Wednesday, April 18, 2012

Sentra ikan hias Tegallega

Sentra ikan hias Tegallega: Lokasi favorit berburu


Sentra ikan hias Tegallega: Lokasi favorit berburu Ikan hias tak pernah sepi peminat. Dengan bentuknya yang lucu dan warna yang indah, banyak yang jatuh hati dengan ikan hias. Lantaran penggemarnya berjibun, tak heran banyak bermunculan sentra penjualan ikan hias.

Di Bandung, Jawa Barat, sentra ikan hias bisa ditemui di sekitar Jalan Peta, dekat kawasan Teggallega. Sentra ikan hias ini berada tidak jauh dari kawasan Monumen Lautan Api, Tegallega.

Di tempat ini, terdapat sekitar 126 pedagang ikan hias. Kios ikan hias di tempat ini tidak ada yang permanen. Hanya berbentuk tenda di pinggir jalan, dan mulai beroperasi pukul 06.00 WIB- 18.00 WIB. Para pedagang menjajakan berbagai jenis ikan hias, seperti ikan koi, cupang, komet, dan arwana.

Salah seorang pedagang ikan hias, Muhamad Edy, 41 tahun, mengisahkan, sentra ikan hias di Jalan Peta sudah ada sejak tahun 1980. Awalnya, hanya ada tiga pedagang ikan hias yang mangkal di tempat ini.

Itu pun belum menetap karena masih keliling Kota Bandung dengan menggunakan gerobak dorong. Lambat laun, mereka kemudian memilih menetap di trotoar Jalan Peta ini.

Lantaran penggemar ikan hias terus bertambah, pedagang ikan hias yang mangkal di tempat ini juga semakin ramai. Edy, pedagang lain di tempat ini mengaku sudah berjualan ikan hias selama 12 tahun. "Tapi jualan di Jalan Peta ini baru enam tahun ini, sebelumnya keliling," ujarnya.

Ikan hias yang dijajakannya cukup beragam, seperti koi, komet, metalik, dan arwana. Harga jualnya bervariasi. Untuk ikan koi kecil dibanderol Rp 10.000 per tiga ekor. Sementara yang agak besar dibanderol Rp 5.000-Rp 20.000 per ekor.

Yang harga jualnya paling mahal adalah ikan arwana. "Ikan arwana super red paling mahal, mulai dari Rp 1,5 juta per ekor sampai Rp 10 juta," jelas Edy.

Edy mengaku, bisa meraup omzet rata-rata Rp 500.000 per hari atau Rp 15 juta per bulan dengan laba bersih sekitar 50%. Kendati labanya besar, risiko berjualan ikan hias juga tinggi. Salah satu risikonya, "Ikan banyak mati kalau salah urus," ujarnya.

Pedagang lain, Sultan, 33 tahun mengaku, sudah berjualan di sentra ikan hias di Jalan Peta sejak tiga tahun terakhir. Dalam sehari, ia bisa meraup omzet rata-rata Rp 400.000, atau Rp 12 juta hingga Rp 16 juta per bulan. Adapun laba bersihnya sekitar 50%-60%.

Ia menjual berbagai jenis ikan hias dengan harga mulai dari Rp 10.000 - Rp 200.000 per ekor. "Tergantung jenis ikan dan warnanya," ujarnya.

Samina, 35 tahun, pedagang ikan hias di sentra tersebut mengaku, telah berjualan sejak setahun terakhir. Ia mengawali usaha ini dengan modal kecil sehingga, ikan hias yang dijualnya tidak banyak dan bukan jenis ikan mahal. Di kiosnya, ia hanya menjajakan ikan koi, komet, dan beberapa jenis ikan lainnya. "Harganya mulai Rp 10.000-Rp 20.000 per ekor," ujarnya.

Omzetnya dalam sehari juga tidak besar. Hanya sekitar Rp 100.000 atau Rp 3 juta hingga Rp 4 juta dalam sebulan.
Semua jenis ikan (2)

Di kalangan para pecinta ikan hias di Bandung dan sekitarnya, sentra ikan hias di Jalan Peta, Tegallega sudah lama kesohor. Sentra yang berdiri sejak 1980 ini diramaikan sekitar 126 pedagang ikan hias yang berjejer di pinggir jalan.

Hampir semua jenis ikan hias dijual di sentra ini, seperti ikan koi, komet, koi metalik, dan arwana. Ikan-ikan hias tersebut dipasok dari berbagai daerah.

Muhamad Edy, salah seorang pedagang ikan hias, mengaku, mendapat pasokan ikan hias dari Sukabumi, Bogor, dan Pontianak. Ia biasanya membeli ikan hias langsung dari peternak yang sudah menjadi langganannya. Selain dari peternak, pasokan ikan hias juga dia peroleh dari para pengepul atau bandar ikan hias.

Sebagian besar ikan itu, Edy beli dengan sistem bayar di belakang. Maksudnya, "Setelah ikan laku terjual, barulah kami bayar ke mereka," jelas Edy.

Menurut Edy, kebanyakan ikan hias yang baru ia beli langsung dijual pada hari itu juga. Ia tidak mau menahan lebih lama ikan hias tersebut karena takut mati bila tidak diurus dengan baik.

Namun, khusus ikan-ikan yang harganya mahal semisal Arwana, Edy pelihara dulu selama kurang lebih satu bulan. Setelah agak besar kemudian ia lego dengan harga Rp 400.000 per ekor. "Waktu saya beli masih Rp 200.000," ungkapnya.

Untuk menjaga kelancaran usahanya, Edy selalu menyiapkan dana cadangan sebesar Rp 10 juta. Dana cadangan itu diperlukan untuk menutup risiko kerugian bila ada ikan yang mati sebelum sempat terjual.

Untuk menghindari risiko itu, Edy selalu memperhatikan kondisi ikan yang akan dibelinya dari para pemasok. Jika kondisinya tampak tidak terurus dan sudah tidak segar, ia memutuskan untuk tidak membelinya.

Sultan, pedagang lain, bilang, hampir semua ikan hias yang dijualnya didapat dari Sukabumi. Kebetulan, sang istri berasal dari Sukabumi, sehingga memudahkannya menjalin relasi dengan para pemasok ikan dari wilayah tersebut.

Dia mengklaim, ikan hias asal Sukabumi tergolong bagus. Jenis ikan hias yang paling banyak dijualnya adalah ikan koi dan mas koki. "Kedua ikan ini yang paling laris," ujarnya.

Hampir semua ikan yang Sultan jual bukan untuk dipelihara di aquarium, tapi di kolam. Sehingga, ukurannya lebih besar dan harganya lebih mahal. Ia memberi banderol mulai Rp 10.000 - Rp 200.000 per ekor.

Sedang untuk ikan arwana, harganya mulai Rp 750.000 - Rp 1,5 juta. Tapi, "Arwana tidak banyak yang membeli, biasanya dipesan dulu baru saya pasok," kata Sultan.

Samina, pedagang ikan hias lain di sentra itu, mendapat pasokan ikan dari Bogor, Sukabumi, dan Bandung. "Ikan-ikan itu dibawa oleh bandar," tuturnya.

Beda dengan Sultan, Samina memilih menjual ikan hias untuk aquarium. Makanya, ia melegonya dengan harga lebih murah.
 
Omzet melonjak (3)

Setiap akhir pekan dan hari libur nasional, sentra ikan hias di Jalan Peta, Tegallega, Bandung selalu dibanjiri pembeli. Selain warga Bandung sendiri, banyak juga pembeli yang datang dari luar kota. Alhasil, omzet pedagang melonjak. Untuk mengantipasi lonjakan permintaan, mereka pun menambah modal berjualan.

Setiap akhir pekan dan hari libur nasional, sentra ikan hias di Jalan Peta, Tegallega,Bandung selalu ramai pembeli. Pembeli yang datang ke sentra tersebut bukan hanya berasal dari warga Bandung saja. Tetapi tak sedikit pula pengujung dari luar Bandung, seperti Jakarta, Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut.

Tak pelak, omzet pedagang saat akhir pekan atau hari libur nasional bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari hari biasa. Muhammad Edy, pedagang ikan hias di Jalan Peta mengaku, setiap akhir pekan bisa meraup omzet antara Rp 1,5 juta - Rp 2 juta. Sementara hari biasa hanya berkisar Rp 500.000 per hari.

"Kalau akhir pekan pada tanggal-tanggal muda, omzet yang saya dapat bisa lebih besar lagi," ujar Edy.

Menurut Edy, pembeli di sentra ini masih tetap di dominasi masyarakat dari wilayah Bandung dan sekitarnya. Sementara dari luar Bandung tidak sebanyak pembeli dari Bandung. Biasanya, kata Edy, pembeli dari luar kota ini hanya memesan beberapa ekor saja.

"Sebagian besar dari mereka hanya mencari jenis ikan hias yang tidak ada di daerah mereka saja," ujarnya.

Lain halnya dengan pembeli yang berasal dari wilayah Bandung. Selain intensitas kunjungannya sangat sering, mereka juga membeli hampir semua jenis ikan hias yang dijual di sentra tersebut.

Sultan, pedagang lain membenarkan, jumlah pengunjung membludak setiap akhir pekan. "Pokoknya setiap Sabtu dan Minggu pasti ramai," ujarnya.

Makanya, menurut dia, setiap akhir pekan tidak ada pedagang yang libur berjualan. Sebab, saat itulah kesempatan pedagang untuk meraup omzet besar.

Ia mengaku, omzetnya pada hari biasa hanya sekitar sebesar Rp 400.000 per hari. Sedangkan pada akhir pekan bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 2 juta.

Samina, pedagang lainnya juga merasakan peningkatan omzet di akhir pekan. Pada akhir pekan, ikan hiasnya bisa terjual dua sampai tiga kali lipat dari hari biasa.

Pada hari Senin sampai Jumat omzet yang dikantonginya rata-rata Rp 100.000 per hari. Maka pada akhir pekan, omzetnya berkisar
Rp 200.000-Rp 250.000 per hari. "Saya harus menambah modal dua kali lipat jika menjelang akhir pekan," ujarnya.

Menurutnya, hampir semua pedagang menambah modal jualan setiap akhir pekan. Hal itu untuk mengantisipasi membludaknya pembeli. Jika modal terbatas, ikan hias yang dijual akan cepat habis, padahal permintaan banyak.


Sultan mengamini pernyataan Saminah. Setiap akhir pekan, ia mempersiapkan modal tiga sampai empat kali lebih besar dari modal pada hari biasa.

Adapun Edy punya strategi berbeda. Selama ini, ia memesan dulu ikan dari para pemasok. Setelah terjual baru kemudian dibayar. "Saya membeli ikan dari pemasok setiap hari, jadi ikan tetap segar dan minim risiko kematian," ujarnya.

(Selesai)
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-lokasi-favorit-berburu/2012/04/13
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-semua-jenis-ikan-2/2012/04/16
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-omzet-melonjak-3/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

2 comments:

  1. saya ke tega lega besok berbelanja,saya mau buka usaha ikan hias kecil'an untuk daerah saya cimahi,siapa tau disana harganya bersahabat dngan usaha keci'an saya ini.lbih mujurnya kalo ketemu penyuply ikan

    ReplyDelete