Views :124 Times |
Jumat, 13 April 2012 09:43 |
Kian
tingginya kelas menengah menggambarkan prospek ekonomi di Indonesia
semakin cerah. Kondisi ini membuat keberadaan entrepreneur mendapatkan
peluang besar. Para pelaku usaha itu harus diberikan ruang pendampingan
dan dibukakan pintu kolaborasi antarpelaku usaha. Kesadaran berwirausaha masyarakat mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu ditandai dengan semakin menguatnya masyarakat kelas menengah, meledaknya jumlah pelaku bisnis, dan maraknya berbagai produk lokal yang meramaikan pasar. Kondisi ini menuntut para pelaku wirausaha untuk sadar komunitas. Tujuannya agar basis kolaborasi antarpelaku usaha terjalin dan bersifat mutualisme. Deputi Bidang IV Koordinasi Industri dan Perdagangan Kemenko Perekonomian Eddy Putra mengatakan, geliat usaha kecil menengah (UKM) yang kian meningkat saat ini harus diperluas pasarnya sampai luar negeri. Para pelaku usaha hendaknya tangguh berwirausaha di pasar global agar mengangkat nama Indonesia ke kancah internasional, mengingat dua tahun ke depan target pencapaian pendapatan ekonomi UKM mencapai USD4.800 sampai USD5.000 per tahun. “Untuk itu, mulai sekarang para pelaku UKM hendaknya membangun kolaborasi di antara pebisnis lokal,” kata Eddy mewakili dalam acara "Indonesia Business and Entrepeneurship Conference 2012" di Plaza Bapindo Jakarta, beberapa waktu lalu. Sementara itu salah satu Direktur Pillar Business Accelerator, Sonny B Sofjan, mengatakan menghadapi era Entrepeneur 5000 (E5000)––kondisi di mana masyarakat kelas menengah berpenghasilan USD5.000 per tahun– mereka dituntut untuk berkolaborasi dengan pebisnis yang beragam jenis usahanya. Memang tidak mudah untuk menjaga dinamisasi bisnis yang sedang dikerjakan. Namun karena kebutuhan akan keberlanjutan gerak usaha, dibutuhkan strategi kolaborasi antara bisnis dan investasi yang fokus pada penciptaan dan sinergi arus kas positif. Contoh yang mungkin bisa dilakukan misalnya, ujar Sonny, pada skema kolaborasi bisnis logam mulia. Usaha di bidang ini bisa berkolaborasi dengan kelompok bisnis waralaba, properti, dan investasi keuangan. “Yang demikian ini masuk pada wilayah Income Pentagon, yaitu sebuah sistem mesin yang akan bekerja semakin lama semakin kencang putarannya. Nah, kondisi ini selain membutuhkan kecerdasan finansial, juga butuh kecerdasan membangun kolaborasi jaringan dan konsistensi dalam eksekusi,” katanya. Pendapat senada diungkapkan Pendiri dan Direktur Pillar Business Accelerator Lyra Puspa. Menurut dia, peningkatan jumlah pelaku usaha kecil menengah yang begitu dahsyat menciptakan kesadaran mereka untuk membangun kolaborasi di berbagai lini usaha. Bagaimana seorang pelaku bisnis bisa berbisnis dengan komunitas bisnis lain? Mereka berusaha menjalin komunikasi, melakukan transaksi dan konsultasi antarpelaku bisnis yang berbeda. “Yang lebih penting, semakin banyak komunitas dan jaringan yang diciptakan, akan semakin terbuka luas keuntungan yang bisa didapat.Kesadaran membikin kolaborasi mutlak dibangun karena musuh ekonomi pelaku usaha kecil menengah lokal adalah pihak asing,” kata Lyra. Selain itu, sadar kolaborasi ini juga bertujuan untuk saling membangkitkan ketika terjadi masalah di tengahtengah usaha. Peluang ini juga bisa berimplikasi menjadi lebih baik dengan mengoptimalkan pencarian pasar (market) secara bersama-sama, selain juga memungkinkan terjadinya kolaborasi arus investasi antarpelaku usaha. Sementara itu, member Indonesian Business Forum (IBF) Anto Pratikno mengungkapkan, para pelaku usaha kecil menengah saat ini sudah waktunya membangun kawasan bisnis untuk meningkatkan jaringan. Membentuk kelompok-kelompok yang memiliki ketertarikan bisnis yang sama, misalnya yang tertarik pada usaha logam mulia diciptakan kolaborasi dan kawasan grup tersendiri. Begitu pun dengan pelaku usaha yang memakai jalur media sosial sebagai strategi promosinya. “Semua hendaknya diciptakan interest group masing-masing,” kata Anto. Di IBF, imbuh Anto, lembaga ini berkolaborasi dengan berbagai pelaku usaha, seperti yang sudah dilakukan dengan Indonesia Youth Entrepeneur. Kebutuhan menjalin kolaborasi adalah nomor satu, karena jika hanya berdiri sendiri, perkembangan usaha relatif sangat lambat. Sejauh ini, IBF telah menciptakan kawasan-kawasan bisnis untuk memperkuat jaringan dan membuka banyak peluang kolaborasi dengan yang lain. Kelompok kolaborasi yang sudah dibuat IBF seperti yang ada pada interest group di bidang properti, waralaba, jurnalispreneur club, sinergisitas perbankan, dengan kredit usaha rakyat (KUR), gadai emas dan kredit mikro,serta pameran dan expo UKM. “Pelaku usaha kecil menengah perlu menciptakan semacam long time community, sebab hal itu merupakan salah satu kunci sukses bagi para pelaku UKM, yaitu meletakkan dukungan pada pendampingan melalui kolaborasi dan komunitas yang kondusif dan aktif,” tandas Anto. (*/Harian Seputar Indonesia) |
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/174-rencana-bisnis/16021-pentingnya-membangun-kolaborasi.html
No comments:
Post a Comment