Sunday, April 15, 2012

Mengasah Kesadaran Berwirausaha

Views :214 Times PDF Cetak E-mail
Minggu, 15 April 2012 07:43
CE-logoLembaga pemeringkat global Moody’s Investors Service beberapa waktu lalu menaikkan peringkat Indonesia hingga masuk sebagai negara layak investasi. Sebelumnya, predikat ini juga diberikan Fitch Ratings kepada Indonesia. Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dari Ba1 menjadi Baa3 dengan outlook stabil. Artinya, dengan kenaikan ini akan mendorong lebih banyak dana mengalir ke Indonesia, sekaligus menekan biaya pinjaman dan menutup kesenjangan dengan negara-negara anggota BRIC (Brasil, Rusia, India,dan China).

Pemberian predikat tersebut semakin menguatkan pandangan dunia terhadap fundamental ekonomi Indonesia yang lebih stabil. Indonesia bisa semakin unjuk gigi dalam percaturan ekonomi dunia. Dengan kata lain, adanya kenaikan peringkat investment grade menunjukkan kebangkitan ekonomi Indonesia diyakini sudah di depan mata. Karena itu, diprediksi pada 2013 bakal akan ada perubahan signifikan, khususnya di dunia entrepreneurship Indonesia.

Apalagi, diprediksi pada 2013 pendapatan per kapita Indonesia bisa mencapai USD5.000. Dunia wirausaha pun dituntut bisa menghadapi prestasi tersebut dengan melihat peluang yang bisa dimanfaatkan. Prediksi tersebut sejatinya disokong dari pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,7% dengan inflasi 3,7%. Di samping itu, Indonesia masuk dalam G20 dan VIST (negara dengan pertumbuhan investasi emas tertinggi di dunia). Ditambah lagi, saat ini muncul kelas menengah di Indonesia yang mempunyai daya beli yang kuat.

Saat ini entrepreneurship juga terlihat booming, terutama yang dilakukan kaum muda, urban, berpendidikan tinggi dan mereka yang melek online. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, saat ini pola Entrepreneur 5000 (E5000) diyakini menjadi jawaban untuk menghadapi situasi pasar ke depan. Hal ini pula yang dibahas dalam acara konferensi wirausaha Indonesian Business & Entrepreneurship Conference (IBEC) 2012 yang dilaksanakan Pillar Business Accelerator, beberapa waktu lalu di Jakarta.

“Untuk menjadi suatu bangsa yang Mandiri dibutuhkan banyak masyarakat yang menjadi entrepreneur atau pengusaha daripada menjadi pekerja,” ungkap Lyra Puspa, Founder Pillar Business Accelerator.

Penyelenggaraan acara tersebut selain melihat momentum ekonomi yang dimiliki Indonesia dengan segala pencapaiannya, juga bertujuan memberikan edukasi bisnis dan investasi. Di samping menjadi ajang membuka jaringan antarpengusaha, juga menjalin kemitraan antara pengusaha dan pihak pendukung seperti pemerintah dan perbankan. Saat ini, para wirausaha perlu memahami strategi entrepreneur 5000 (E500), di mana mereka harus mampu menghadapi permintaan kelas menengah yang berpendapatan USD5.000 per tahun.

Karena itu, para wirausaha tidak hanya kuat dalam masalah finansial namun juga memiliki lima sadar dalam pola E5000, yaitu sadar finansial, sadar komunitas, sadar spiritual, sadar merek, dan sadar online. Sementara itu Sonny B Sofyan, salah satu direktur Pillar Business Accelerator, mengatakan saat ini sejumlah wirausaha muda perlu mendapatkan pendampingan lembaga yang kompeten dalam menjalankan usahanya.

Hal ini bertujuan agar terjadi transfer pengetahuan sekaligus menguatkan jaringan (networking). Dengan begitu, para pengusaha muda dapat menjajak kaki lebih kuat dalam menjalankan usahanya. Hal inilah yang dirasakan Saptuari Sugiharto, pemilik Kedai Digital. Saptuari merupakan salah satu wirausaha yang memanfaatkan jaringan bisnis lewat sebuah komunitas dan pendampingan dari Pillar.

Sarjana lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu mengaku, selain mendapat tambahan pengetahuan dalam menjalankan dan mengembangkan usaha, dia juga mendapatkan banyak pengalaman bisnis baru dari para entrepreneur lain yang tergabung di Pillar. “Tak hanya itu, saat ini jaringan bisnis saya juga semakin luas sehingga makin memudahkan saya untuk menjalankan usaha,” ujarnya. (*/Harian Seputar Indonesia)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/165-entrepreneurship/16074-mengasah-kesadaran-berwirausaha.html

No comments:

Post a Comment