SENTRA MEBEL KAYU CONDONG CATUR, YOGYAKARTA
Langganan anak kos (1)
Oleh Fahriyadi - Rabu, 23 Mei 2012 | 14:19 WIB
Mebel atau furniture merupakan
perlengkapan rumah tangga yang sangat dibutuhkan agar hunian terlihat
rapi dan nyaman ditinggali. Pun begitu bagi para mahasiswa yang tinggal
di kontrakan atau kamar kos. Mereka juga membutuhkan mebel seperti meja
belajar, tempat tidur, rak buku atau lemari pakaian.
Menangkap
peluang itu, sejak tahun 2005 berdiri sentra mebel di Jalan Ring Road
Utara, Condong Catur, Yogyakarta. Sentra ini berdekatan dengan beberapa
universitas, seperti Universitas Gadjah Mada dan Universitas
Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.
Dari UGM, sentra
ini bisa dijangkau melalui Jalan Ring Road Utara. Sementara dari Bandara
Adisucipto tinggal lurus ke arah pertigaan Maguwoharjo. Setelah itu
belok kanan masuk Jalan Ring Road sekitar dua kilometer.
Ada 30
perajin mebel yang meramaikan sentra tersebut. Selain bengkel produksi,
sentra ini juga menjadi tempat penjualan mebel. Produk mebel yang
mereka pasarkan merupakan produk yang banyak diincar mahasiswa, seperti
meja belajar, meja televisi, lemari, kursi, hingga rak buku.
Saat
KONTAN menyambangi sentra ini pada Jumat (27/4), aktivitas jual beli
tampak sepi. Tukirah, pemilik kios UD Karya Mandiri bilang, penjualan
mebel ini ada siklusnya. Mulai bulan Februari sampai Mei cenderung sepi.
"Mulai ramai lagi pas masuk tahun ajaran baru sekitar bulan Juni,"
ujarnya.
Kios di sentra ini rata-rata berukuran 3x6 meter. Di
kios mungil itu mereka memproduksi sekaligus menjual produk-produk
mebel. Lantaran membidik mahasiswa, kualitas mebel juga menyesuaikan
dengan kantong mahasiswa. Makanya, kebanyakan mebel di sini terbuat dari
kayu sengon.
Harga jual mebelnya pun terbilang terjangkau,
mulai dari Rp 50.000 untuk meja ukuran kecil hingga Rp 250.000 untuk
lemari ukuran standar. "Harga yang dijual sesuai pasaran yang ada di
daerah ini," ucap Tukirah. Sehari, ia bisa meraup omzet Rp 200.000-Rp
500.000. Produk mebel yang tinggi permintaannya adalah meja dan lemari
ukuran kecil.
Deka Mayanto, pemilik UD Ngatimin mengakui,
penjualan di bulan Februari sampai Mei cenderung sepi. "Setelah itu
ramai lagi," ujarnya.
Ia sendiri telah tiga tahun membuka lapak
di sini. Dengan harga produk mebel Rp 65.000-Rp 250.000 per unit, saban
hari Deka bisa meraup pendapatan sekitar Rp 200.000 per hari. Omzet
sebesar itu tergolong sepi. Saat permintaan melonjak, omzetnya bisa
melonjak hingga tiga sampai empat kali lipat dari biasanya. "Butuh
kesabaran yang luar biasa melakoni bisnis ini," ujarnya penuh semangat.
Mebel custom (2)
Oleh Fahriyadi - Kamis, 24 Mei 2012 | 12:31 WIB
Sebagai usaha yang membidik kalangan
pelajar dan mahasiswa, musim tahun ajaran baru menjadi saat paling
dinanti oleh produsen mebel di Jalan Ring Road Utara, Yogyakarta. Setiap
memasuki tahun ajaran baru, omzet yang mereka dapat cukup besar. Bisa
tiga kali dari omzet di hari biasa.
Namun, ketika musim tahun ajaran baru telah lewat, omzet yang mereka
terima kembali menyusut. Di masa-masa sepi ini mereka terus mencari cara
untuk mendongkrak omzet.
Salah satunya dengan menyediakan jasa pembuatan mebel
custom sesuai dengan keinginan pelanggan. Ragam mebel
custom itu bisa berupa lemari, rak laundry, serta meja dan kursi.
Saat KONTAN menyambangi sentra ini pada Jumat (27/4), beberapa kios nampak memajang mebel
custom pesanan pelanggan. Di kios UD Karya Mandiri milik Tukirah, misalnya, terdapat rak
laundry dan meja kafe yang belum diambil oleh pemesannya.
Pelanggan mebel
custom ini memang kebanyakan pelaku usaha.
Dan, umumnya mereka juga masih mahasiswa. "Biasanya pelanggan tetap kami
yang memesan atau merekomendasikan ke temannya," kata Tukirah.
Karena ukuran kios yang sempit, tidak semua produk
custom
mereka pajang di kios. Sebagian juga mereka taruh di rumah. Begitu pula
dengan pengerjaannya. "Banyak yang kami buat di rumah," kata Tukirah.
Dengan digarap di rumah, hasilnya juga bisa maksimal. Hal itu dilakukan guna memenuhi harapan para pelanggan mebel
custom. "Mereka biasanya pesan mebel yang kuat dan tahan lama," ujarnya.
Maka itu, bahan kayu yang digunakan juga tidak bisa sembarang.
Tukirah sendiri mendatangkan kayu mahoni dari Boyolali dan Kalimantan.
Menurutnya, kayu tersebut cocok untuk bahan mebel custom. "Kayunya tebal
dan kokoh," ucapnya.
Kendati memproduksi mebel
custom, bukan berarti produksi mebel reguler terhenti. Pembuatan mebel
custom tidak mengganggu karena pelanggan sudah memesan tiga sampai satu minggu sebelumnya.
Agus Afandi, pengelola kios Limas juga menyediakan layanan
custom. Ia mengaku, layanan
custom bisa mendongkrak omzet di kala penjualan sedang sepi. Dari omzet harian sebesar Rp 1 juta per hari, pesanan
custom menyumbang 30%-nya.
Agus mengaku, pendapatan dari produk
custom itu lumayan
membantu. "Kami memang dituntut kreatif agar bisa terus bertahan,
apalagi kami tetap harus memikirkan bayar sewa kios," kata Agus.
Terkait layanan
custom ini, pelanggan tidak saja memilih
model dan bentuk yang diinginkan. Tapi, juga bebas memilih bahan baku
kayu sesuai standar kualitas yang mereka inginkan. Hanya, pilihan kayu
itu nantinya akan berpengaruh pada harga jual yang dikenakan.
Tapi umumnya, produk
custom di tempat ini dibanderol mulai 250.000-Rp 1 juta per unit.
Tekan keuntungan (3)
Oleh Fahriyadi - Jumat, 25 Mei 2012 | 15:13 WIB
Para produsen mebel di Jalan Ring
Road Utara, Yogyakarta kerap dihadapkan pada persoalan kenaikan harga
bahan kayu. Celakanya, mereka tak bisa menaikkan harga terlalu tinggi
karena harus menyesuaikan dengan kantong mahasiswa yang serba terbatas.
Agar bisnis tetap jalan, mereka terpaksa menekan keuntungan.
Sekalipun
harga jual kayu mengalami kenaikan, para produsen mebel di Jalan Ring
Road Utara, Yogyakarta tak bisa sembarang menaikkan harga jual. Sebagai
usaha yang membidik pasar mahasiswa, kenaikan harga harus disesuaikan
dengan kantong mahasiswa yang serba terbatas. "Karena pasar utama kami
mahasiswa, harga jual tidak bisa dinaikkan terlalu tinggi," kata
Tukirah, pemilik kios UD Karya Mandiri.
Catatan Tukirah, harga
kayu pernah melejit tinggi di tahun 2010. Saat itu, ia memang melakukan
penyesuaian harga. "Tapi tidak tinggi. Hanya buat menutupi bahan baku
dan ongkos produksi saja," ujarnya.
Ia bilang, harga kayu
kualitas standar pada 2009 masih di kisaran Rp 400.000 per meter kubik.
"Namun kini harganya sudah mencapai Rp 700.000 per meterkubiknya,"
ujarnya.
Menurut Tukirah, lonjakan harga sekitar Rp 100.000
setiap tahunnya itu cukup memberatkan. Sementara mereka tak bisa
menaikkan harga jual terlalu tinggi. Soalnya, tempat mereka berjualan
sekarang sudah dikenal sebagai sentra penjualan mebel kayu dengan harga
murah. Jadi yang bisa mereka lakukan paling memangkas margin.
Meski
harga kayu masih fluktuatif, ia mengaku, hingga kini belum menaikkan
harga jual. Begitu pun ketika harga kayu mengalami penurunan. "Tetap
tak bisa kembali ke harga sebelum mengalami kenaikan," kata Tukirah.
Ia
mengaku sengaja menahan harga mebel supaya tetap terjangkau oleh
pembeli. Ia khawatir, jika dinaikkan terlalu tinggi nanti hanya terjual
sedikit. Akibatnya, perputaran uang bisa tidak lancar.
Para
pedagang kini memperbanyak variasi produk mebel kayu demi menyiasati
kenaikan harga kayu. "Saya membuat bingkai cermin sejak tahun lalu,
kebutuhan bahan tak terlalu banyak namun untungnya lumayan," imbuh
Tukirah.
Deka Mayanto, pemilik UD Ngatimin, membenarkan jika
harga bahan kayu selalu mengalami kenaikan. Ia mengaku, sejak membuka
kios di 2009, harga kayu sengon dan mahoni rata-rata naik 10% setiap
tahun.
Hal ini cukup menyulitkan pedagang karena tak bisa meraup
untung lebih banyak dari bisnis ini. Belum lagi tingkat persaingan yang
semakin ketat.
Namun, ia mengaku, tidak mau terlalu dipusingkan
dengan persoalan itu. Deka yakin masih bisa bersaing dengan produsen
mebel lain karena produk yang dihasilkannya berkualitas bagus. "Produk
yang dijual antar pedagang relatif sama, namun kualitasnya jelas
berbeda," tandasnya.
Makanya, ia selalu memajang produk-produk
bermutu tinggi. Selain itu, ia juga menyisihkan ruang kecil di belakang
kios untuk bengkel produksi.
Dengan begitu, pengunjung bisa
melihat langsung proses pembuatan mebelnya. Sementara ketika kios sepi,
ia bisa mengisi waktu dengan membuat mebel.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-mebel-condong-catur-langganan-anak-kos-1/2012/05/23
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-mebel-condong-catur-mebel-custom-2/2012/05/24
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-mebel-condong-catur-tekan-keuntungan-3/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter