Wednesday, September 21, 2011

INSPIRASI ASIWA

Peluang Usaha

INSPIRASI

Selasa, 20 September 2011 | 13:55  oleh Fransiska Firlana
INSPIRASI ASIWA
Asiwa sukses usai jemput pelanggan ke stasiun (1)
Persaingan pedagang batik yang kian sengit membuat Asiwa, pemilik Batik Jaya Abadi di Cirebon, Jawa Barat, harus kreatif dalam berjualan. Caranya, dengan menyediakan sarana jemput pelangggan di stasiun Cirebon. Cara ini terbukti efektif. Kini, Asiwa mampu menangguk omzet hingga Rp 100 juta per bulan.

Berfikir kreatif ternyata penting dalam membangun usaha secara mandiri. Seperti yang dilakukan oleh Asiwa, pemilik perusahaan batik khas Cirebon bernama Jaya Abadi di kota Cirebon, Jawa Barat.

Asiwa sejak tiga tahun lalu menggalang ide memasarkan aneka produk batik dengan cara yang relatif berbeda dari pengusaha batik lainnya. Ia memasarkan batik dengan sistem jemput bola ke konsumen.

Caranya dengan memberikan layanan antar-jemput konsumen secara gratis ke stasiun kereta api Cirebon. Tidak hanya jasa antar-jemput ke stasiun saja yang ia berikan kepada konsumen. Asiwa terkadang menjamu konsumennya dengan makanan khas Cirebon seperti empal genthong atau bothok.

Berkat layanan antar-jemput ke stasiun itulah usaha jualan batik Asiwa berbuah manis. Banyak pelanggan senang belanja batik di tempat Asiwa karena merasa nyaman, aman, dan mudah. Alhasil, banyak pelanggan Asiwa rutin berkunjung ke toko milik Asiwa.

Sejatinya, Asiwa sudah membuka toko batik sejak lima tahun yang lalu di kawasan Trusmi, Cirebon. Selama dua tahun ia berjualan batik secara konvensional: menunggu konsumen datang dan membeli.

Ketika itu, di Trusmi baru ada lima pedagang batik. Namun, menurut cerita Asiwa, setelah dua tahun dia berjualan di situ, jumlah pedagang kian bertambah hingga berjumlah puluhan.

Bertambahnya jumlah pedagang batik itu tak lepas dari kian populernya batik cirebon belakangan ini. Maklum, ciri khas batik cirebon berbeda dengan batik solo maupun batik pekalongan.

Salah satu motif terkenal batik cirebon adalah motif mega mendung yang memadukan warna-warna lembut dan warna cerah. Motif ini banyak dicari konsumen dari luar daerah Cirebon.

Karena peminat batik cirebon kian banyak, para pedagang batik di Trusmi pun ikut menikmati hasilnya. Namun, dampaknya jumlah pedagang juga semakin banyak. "Jumlah pedagang makin menjamur,” ungkap Asiwa.

Akibat jumlah pedagang yang kian banyak, persaingan pun kian ketat. Berbagai cara dilakukan pedagang untuk menarik minat konsumen datang ke toko mereka. Demikian juga Asiwa yang meluncurkan ide jemput konsumen ke stasiun kereta api Cirebon.

Asiwa mengaku, layanan antar jemput konsumen ini terinspirasi layanan antar jemput yang dilakukan terhadap tamu-tamu hotel. “Kalau tamu hotel bisa dijemput, tentu tamu saya bisa dijemput juga,” terang Asiwa.

Asiwa memberikan layanan antar jemput gratis itu menggunakan minibus miliknya. Hitungan Asiwa, biaya antar jemput ini tidak terlalu besar. Masih bisa ditutup dengan keuntungan berjualan batik sebab lokasi toko dengan stasiun relatif terjangkau, termasuk dengan terminal. "Akses transportasinya cukup mudah, tapi kami butuh mendekatkan diri kepada konsumen,” terang Asiwa.

Layanan prima kepada konsumen itu ternyata mendapat respons yang baik dari pelanggan atau calon pelanggan Asiwa. Bahkan ada konsumen secara sukarela menginformasikan layanan itu lewat media sosial di internet. "Saya tidak promosi sendiri, tapi pelanggan yang mempromosikan," terang Asiwa.

Dengan layanan antar jemput itu tak hanya pembeli yang menjadi kenal Asiwa. Nama Asiwa pun tenar di kalangan pedagang batik di luar Cirebon sehingga mereka pun kulakan batik di toko Asiwa.

Nah, bagi calon pelanggan yang ingin berbelanja ke showroom Asiwa di Cirebon itu dan ingin dijemput di stasiun caranya cukup mudah. Pelanggan tinggal menghubungi Jaya Abadi dan kemudian membuat janji kedatangan. “Kalau jumlahnya sedikit, saya jemput pakai mini-bus kalau banyak saya jemput pakai Isuzu Elf yang mampu mengangkut penumpang lebih banyak,” terang Asiwa, berpromosi.

Asiwa mengaku, berkat layanan antar jemput itulah penjualan batiknya menanjak drastis. Belakangan ini, dalam sebulan Asiwa bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan.  

Rabu, 21 September 2011 | 13:03  oleh Fransiska Firlana
INSPIRASI ASIWA
Asiwa bikin toko bagus agar konsumen nyaman (2)

Berkat layanan antar-jemput, usaha Asiwa makin membesar. Kini, ia sudah punya tiga toko dan armada khusus untuk antar jemput pelanggan. Selain antar jemput untuk pejabat pemerintah dan wisatawan yang menjadi pelanggan Jaya Abadi, Asiwa juga menyediakan antar jemput untuk pedagang batik dari luar Cirebon.

Ide Asiwa, pemilik toko batik Jaya Abadi di Cirebon, untuk menyediakan layanan antar jemput buat pelanggan ternyata tak sia-sia. Berkat layanan itulah ia bisa menggaet pelanggan dari Jakarta dan sekitarnya dan dari berbagai provinsi.

Segmen pelanggan Asiwa juga beragam, mulai wisatawan, pejabat pemerintahan pusat hingga daerah, termasuk juga pedagang yang kulakan batik di Jaya Abadi. "Istri pejabat juga sering belanja ke tempat saya," terang Asiwa.

Kebanyakan pelanggan yang menggunakan jasa antar jemput itu adalah pelanggan dari Jabodetabek dan Jawa Barat. Sebab ada perjalanan kereta api tujuh kali sehari dari arah Jakarta menuju Cirebon dan sebaliknya.

Karena mudahnya transportasi itulah konsumen dari Jakarta senang belanja batik ke Cirebon. “Pengunjung dari Jakarta bisa datang belanja hanya cukup dalam sehari saja,” tutur Asiwa.

Hampir sama dengan toko batik lainnya, toko Asiwa pun ramai pengunjung di saat liburan. Sebaliknya, di saat Ramadan pengunjung sepi. Dan baru ramai lagi saat libur Lebaran.

Meski di saat Ramadan sepi pengunjung, tapi jangan dikira omzet Asiwa ikut melorot. Justru di saat sepi inilah order atau pesanan batik malah ramai datang dari luar Cirebon. "Bulan Puasa jumlah pengunjung sepi, tapi pesanan banyak," terangnya.

Biasanya pelanggan Asiwa yang rutin memesan batik itu berasal dari Bali, Medan, Palembang, Yogyakarta, dan beberapa kota di Jawa. Kalau ingin pesan, pelanggan cukup memencet nomor telepon untuk memesan batik yang diinginkan.

Selain memberi layanan antar jemput, sikap Asiwa yang baik terhadap pelanggan juga menghasilkan "keuntungan" yang lain. Seorang pelanggan Asiwa dengan suka rela mempromosikan Jaya Abadi di internet. Lihat saja, nama Asiwa beberapa kali tampil di beberapa blog milik pelanggan di internet.

Layanan antar jemput dan seringnya Asiwa nongol di internet membuat usahanya makin terkenal. Bahkan mobil minibus miliknya tak cukup lagi menjemput pelanggan yang sudah terlalu banyak.

Agar layanan antar jemputnya tetap lancar, Asiwa memutuskan membeli minibus Isuzu Elf seharga Rp 290 juta dengan cara kredit. "Angkutan ini bisa membawa 20 tamu sekaligus," terang Asiwa yang mempekerjakan sopir khusus untuk melayani antar jemput itu.

Semakin banyaknya pelanggan tentu membuat fulus Asiwa semakin tebal. Dengan duit yang makin lancar mengalir, Asiwa pun memberanikan diri menambah toko. Tak tanggung-tanggung, tiga toko batik berukuran besar dia bangun sekaligus.

Bagi Asiwa kenyamanan pengunjung adalah nomor satu. Karena itu toko-toko barunya itu dia desain senyaman mungkin. “Konsumen itu harus nyaman. Kalau sudah nyaman, mereka akan membeli," imbuh Asiwa.

Trik Asiwa yang menyediakan layanan antar jemput untuk pelanggan itu mendapat acungan jempol dari Adi Jakaria, pengamat manajemen dari Universitas Indonesia (UI). Adi menilai upaya Asiwa itu sebagai terobosan yang berani. "Apalagi ia melakukannya secara mandiri," ungkap Adi.

Tak hanya itu, Adi menilai layanan antar-jemput konsumen secara gratis oleh Asiwa itu mesti punya perhitungan cermat. Sebab modal untuk menyediakan armada antar jemput juga lumayan besar. "Jasa antar jemput mesti sesuai dengan jumlah pelanggan yang datang," terang Adi.

Adi menyatakan, layanan antar jemput itu jelas akan membuat penyedia jasa ini populer. Sebab, pelanggan yang datang akan merasakan kenyamanan dalam berbelanja. "Konsumen juga tidak perlu repot memikirkan transportasi," terang Adi, panjang lebar.

Selain menghitung jumlah calon pelanggan, untuk menerapkan pola serupa mesti mempertimbangkan lokasi dan kondisi toko. Karena itu, bagi yang ingin mencontoh kiat Asiwa, perlu menghitung dengan cermat biaya penjemputan dari toko ke lokasi penjemputan.

Namun Adi mengingatkan, layanan antar-jemput ini tidak efektif bila diberlakukan terlalu lama. “Layanan ini ampuh, tapi tidak untuk jangka panjang,” kata Adi.

Kamis, 22 September 2011 | 13:40  oleh Fransiska Firlana
INSPIRASI ASIWA
Asiwa awali karier dari pedagang batik keliling (3)

Demi mencapai sukses menjual produk batik khas Cirebon, Asiwa yang kini sudah menjadi juragan batik, mengawali usahanya ini dengan berjualan batik keliling dari satu kota ke kota lain. Baru pada 2005 Asiwa bisa buka toko sendiri. Toko batik itu pula yang menginspirasi warga Trusmi membuka membuka toko serupa.

Untuk menggapai sukses ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Setidaknya itulah pengalaman Asiwa, pemilik toko batik Jaya Abadi di Cirebon, Jawa Barat, ketika mengawali berbisnis batik cirebon.

Asiwa butuh puluhan tahun agar usaha batiknya dikenal hingga ke berbagai daerah. Tak hanya itu, Asiwa juga telah menapak ribuan kilometer untuk mencari pelanggan batiknya.

Ketika itu, kenang Asiwa, sekitar tahun 1980-an dia baru lulus SMA. Namun demi mencari masa depan yang lebih baik, Asiwa rela menjadi pedagang batik keliling dari satu kota ke kota lainnya di berbagai kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, hingga Jawa Timur. "Saya jualan batik hingga Surabaya," kenang Asiwa.

Ketika itu, Asiwa optimistis, dagangannya bakal laku karena batik cirebon punya ciri khas yang berbeda dengan batik lain. Kekhasan batik cirebon itu terletak pada luriknya yang tidak terdapat pada batik lain.

Berbekal minibus, Asiwa keliling berbagai kota. Minibus ini memang berjasa bagi karier Asiwa. Dengan minibus ini pula Asiwa mewujudkan kiat pemasarannya: antar jemput pelanggan.

Kesabaran Asiwa menjajakan batik cirebon ternyata berbuah manis. Banyak pedagang batik dari berbagai kota yang menjadi langganan setia Asiwa. Alhasil, karena saling percaya, transaksi tak lagi butuh ketemu muka tapi cukup dengan saling telepon dan barang dikirim dengan menggunakan jasa ekspedisi.

Bahkan, dalam perkembangannya, setelah menjelajah di pasar Jawa, Asiwa juga menjual batik hingga ke Sumatra. Kini, Asiwa sudah memiliki pelanggan di Medan dan Palembang. "Ada juga pelanggan dari Bali yang juga rutin pesan batik," jelas pria berkumis itu.

Setelah punya banyak pelanggan, barulah Asiwa memutuskan membuka toko di depan rumahnya di daerah Trusmi, pada 2005 lalu. Dengan sendirinya, sejak membuka toko, Asiwa pun mulai jarang berjualan keliling berbagai kota.

Namun begitu, pesanan batik dari pelanggannya tetap mengalir. Terkadang para pelanggannya berkunjung ke toko, selain hanya untuk silaturahmi, pelanggan itu mencari produk batik baru.

Agar tidak mengecewakan pelanggan, Asiwa rutin memperbaharui jualannya. Ia berusaha menjual batik selengkap mungkin, agar tokonya menjadi toko batik one stop shopping.

Di tokonya, Asiwa menjual beragam jenis batik, mulai batik tulis, batik cap, dan batik printing khas Cirebon. Namun, untuk memenuhi konsep one stop shopping bagi toko batinya, Asiwa pun menjual batik dari berbagai daerah di Indonesia, mulai batik solo, batik yogyakarta, dan juga batik pekalongan.

Namun, agar tokonya menjual produk eksklusif, Asiwa juga membuat motif batik sendiri yang berbeda dengan produk batik cirebon lainnya. “Selain menjual batik lembaran, kami juga menjual batik jadi berupa baju atau gaun,” terang Asiwa.

Dalam memproduksi batik, Asiwa tidak perlu jauh-jauh mencari pekerja. Sebab, di Trusmi banyak ahli membatik. Sebab, tradisi membatik di Trusmi sudah turun-temurun.

Sebenarnya, keuletan Asiwa itu menjadi pionir bagi pedagang batik lain di Trusmi. Setelah melihat toko batik Asiwa sukses, terutama dalam lima tahun terakhir ini, mereka juga ramai-ramai membuka toko batik.

Kini jumlah toko batik di Trusmi mencapai puluhan toko. "Jarak satu toko dengan toko lain terkadang tidak sampai 50 meter," terang Asiwa.

Lantaran jumlah pedagang batik di Jalan Panembahan itu kian banyak, membuat lokasi ini menjadi tujuan belanja batik di Cirebon. Letak yang strategis membuat kawasan ini semakin cepat dikenal. Apalagi akses dan infrastruktur jalan di situ juga memadai. Bahkan, belakangan muncul rencana akan membuat mal batik di kawasan itu.

Namun, kehadiran puluhan toko batik itu tidak membuat Asiwa gundah. Sebab, para pedagang batik di Trusmi rata-rata bersaudara. "Kami yang tinggal di Trusmi masih memiliki leluhur yang sama, yang rata-rata menguasai batik," ungkap Asiwa. Selain itu, pesaing itu obat untuk tetap bersemangat.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1316501729/77836/Asiwa-sukses-usai-jemput-pelanggan-ke-stasiun-1
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/77944/Asiwa-bikin-toko-bagus-agar-konsumen-nyaman-2
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/78054/Asiwa-awali-karier-dari-pedagang-batik-keliling-3

No comments:

Post a Comment