Views :549 Times |
Kamis, 12 April 2012 09:19 |
Dunia
usaha semakin menjanjikan di mata kaum muda. Daya gerak yang cepat dan
pola pikir yang kreatif merupakan modal terpenting bagi mereka untuk
menuju kesuksesan. Karena itu, mereka perlu memikirkan perencanaan
keuangannya. Menurut studi yang dilakukan Institusi Pendamping Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, Pillar Business Accelerator, 50% masyarakat Indonesia di usia produktif menjadi pengangguran. Padahal, pendidikan yang ditempuh tidak menutup kemungkinan sampai di perguruan tinggi. Hal ini disebabkan pola pendidikan yang berorientasi hanya menjadi pekerja. Sementara lapangan pekerjaan tidak cukup memadai dengan tingginya keluaran perguruan tinggi setiap tahun. Untuk itu, kaum muda perlu melibatkan diri menjadi pengusaha. “Pola pikir yang menekankan untuk menjadi pegawai di sebuah perusahaan besar harus diubah, dan segera beralih menjadi pengusaha muda yang kreatif dan inovatif,” kata Direktur sekaligus Founder Pillar Business Accelerator Lyra Puspa. Saat ini, imbuh Lyra, kaum muda dituntut untuk melek dunia usaha. Tidak sedikit pengusaha muda yang telah mendapatkan omzet miliaran rupiah per tahun dalam bisnis yang mereka geluti. Kendati tidak sedikit pula yang masih coba-coba, kemauan untuk berwirausaha bagi kaum muda tidak boleh ditunda-tunda. Apalagi, keinginan berwirausaha di kalangan kaum muda saat ini sudah semakin tinggi. Namun, yang harus dilakukan adalah melakukan pendampingan bagi kelangsungan usaha mereka. “Optimalisasi berbisnis mereka harus difokuskan pada pembangunan kapasitas berwirausaha. Bukan sekadar memotivasi mereka, tapi juga pendampingan seumur hidup. Memberikan mereka akses jaringan untuk masuk komunitas usaha,” kata Lyra. Lyra menambahkan, target kaum muda untuk terjun di dunia usaha adalah pilihan cerdas, sebab kemampuan mereka lebih dahsyat, energinya lebih tinggi, tidak punya beban memikirkan keluarga, dan lebih berani. “Jika mereka jadi pengusaha, larinya akan lebih cepat, apalagi jika didampingi dengan mentoring,” tandas perempuan kelahiran Jakarta, 22 Januari 1975 ini. Kondisi demikian, lanjut Lyra, sangat berbeda dengan mereka yang baru terjun ke dunia usaha saat berusia 35 tahun ke atas. Usia yang tidak lagi produktif, penuh pertimbangan, dan beban pikiran sudah bermacam-macam. Sementara yang masih usia muda, mereka sudah bisa langsung speed up. “Menjadi entrepreneur muda jangan ditunda lagi. Meski begitu, harus diiringi dengan pendampingan terus menerus untuk menghindari kegagalan yang terlalu lama. Gunakan energi maksimal ketika masih di usia produktif. Terakhir, yang perlu dipahami pebisnis muda adalah melatih kesabaran, agar mencapai wisdom,” ujarnya. Sementara pemilik Kedai Digital, Saptuari Sugiharto, mengatakan bahwa menjadi pengusaha muda biasanya diliputi dengan berkali-kali kegagalan. Hal itu biasa karena setiap orang mempunyai masa jatuh atau gagal. “Yang terpenting adalah mereka harus fokus berwirausaha. Tidak boleh patah semangat,” kata pria yang melakukan promosi usahanya melalui media sosial ini. Namun, keresahan yang sering menggejala di kalangan kaum muda yang sudah terjun di dunia bisnis, dan mempunyai penghasilan sendiri, mereka tidak bisa mengatur keuangan. Ada kecenderungan di masa peralihan mereka yang semula tidak punya penghasilan, kemudian sangat boros. Tidak memikirkan keberlanjutan modal usaha di masa depan. Karena itu, ahli perencana keuangan Safir Senduk menegaskan, kalangan muda yang terjun di dunia usaha, harus bisa mengatur keuangan mereka. Kebanyakan mereka tidak berpikir bagaimana keberlanjutan usaha jika sudah mendapatkan keuntungan. Padahal, itu merupakan kesalahan. Para pelaku usaha di usia muda yang baru pertama kali terjun, kata Safir, kerap mencampuradukkan uang hasil usaha dengan pribadi. Akhirnya, mereka sering kedodoran saat ingin melakukan pembelian barang. “Mereka umumnya kurang bagus dalam mengatur keuangan. Karena itu sering mengalami kegagalan dan tidak mau berbisnis lagi. Seharusnya mereka bisa memutar uang hasil usaha,” kata Safir. Untuk bisa memutar keuntungan hasil usaha, imbuh Safir, para pengusaha muda harus bisa memisahkan antara keuangan berbisnis dengan keluarga. Kemudian, untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap bulan, harus dipastikan gaji pribadi setiap bulan. Jadi, tidak campur aduk. “Cara yang lain, yang lebih teknis adalah menggunakan sistem akuntansi untuk bisa mengetahui pengeluaran dan pendapatan. Kalau bisa pakailah karyawan akuntansi, namun yang pegang uang tetap harus pemilik usaha. Dengan demikian, pengusaha muda tidak mudah tergoda untuk membelanjakan pendapatan usaha mereka,” tukasnya. Sering kali para pelaku usaha muda merasa telah menjadi kaya karena mendapatkan penghasilan yang besar dari usahanya. Mereka kerap membelanjakan uang untuk kebutuhan yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan. “Dari luar terlihat seperti orang kaya, tapi karena uang hasil usaha tidak diputarkan untuk balik modal atau investasi, bisa dipastikan bisnisnya maka tidak akan bertahan lama. Kaya bukan dilihat dari profesinya, tapi dinilai dari investasi. Untuk usia muda ada baiknya memilih usaha investasi yang sifatnya pendapatan bertumbuh, sementara untuk usia senior cocoknya pada investasi pendapatan tetap,” pesan Safir. (*/Harian Seputar Indonesia) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/47-memulai-bisnis/15991-berbisnis-bagi-kaum-muda-adalah-pilihan-cerdas.html
No comments:
Post a Comment