Views :398 Times |
Rabu, 02 Mei 2012 08:52 |
Saat
ini masyarakat mengenal obligasi sebagai salah satu instrumen investasi
yang memiliki imbal balik yang tinggi. Secara ringkas, obligasi
merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. Penerbit obligasi adalah
merupakan debitur bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun perusahaan BUMN
atau swasta. Penerbitan obligasi ini biasanya dilakukan untuk
memperoleh pembiayaan pemerintah atau negara dengan sumber dana dari
luar. Obligasi mempunyai beberapa keuntungan, yakni memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon. Hal ini merupakan ciri utama obligasi, di mana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito atau SBI. Di samping penghasilan berupa kupon, pemegang obligasi juga dapat memperjualbelikan obligasi yang dimilikinya. Karena itu, bila Anda menjual lebih tinggi dibandingkan dengan harga saat Anda membelinya, maka Anda sebagai pemegang obligasi memperoleh selisih yang disebut dengan capital gain. Meski begitu, obligasi juga mempunyai risiko. Berikut beberapa risiko yang melekat pada obligasi Risiko likuiditas Risiko ini melekat pada semua obligasi, baik obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Risiko ini timbul dari kemungkinan tidak likuidnya suatu obligasi diperdagangkan atau tidak mudahnya menjual suatu obligasi di pasar sekunder. Pasar sekunder obligasi tidak seramai pasar sekunder saham. Jika di pasar saham saja ada saham yang tidak likuid, apalagi dalam pasar obligasi. Untuk dua obligasi yang sama karektiristiknya kecuali yang satu likuid dan yang satunya lagi tidak likuid, investor akan meminta tambahan tingkat bunga untuk obligasi yang tidak likuid atau premium risiko likuiditas. Suatu obligasi menjadi likuid di pasar sekunder jika permintaan beli untuk obligasi itu cukup banyak atau memang ada pihak yang berperan sebagai "market maker" yang salah satu fungsinya adalah sebagai pembeli dan penjual obligasi tersebut. Risiko maturitas Risiko ini juga ada pada semua obligasi tetapi terutama pada obligasidan berkaitan dengan masa jatuh tempo obligasi. Secara umum, semakin lama jatuh tempo suatu obligasi, semakin besar tingkat ketidakpastian sehingga semakin besar risiko maturitas. Risiko default Risiko default hanya ada pada obligasi korporasi. Berbeda dengan ORI dan SUN yang dijamin pemerintah sebagai pengutang, obligasi korporasi tidak dijamin pemerintah. Investor yang membeli obligasi korporasi harus menyadari bahwa investasinya bisa tidak kembali jika sebelum obligasi jatuh tempo, korporasi itu bangkrut. Risiko korporasi bangkrut sehingga obligasi dan bunganya menjadi gagal dibayar inilah yang dimaksud dengan risiko default. (*/AS) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/182-investasi/16496-inilah-keutungan-dan-risiko-berinvestasi-obligasi.html
No comments:
Post a Comment