. Ia menyarankan, Anda bisa menjajal latihan dengan software free download sambil membaca buku tutorial atau nonton video tutorial pembuatan game digital. Video tutorial pun dapat diunduh secara gratis di Youtube. “Hampir 70% game developer mempelajari cara pembuatan secara otodidak,” ujarnya.
Agar mahir membuat game secara otodidak, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga tiga tahun, tergantung ketekunan dan tingkat kerumitan jenis game yang dipelajari.
Bagi Anda yang tidak punya keahlian khusus, jangan berkecil hati. Pemilik rumah produksi film animasi dan game digital Kojo Anima, Andriansyah, menyebutkan, jika tidak ada keahlian di bidang TI dan desain grafis, Anda bisa merekrut tenaga di bidang tersebut.
Saat ini, sudah banyak universitas yang membuka jurusan TI dan multimedia. Alhasil, untuk mencari tenaga tidak sesulit saat merintis bisnis di tahun 2000-an. Pengusaha tidak perlu melakukan training karena kebanyakan lulusan universitas dalam negeri sudah cukup berkualitas.
Untuk merekrut mereka cukup dengan memasang iklan lowongan kerja di website komunitas gamers. Selain itu Anda juga bisa merekrut karyawan dari komunitas gamers. Paling tidak diperlukan lima tenaga ahli untuk menempati posisi programmer, game designer, game tester, dan petugas administrasi.
Gaji karyawan sekitar Rp 2 juta - Rp 5 juta, tergantung keahlian yang dimiliki. Agar biaya operasional semakin irit, Anda bisa memakai jasa mahasiswa jurusan TI sebagai pekerja magang. Biasanya, mereka belum mematok harga yang tinggi atas keahliannya.
Tips lain untuk menekan biaya gaji karyawan adalah bekerja sama dengan tenaga ahli dari luar negeri. Biaya tenaga kerja asing tersebut biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan tenaga lokal. Di beberapa negara, upah tenaga ahli bahkan jauh lebih murah ketimbang di Indonesia.
Hal itu pula yang menyebabkan pengembang konten dari negara tetangga seperti India dan Filipina berani membanting harga produk mereka. Samuel menyebutkan, gaji progammer asing itu biasanya separuh dari harga programer lokal.
Selain murah, keuntungan lain memakai tenaga kerja asing adalah mereka memiliki keahlian yang baik. Anda bisa menemukan mereka di komunitas-komunitas game digital yang biasanya informasinya bisa ditelusuri melalui mesin pencarian di internet. Untuk berkoordinasi dengan tenaga kerja asing, Anda bisa berkomunikasi secara online menggunakan program video chat seperti Yahoo, Camfrog, atau Skype.
Tapi, kendalanya adalah Anda tidak dapat memantau kerja karyawan asing tersebut secara langsung. Berbeda jika memakai orang lokal yang bekerja di studio.
Modal usaha
Pemilik Lumba Lumba Studio Fahmi Mubarak bertutur, memulai bisnis ini setidaknya membutuhkan tiga unit laptop dan sebuah Apple MacBook Pro. Agar peralatan itu bisa mendukung produksi, ia menyarankan spesifikasi standar di antaranya RAM kapasitas besar seperti Corsair Twin24096-6400 C4DHX, prosesor Intel Core i3 atau prosesor Intel Core i5 untuk pembuatan game tiga dimensi (3D). Sedangkan, untuk Apple MacBook Pro, spesifikasinya sudah standar dengan harga Rp 16 juta - Rp 19 juta per unit.
Setelah itu Anda harus melakukan pembelian program pembuatan game online. Fahmi yang lebih fokus memproduksi game berbasis iOS mengatakan, software merupakan investasi terbesar dalam bisnis pengembang game. Untuk membuat sebuah game diperlukan beberapa software, seperti software untuk programming/engine, program art/grafis, dan software sound. Harga program asli yang tersedia di pasar bisa mencapai 1.000 dollar AS - 10.000 dollar AS per komponen.
Beberapa contoh program standar yang dibutuhkan untuk membuat game adalah Adobe Design Standard CS 6 seharga Rp 13 juta, Adobe Director seharga Rp 13,6 juta, Adobe Ilustrator seharga Rp 8,9 juta, dan Adobe Indesign 6 seharga Rp 6 juta.
Selain itu, di kalangan pembuat game juga dikenal berbagai program lain seperti Unity PRO 4 seharga Rp 15 juta dan Auto Desk 3D Max seharga Rp 36 juta.
Software game ini dapat diperoleh dengan berbagai cara, mulai pembelian langsung ke distributor resmi hingga membeli secara online. Meski terdapat banyak program bajakan dengan harga lebih murah, sebaiknya Anda memprioritaskan membeli program asli. “Malu juga kalau kita presentasi ke calon pembeli tapi software kita bajakan,” imbuh Fahmi yang sudah menciptakan game Sheeps Wolves dan Monsterush, game iOS yang dibeli oleh penyedia konten iPhone yang tidak mau disebut namanya itu.
Selain software berbayar, di internet, kita dapat menemukan website yang menyediakan berbagai macam software gratis. Website tersebut antara lain PixelProspector.com dan dreamincode.net. Tidak sedikit pembuat game menilai software yang dapat diunduh gratis memiliki kualitas yang baik.
Samuel bilang, jika tidak punya modal membeli teknologi berharga mahal, Anda tetap bisa bersaing dengan mengandalkan orisinalitas konsep dan kreativitas. Hanya saja, jenis game yang bisa diproduksi dengan memanfaatkan software gratis tidak banyak. “Biasanya untuk produksi game Flash,” imbuhnya.
Selain proses pembuatannya relatif lebih mudah dan cepat, game Flash tidak butuh software dan hardware mahal. Modal yang disiapkan sekitar Rp 50 juta untuk setahun produksi. Alokasi dana terbesar digunakan untuk membeli enam unit laptop standar seharga Rp 30 juta, sisanya digunakan persiapan operasional dan usaha. Soal software, game jenis ini bisa diproduksi menggunakan berbagai program alternatif.
Fahmi mengatakan, saat ini game yang paling laris di pasaran adalah game strategi action. Game jenis ini digemari karena menantang pemain berpikir lebih keras agar memenangi permainan. “Tingkat kesulitan pembuatan game tergantung pada jenis game apakah dia dua dimensi atau tiga dimensi. Yang paling mudah jelas membuat adalah dua dimensi,” jelasnya.
Seorang gamer dan pecandu game biasanya mampu menyelesaikan satu game selama satu hingga dua bulan. Setelah bisa memenangkan permainan, tentu mereka butuh pasokan game baru. Nah, itu sebabnya, saban bulan pengembang game bisa rutin menerima order dua game Flash dari broker.
Menurut Samuel, banyak game Flash yang beredar di internet. Jadi cukup mudah memodifikasinya, lalu membuatnya dengan versi baru lagi. Market menginginkan yang baru dan unik. “Baru dan unik itu tidak harus berbeda sama sekali dengan yang sudah ada,” ujarnya berbagi kiat. (KONTAN/Surtan PH Siahaan)
Semakin banyak pemilik perangkat elektronik (gadget) semacam smartphone dan komputer tablet yang harganya semakin murah ikut mendorong industri pendukungnya. Salah satunya adalah industri pengembang konten permainan, khususnya konten permainan digital (digital games). Jenis game ini lebih banyak dijalankan di pelbagai gadget dengan beberapa sistem operasi berbeda.
Bahkan, saat ini, game digital sudah merupakan salah satu bagian penting dalam aplikasi sebuah gadget. Lihat saja, salah satu keunggulan yang sering ditawarkan oleh produsen gadget antara lain produknya bisa memutar jenis game yang membutuhkan kemampuan dan spesifikasi tertentu. Bahkan, sebagian juga menjadikan beberapa game dalam paket penjualan.
Karena itu, bisnis pembuatan game digital ini makin menarik. Salah satu pengembang game digital sekaligus koordinator Internasional Game Development Association (IGDA) Indonesia, Samuel Henry, mengatakan, prospek bisnis pembuatan game digital sangat menjanjikan.
Samuel mencatat, sedikitnya terdapat 60 studio hingga 70 studio pembuatan game yang aktif pada tahun ini. Jumlah ini meningkat hingga 100% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Di luar studio skala menengah dan besar, jumlah pengembang game skala kecil bahkan bisa mencapai ratusan.
Pembeli game digital cukup beragam, mulai perorangan, perusahaan telepon seluler seperti Samsung dan Nokia, agensi, hingga operator telekomunikasi penyedia konten game seperti XL dan Telkom. “Biasanya pembeli perorangan itu adalah broker dari luar negeri yang menjualnya lagi pada perusahaan penyedia konten game di negaranya,” kata Samuel.
Nilai penjualan sebuah konten game juga cukup tinggi. Rata-rata, game jenis ini dihargai 2.000 dollar AS hingga 5.000 dollar AS per game. Lantaran jenis game digital beragam, harganya juga bervariasi, tergantung tingkat kerumitan pembuatannya.
Game dengan aplikasi Flash yang biasa dimainkan di media sosial, misalnya, dihargai sekitar 500 dollar AS - 1.500 dollar AS. Adapun game untuk personal computer (PC) bisa dibanderol seharga 7.000 dollar AS.
Bahkan, harga game berbasis sistem operasi (Apple) iOS tertentu yang proses pembuatannya bisa mencapai 12 bulan bisa dipatok lebih dari 10.000 dollar AS. Margin keuntungan pengembang konten game digital sekitar 30% hingga 50%.
Butuh keahlian
Anda tertarik menjajal bisnis ini? Bisa saja. Asalkan Anda memiliki beberapa keahlian, jaringan, modal usaha, dan penggemar game digital. Bila Anda tidak mengantongi ijazah di bidang Teknologi Informasi (TI) atau desain grafis, ada beberapa cara untuk menguasai pembuatan game digital ini.
Samuel yang mendirikan Samuel Henry Interactive awalnya juga penggemar game digital dan menguasai komputer. Nah, untuk terjun ke pembuatan game digital, dia belajar secara otodidak. Ia menyarankan, Anda bisa menjajal latihan dengan software free download sambil membaca buku tutorial atau nonton video tutorial pembuatan game digital. Video tutorial pun dapat diunduh secara gratis di Youtube. “Hampir 70% game developer mempelajari cara pembuatan secara otodidak,” ujarnya.
Agar mahir membuat game secara otodidak, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga tiga tahun, tergantung ketekunan dan tingkat kerumitan jenis game yang dipelajari.
Bagi Anda yang tidak punya keahlian khusus, jangan berkecil hati. Pemilik rumah produksi film animasi dan game digital Kojo Anima, Andriansyah, menyebutkan, jika tidak ada keahlian di bidang TI dan desain grafis, Anda bisa merekrut tenaga di bidang tersebut.
Saat ini, sudah banyak universitas yang membuka jurusan TI dan multimedia. Alhasil, untuk mencari tenaga tidak sesulit saat merintis bisnis di tahun 2000-an. Pengusaha tidak perlu melakukan training karena kebanyakan lulusan universitas dalam negeri sudah cukup berkualitas.
Untuk merekrut mereka cukup dengan memasang iklan lowongan kerja di website komunitas gamers. Selain itu Anda juga bisa merekrut karyawan dari komunitas gamers. Paling tidak diperlukan lima tenaga ahli untuk menempati posisi programmer, game designer, game tester, dan petugas administrasi.
Gaji karyawan sekitar Rp 2 juta - Rp 5 juta, tergantung keahlian yang dimiliki. Agar biaya operasional semakin irit, Anda bisa memakai jasa mahasiswa jurusan TI sebagai pekerja magang. Biasanya, mereka belum mematok harga yang tinggi atas keahliannya.
Tips lain untuk menekan biaya gaji karyawan adalah bekerja sama dengan tenaga ahli dari luar negeri. Biaya tenaga kerja asing tersebut biasanya jauh lebih murah dibandingkan dengan tenaga lokal. Di beberapa negara, upah tenaga ahli bahkan jauh lebih murah ketimbang di Indonesia.
Hal itu pula yang menyebabkan pengembang konten dari negara tetangga seperti India dan Filipina berani membanting harga produk mereka. Samuel menyebutkan, gaji progammer asing itu biasanya separuh dari harga programer lokal.
Selain murah, keuntungan lain memakai tenaga kerja asing adalah mereka memiliki keahlian yang baik. Anda bisa menemukan mereka di komunitas-komunitas game digital yang biasanya informasinya bisa ditelusuri melalui mesin pencarian di internet. Untuk berkoordinasi dengan tenaga kerja asing, Anda bisa berkomunikasi secara online menggunakan program video chat seperti Yahoo, Camfrog, atau Skype.
Tapi, kendalanya adalah Anda tidak dapat memantau kerja karyawan asing tersebut secara langsung. Berbeda jika memakai orang lokal yang bekerja di studio.
Modal usaha
Pemilik Lumba Lumba Studio Fahmi Mubarak bertutur, memulai bisnis ini setidaknya membutuhkan tiga unit laptop dan sebuah Apple MacBook Pro. Agar peralatan itu bisa mendukung produksi, ia menyarankan spesifikasi standar di antaranya RAM kapasitas besar seperti Corsair Twin24096-6400 C4DHX, prosesor Intel Core i3 atau prosesor Intel Core i5 untuk pembuatan game tiga dimensi (3D). Sedangkan, untuk Apple MacBook Pro, spesifikasinya sudah standar dengan harga Rp 16 juta - Rp 19 juta per unit.
Setelah itu Anda harus melakukan pembelian program pembuatan game online. Fahmi yang lebih fokus memproduksi game berbasis iOS mengatakan, software merupakan investasi terbesar dalam bisnis pengembang game. Untuk membuat sebuah game diperlukan beberapa software, seperti software untuk programming/engine, program art/grafis, dan software sound. Harga program asli yang tersedia di pasar bisa mencapai 1.000 dollar AS - 10.000 dollar AS per komponen.
Beberapa contoh program standar yang dibutuhkan untuk membuat game adalah Adobe Design Standard CS 6 seharga Rp 13 juta, Adobe Director seharga Rp 13,6 juta, Adobe Ilustrator seharga Rp 8,9 juta, dan Adobe Indesign 6 seharga Rp 6 juta.
Selain itu, di kalangan pembuat game juga dikenal berbagai program lain seperti Unity PRO 4 seharga Rp 15 juta dan Auto Desk 3D Max seharga Rp 36 juta.
Software game ini dapat diperoleh dengan berbagai cara, mulai pembelian langsung ke distributor resmi hingga membeli secara online. Meski terdapat banyak program bajakan dengan harga lebih murah, sebaiknya Anda memprioritaskan membeli program asli. “Malu juga kalau kita presentasi ke calon pembeli tapi software kita bajakan,” imbuh Fahmi yang sudah menciptakan game Sheeps Wolves dan Monsterush, game iOS yang dibeli oleh penyedia konten iPhone yang tidak mau disebut namanya itu.
Selain software berbayar, di internet, kita dapat menemukan website yang menyediakan berbagai macam software gratis. Website tersebut antara lain PixelProspector.com dan dreamincode.net. Tidak sedikit pembuat game menilai software yang dapat diunduh gratis memiliki kualitas yang baik.
Samuel bilang, jika tidak punya modal membeli teknologi berharga mahal, Anda tetap bisa bersaing dengan mengandalkan orisinalitas konsep dan kreativitas. Hanya saja, jenis game yang bisa diproduksi dengan memanfaatkan software gratis tidak banyak. “Biasanya untuk produksi game Flash,” imbuhnya.
Selain proses pembuatannya relatif lebih mudah dan cepat, game Flash tidak butuh software dan hardware mahal. Modal yang disiapkan sekitar Rp 50 juta untuk setahun produksi. Alokasi dana terbesar digunakan untuk membeli enam unit laptop standar seharga Rp 30 juta, sisanya digunakan persiapan operasional dan usaha. Soal software, game jenis ini bisa diproduksi menggunakan berbagai program alternatif.
Fahmi mengatakan, saat ini game yang paling laris di pasaran adalah game strategi action. Game jenis ini digemari karena menantang pemain berpikir lebih keras agar memenangi permainan. “Tingkat kesulitan pembuatan game tergantung pada jenis game apakah dia dua dimensi atau tiga dimensi. Yang paling mudah jelas membuat adalah dua dimensi,” jelasnya.
Seorang gamer dan pecandu game biasanya mampu menyelesaikan satu game selama satu hingga dua bulan. Setelah bisa memenangkan permainan, tentu mereka butuh pasokan game baru. Nah, itu sebabnya, saban bulan pengembang game bisa rutin menerima order dua game Flash dari broker.
Menurut Samuel, banyak game Flash yang beredar di internet. Jadi cukup mudah memodifikasinya, lalu membuatnya dengan versi baru lagi. Market menginginkan yang baru dan unik. “Baru dan unik itu tidak harus berbeda sama sekali dengan yang sudah ada,” ujarnya berbagi kiat. (KONTAN/Surtan PH Siahaan)
Editor :
Reza Wahyudi
No comments:
Post a Comment