TAWARAN KEMITRAAN KULINER BURGER
Wah, bisnis burger mulai klenger
Burger sudah tidak menjadi makanan mahal lagi. Roti isi daging, sayuran, mayones, serta saus ini bisa ditemukan dengan mudah di kota-kota besar dengan harga yang sangat terjangkau. Tak hanya di restoran asing, burger juga banyak dijual dalam gerai-gerai kecil di pinggir jalan.
Walaupun burger sudah populer, namun tak seluruh tawaran kemitraan burger mengalami perkembangan yang bagus. Ada sebagian pengusaha burger dengan kemitraan yang terus berkembang, namun ada pengusaha yang stagnan.
• Sweet Burger
Mulai menawarkan kemitraan pada awal 2009 di Jakarta, dari 15 mitra yang dulu pernah bergabung dengan Sweet Burger sebagian besar gulung tikar. Saat ini hanya tersisa lima sampai enam saja yang masih aktif. "Ini karena semakin banyaknya saingan," kata Panca Firdaus, pemilik Sweet Burger.
Selain persaingan ketat, pemilihan lokasi yang kurang strategis membuat mitra Sweet Burger tak lagi beroperasi. "Kalau masalah rasa, kita tidak kalah," klaim Panca. Apalagi, menurutnya, tambahan bumbu racikan mayones sendiri membuat rasa burger buatannya lebih lezat.
Tak hanya itu, dia juga membuat sendiri roti burgernya dan menggunakan olahan daging impor. Ini dimaksudkan supaya tekstur roti dan daging yang dibuat lebih kenyal dan enak. Harga yang ditawarkannya juga terjangkau, Rp 7.000 hingga Rp 11.000 per porsi. Dengan harga tersebut, mitra bisa memperoleh margin berkisar 50%-55%.
Dengan margin yang besar, investasi yang disetorkan oleh mitra juga cukup terjangkau. Sweet Burger hanya mengutip biaya kemitraan sebesar
Rp 15 juta untuk kemitraan selama tiga tahun. Dengan dana itu, mitra akan mendapatkan sebuah booth lengkap dengan peralatan masak dan penjualan. Mitra juga mendapat bahan baku produksi awal senilai Rp 200.000.
Panca juga meminta mitra seterusnya membeli bahan baku, seperti roti, beef, sosis dan mentega dari pusat. "Selain bahan baku itu, mitra bebas beli di mana saja," katanya.
Harga bahan baku bervariasi. Contohnya untuk roti, harganya sekitar Rp 1.100 per potong. Adapun beef, mulai dari Rp 1.300 sampai Rp 2.800 per iris tergantung jenisnya. Adapun setiap 400 gram mayones, dihargai Rp 15.000.
Jika mitra ingin memperpanjang kerja sama setelah tiga tahun berakhir, maka hanya berkewajiban membayar kembali biaya kemitraan setengahnya. Dengan target penjualan 25-30 porsi burger dalam sehari, maka omzet diperkirakan sebesar Rp 250.000 hingga Rp 300.000 sehari.
Setelah dikurangi pengeluaran maka keuntungan bersih mitra dalam sebulan akan mencapai Rp 2,5 juta. Dengan demikian balik modal akan tercapai dalam waktu 6 hingga 7 bulan.
Walaupun sejumlah mitranya tak mampu bertahan, Panca tak putus asa. Dia bahkan ingin mengembangkan usaha dengan mengeluarkan paket mini cafe dengan nilai investasi Rp 65 juta. "Kami sedang proses mematangkan konsep. Tahun depan semoga sudah siap," jelas Panca.
• Quickie Eat & Tasted
Nasib kurang menguntungkan juga dialami oleh Quickie Eat & Tasted. Menawarkan kemitraan sejak 2009, Quickie menawarkan menu burger dan hotdog. Walaupun makanan yang dijual lebih bervariasi, namun jumlah mitra Quickie tak bertambah sejak 2010 sampai sekarang.
"Belum ada penambahan gerai baru. Masih sama seperti dulu," kata Guz Ardi, pemilik Quickie Eat & Tasted.
Hingga kini Quickie baru memiliki dua gerai, satu gerai miniresto milik sendiri dan satu gerai booth milik mitra. Belum bertambahnya jumlah mitra, menurut Ardi, karena dia masih konsentrasi di jenis usaha lain.
Bahkan, pengelolaan dan manajerial gerai miniresto Quickie Eat & Tasted di Bintaro, Jakarta telah diserahkan kepada kerabatnya. Ia saat ini mengaku disibukkan dengan bisnis ekspor ikan patin.
Walau begitu, pihaknya masih membuka peluang untuk calon investor yang ingin bermitra. Apalagi, menurut Ardi, bisnis burger masih menjanjikan.
Untuk menjadi mitra Quickie Eat & Tasted paket booth, investasi yang harus dikeluarkan Rp 10 juta untuk kerja sama selama dua tahun. Mitra akan mendapatkan booth, peralatan lengkap, bahan baku awal, serta pelatihan. Paket investasi miniresto yang ditawarkannya juga masih sama, senilai Rp 55 juta.
• Big Burger
Berbeda dengan dua kedai burger asal Jakarta yang lesu. Nasib gerai burger asal Yogyakarta ini jauh lebih baik. Big Burger dalam setahun ini berkembang menjadi 170 mitra dari sebelumnya 112 mitra.
Daru, Marketing Big Burger, mengatakan bahwa penambahan 58 mitra tersebar di Jakarta, Bandung, Samarinda, Lampung, Malang, dan Yogyakarta. Tak hanya itu, dalam waktu dekat, Big Burger juga akan menambah lima gerai baru di Lampung. "Di Yogyakarta bertambah 10 gerai, karena burger di sana telah padat dan berdekatan satu sama lain," katanya. Jika penambahan mitra di Yogyakarta tidak dibatasi, menurutnya, mungkin ada 200 outlet di kota tersebut.
Big Burger sendiri mulai menawarkan kemitraan sejak September 2009. Jika dulunya paket investasi yang ditawarkan sebesar Rp 15 juta, Rp 35 juta, dan Rp 60 juta, kini telah berubah. Kenaikan harga menyesuaikan dengan perubahan booth, meja dan kursi dari kayu menjadi stainless steel.
Untuk paket pertama berupa booth standar dengan ukuran 2 m x 2,5 m di luar Yogyakarta dan Pulau Jawa ditawarkan senilai Rp 18 juta sampai Rp 20 juta. Paket ini cocok untuk usaha yang berlokasi di depan minimarket atau di dalam mal.
Paket kedua atau gerai mini dengan investasi Rp 40 juta khusus di Yogyakarta. Sedangkan untuk calon mitra di luar Jawa harganya naik menjadi Rp 45 juta. Mitra yang memiliki paket kedua mendapatkan booth standar, konter kecil, serta dua set meja dan kursi, neon box dan paket pelatihan.
Adapun paket ketiga, berupa paket master senilai Rp 65 juta. Mitra akan mendapatkan perlengkapan komplet memasak dan penyajian yang terpisah. Juga dilengkapi empat set meja dan kursi, payung kafe, neon box, serta pelatihan karyawan.
Selain biaya investasi awal, Big Burger membebankan biaya keanggotaan di luar Yogyakarta sebesar Rp 100.000 per bulan. Dengan harga per porsi Rp 7.000 sampai dengan Rp 11.000 di Yogyakarta, harga akan berubah tergantung lokasi mitra.
Semakin jauh lokasi mitra dari Big Burger pusat yaitu Yogyakarta, maka harga kemungkinan akan mengalami kenaikan. Sebab, ongkos kirim bahan baku dibebankan kepada mitra. Beban ongkos kirim membuat manajemen Big Burger membuka kesempatan bagi mitranya untuk menaikkan harga jual.
Daru menjanjikan, omzet yang cukup memikat bagi para mitra. Untuk paket booth rata-rata akan mendapat omzet Rp 500.000 sampai Rp 600.00 per hari. "Untuk mini gerai dan master bisa dua kali lipat," kata Daru.
Dengan omzet sebesar itu maka paket mini gerai dan master bisa balik modal dalam waktu lima bulan. Sebab, paket ini memiliki tempat yang lebih besar, sehingga membuat pelanggan memiliki waktu santai yang banyak. "Gerai ini dapat dijadikan tempat untuk berkumpul kaum muda-mudi," katanya.
Selain itu, mitra waralaba mini gerai dan gerai master dapat menjual aneka minuman sebagai pelengkap. Penjualan minuman dapat membantu mendongkrak laba. Adapun untuk booth standar, balik modal yang dijanjikan lebih lama antara enam sampai tujuh bulan setelah beroperasi.
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/76630/Wah-bisnis-burger-mulai-klenger
No comments:
Post a Comment