Saturday, April 14, 2012

8 Pelajaran Marketing dari Sekaratnya RIM

Views :1338 Times PDF Cetak E-mail
Sabtu, 14 April 2012 09:12
blackberry-post3Sukar dipercaya bahwa dahulu RIM pernah berjaya di dunia dengan predikat pemimpin pasar ponsel cerdas.  Namun setelah beberapa tahun terakhir yang penuh dengan goncangan ini, kita perlahan-lahan makin tidak heran saat orang beralih ke ponsel cerdas lainnya.

Dari apa yang telah menimpa RIM selama ini, banyak sekali pelajaran yang bisa Anda petik sebagai seorang entrepreneur. Di antaranya yang terbaik adalah sebagai berikut:

Pelajaran 1: Kendalikan percakapan dengan jejaring sosial
RIM mungkin memiliki basis pengguna yang cukup banyak tetapi mereka tidak pernah mengelolanya secara serius untuk kepentingan jangka panjang yang saling menguntungkan. Akibatnya saat krisis terjadi, para penggemar ini tidak bisa banyak berbuat untuk berperan sebagai “brand advocate” yang membela produk/ layanan, terlepas dari kelemahan atau kekuatannya.

Pelajaran 2: Bangun ‘pengidolaan’, bukan perusahaan
Dalam kasus RIM dan Blackberry, kita patut ketahui bahwa produk ponsel lebih terkenal daripada perusahaan pembuatnya. Inilah yang menjadi titik lemah RIM. Lain dengan Apple dan iPhone, misalnya. Keduanya memiliki tingkat ketenaran yang sejajar di mata konsumen.
Bangunlah sebuah hubungan emosional antara bisnis dengan konsumen yang demikian erat serupa idola dan penggemarnya. Caranya? Ciptakan pengalaman dan produk yang meningkatkan pengalaman pengguna dari waktu ke waktu.

Pelajaran 3: Ciptakan budaya yang menghargai pengalaman pengguna
Anda tak akan bisa membangun hubungan emosional seperti di atas jika masukan konsumen tidak Anda hargai.
RIM gagal karena mereka sebagian besar tidak menghargai masukan pengguna. Budaya kerja mereka lebih berorientasi pada teknis yang memang berhasil selama tidak  ada pesaing. Sayagnya, muncul pesaing-pesaing baru yang lebih peduli pada masukan konsumen.

End user atau pengguna sebenarnya adalah fokus utama bisnis Anda. Jangan sampai Anda terlena dengan hal lain.

Pelajaran 4: Jangan takut untuk mendengar ide pegawai
Bagi peneliti, insinyur dan pemasar yang bekerja di RIM, mereka paham bahwa teknologi mereka harus berubah. Manajemen RIM untuk alasan apapun menolak mendengar pegawainya dan berinovasi.
Keengganan RIM untuk mengubah formula saktinya terbukti menjadi bumerang. Mereka meremehkan iPhone yang dianggap tak akan dilirik kalangan korporasi. Sehingga mereka tak pernah berpikir mengenai cara lain yang lebih baik untuk bernavigasi selain dengan thumb click.
Pelajarannya ialah bangun budaya yang kritis terhadap status quo. Inovasi ialah saat Anda bisa menghasilkan produk baru yang memenangkan pasar meski harus menghancurkan produk lama yang digemari.


Pelajaran 5: Buat passion untuk produk menjadi misi tanpa akhir
Menjadi pelopor dalam pasar memungkinkan Anda mendominasi dalam jangka yang cukup lama. Tapi di sisi lain itu bisa membuat Anda terlena dan berpuas diri dengan mudah. Dan itu bencana.
Jika Anda memiliki produk revolusioner, cepatlah berpikir untuk mendukung permintaan dan dengan agresif mengejar peluang baru. Selalu berinovasi untuk menemukan apa yang diinginkan konsumen.


Pelajaran 6:  Pertahankan keuntungan sebagai penguasa pasar dengan terus berinovasi
Masalah utama RIM ialah mereka berpikir bahwa mereka sudah berhasil dan mengalahkan pesaing di tahun 2007.  Itu membuat mereka berhenti berinovasi dan hanya mengulang-ulang rencana masa lalu yang sukses.

Jangan pernah berhenti meneliti dan mempelajari pesaing dan memperhatikan gerak-gerik pesaing baru meski masih kecil karena mereka mungkin menjadi kunci bagi keberlangsungan bisnis di masa depan.

Pelajaran 7: Gantikan manajemen yang suka berpuas diri
Manajemen RIM merupakan manajemen yang bermasalah. Mereka enggan membuat perubahan radikal yang diperlukan. Mereka yakin akan selalu menggenggam pasar ponsel cerdas meski Apple dan Google telah masuk dalam arena. Pergantian manajemen pun baru dilakukan sesudah terlambat.

Bila bisnis ingin tetap maju, pupuk perspektif segar dalam perusahaan dan produk Anda. Rekrut para pemikir kreatif yang tidak mudah berpuas diri.

Pelajaran 8: Selalu buat lebih dari 1 produk
Kesalahan RIM ialah terlalu mengandalkan produknya, BlackBerry. RIM tidak mendiversifikasi produknya seperti Google yang menggunakan Labs untuk menghasilkan sebanyak mungkin produk inovatif. Tidak mengapa jika produk itu gagal di pasar tetapi pasti akan ada beberapa yang sukses dan menjadi pemimpin pasar.

Ingatlah, produk yang bermacam-macam memungkinkan Anda untuk melaju dan memegang pasar yang berbeda. Tidak hanya satu!

Apa yang menimpa RIM ini bisa menimpa korporasi global setingkat Samsung, Apple atau bisnis seumur jagung yang baru menikmati titik impasnya. Semua berisiko mengalami ujian yang sama. Namun, yang lebih penting tentunya ialah bagaimana Anda sebagai entrepreneur bisa membalikkan keadaan menjadi lebih baik. Caranya? Salah satunya dengan belajar dari kesalahan orang lain.

Ada benarnya apa yang dikatakan oleh mantan CEO Intel, bahwa hanya mereka yang paranoid-lah yang bisa bertahan (“Only the paranoid survive”). Bukan “paranoid” dalam arti negatif tetapi kewaspadaan secara kontinu terhadap apa yang terjadi di dalam diri dan di lingkungan sekitar kita yang bisa mempengaruhi keberlangsungan bisnis yang kita jalankan.  (*AP)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/175-penjualan-dan-pemasaran/16054--8-pelajaran-marketing-dari-sekaratnya-rim-.html

No comments:

Post a Comment