SENTRA BATA MERAH DI DESA LINGGAMUKTI, GARUT, JAWA BARAT
Sentra Bata Garut: Usaha turun-temurun (1)
Oleh Noverius Laoli - Selasa, 09 Oktober 2012 | 19:14 WIB | Sumber Kontan 10/10/2012
Salah satunya adalah pusat produksi bata merah. Sentra ini berada di Kampung Tabrik, Desa Linggamukti, Kecamatan Sucinaraja. Sejak 1980 silam, kampung ini sudah beken sebagai sentra produksi bata merah. Hampir separo penduduk Tabrik yang terletak sekitar 20 kilometer dari Kota Garut berprofesi sebagai produsen bata merah.
Gundal Otik, salah satu produsen bata merah di Tabrik mengungkapkan, ada sekitar 60 warga yang menekuni usaha pembuatan bata merah di desanya. Tapi, menurut Gundal, banyak produsen bata merah dulunya bekerja sebagai kuli batu bata. "Termasuk saya," ujar Gundal.
KONTAN sempat menyambangi kampung ini pada Jumat (5/10) pekan lalu. Hampir semua rumah penduduk memajang bata merah untuk dijual. Sentra produksinya sendiri berada di ujung kampung.
Di sekitar lokasi pembuatan batu bata ini sudah tidak terdapat rumah warga. Sebagian besar pekerja dan pemilik tempat produksi bata ini adalah penduduk Tabrik. Kebanyakan dari mereka sudah menekuni usaha ini sejak turun-temurun.
Gundal bilang, pada 1980, pembuatan bata masih dilakukan manual. Namun, saat ini para perajin telah menggunakan mesin penggiling dan cetak. Gundal mengaku, bisa mencetak dan membakar bata sebanyak 100.000 buah per tiga bulan. Bata itu dia jual dengan harga Rp 300 per buah. Dan, ia bisa meraup omzet hingga Rp 30 juta atau Rp 10 juta per bulan.
Produsen lainnya, Dadang memproduksi bata sebanyak 75.000 per tiga bulan. Dengan produksi sebanyak itu, ia mengantongi omzet Rp 24 juta per tiga bulan atau Rp 8 juta per bulan.
Namun, bila sedang banyak pesanan, omzet Dadang bisa lebih besar lagi. "Kalau pesanan banyak, saya bisa memproduksi 200.000 bata per tiga bulan," ujarnya.
Sementara Benny, produsen bata lainnya bisa memproduksi rata-rata 100.000 bata per tiga bulan. Harga jual bata seragam, yakni Rp 300 per bata. Tapi, kalau permintaan tinggi, harganya bisa Rp 350 per bata.
Sentra Bata Garut: Bahan baku melimpah (2)
Oleh Noverius Laoli - Rabu, 10 Oktober 2012 | 18:20 WIB | Sumber Kontan 11/10/2012
Produksi bata merah di Kampung Tabrik, Desa Linggamukti, Kecamatan Sucinaraja, Garut sudah dilakukan secara turun temurun. Mayoritas produsen bata di kampung ini hanya melanjutkan usaha yang sudah dirintis orang tuanya sejak lama.Dadang termasuk salah seorang produsen bata yang meneruskan usaha orang tuanya. Ia mendapat warisan usaha ini sejak sekitar 10 tahun lalu. Saat itu, orang tuanya memutuskan untuk pensiun karena usia yang sudah lanjut.
Kendati mendapat usaha warisan, Dadang mengaku sudah sangat akrab dengan usaha pembuatan bata ini. Soalnya, sejak kecil ia sudah ikut membantu orang tuanya mengelola usaha ini. "Jadi saya sudah paham betul usaha ini," kata Dadang.
Namun, tidak semua produsen bata di kampung ini mewarisi usaha orang tuanya. Contohnya, Gundal Otik. Kendati asli warga kampung ini, orang tua Gundal memang tidak menekuni usaha ini.
Kendati orang tuanya bukan pengusaha bata, Gundal juga sudah sejak kecil bekerja sebagai pembuat bata. "Cuma saya bekerja di pabrik bata milik orang lain," kata pria lulusan sekolah dasar (SD) ini.
Hasil dari bekerja sebagai pembuat bata itu ditabungnya sedikit demi sedikit. Setelah uangnya cukup, tahun 2005, ia memutuskan membuka usaha sendiri.
Selain sudah memahami betul seluk beluk usaha ini, Gundal tidak ragu memproduksi bata karena bahan baku bata di kampungnya melimpah ruah. "Bahan baku diperoleh dari kampung ini juga," katanya.
Untuk mendapatkan bahan baku ini, ia cukup menyewa tanah milik penduduk setempat. Sistem penyewaan tanah ini tidak dibayar dengan uang. Namun, dibayar dengan sistem bagi hasil.
Dengan sistem ini, dari setiap 100.000 bata yang dihasilkan, akan disisihkan sebanyak 10.000 sebagai jatah pemilik tanah. Penggalian tanah untuk bahan baku bata juga dibatasi kedalamannya maksimal satu sampai satu setengah meter. Soalnya, lebih dari itu, hasilnya sudah kurang bagus karena sudah mulai berpasir atau berbatu.
Dadang juga memperoleh bahan baku tanah dari kampungnya sendiri. Menurutnya, tanah warga di kampungnya banyak disewakan untuk dijadikan bahan baku pembuatan bata.
Sentra Bata Garut: Konsumennya kontraktor (3)
Oleh Noverius Laoli - Kamis, 11 Oktober 2012 | 19:35 WIB
Banyak, kontraktor proyek-proyek properti dan infrastruktur membeli bata dari kampung ini. Pasalnya, sebagai sentra bata, di kampung ini terdapat banyak pilihan dengan harga yang kompetitif.
Gundal Otik, salah seorang produsen bata di Kampung Tabrik mengatakan, sebagian besar pelanggannya berasal dari daerah Garut, Bandung, Cianjur, Cipanas, Bogor, dan Tangerang.
Bahkan, ada juga pelanggannya dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, permintaan dari dua daerah itu tidak sebanyak di Jawa Barat. "Pembeli dari luar daerah Jawa Barat sebagian besar yang sudah berlangganan dan sudah pernah membeli sebelumnya," kata Gundal.
Sebagian besar pelanggannya merupakan kontraktor skala kecil. Selain mereka, banyak konsumen perorangan mencari bata ke kampung ini. Konsumen perorangan ini biasanya berasal dari wilayah Garut dan sekitarnya. Lantaran sudah memiliki banyak pelanggan, Gundal mengaku, tidak terlalu pusing mempromosikan bata merah hasil produksinya.
Soalnya, konsumen yang berlangganan akan datang sendiri bila sedang membutuhkan bata. "Jadi kami sudah memiliki pelanggan setia, dan sampai saat ini mereka masih tetap melakukan pemesanan," ujarnya.
Hal yang sama juga diungkapkan Dadang. Ia bilang, sebagian besar pelanggannya berasal dari Bandung, Jawa Barat. Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir, permintaan bata merah dari wilayah Bandung cukup tinggi. Hal itu seiring kian maraknya pembangunan properti di kawasan tersebut.
Meskipun permintaan bata merah cukup tinggi, Dadang tidak bisa sembarangan menaikkan harga jual. Sebab, di kampung ini sudah banyak penjual bata. Bila ia menaikan menaikkan harga secara sepihak, tentu pelanggan akan lari ke produsen lain.
Saat ini, kata Dadang, harga jual bata merah di kampungnya rata-rata Rp 300 per buah. Sementara harga bata di pasaran bisa mencapai Rp 375 per buah.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-bata-garut-usaha-turun-temurun-1/2012/10/09
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-bata-garut-bahan-baku-melimpah-2/2012/10/10
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-bata-garut-konsumennya-kontraktor-3
No comments:
Post a Comment