Views :1245 Times |
Minggu, 25 September 2011 06:47 |
Seorang filsuf Jerman pada abad ke-18, Friedrich Wilhelm Nietzsche, pernah berujar, “Dalam setiap diri manusia dewasa terdapat sifat kekanak-kanakan.” Jika Anda tergolong sebagai penggila game sejati, jangan pernah merasa malu meski umur terus bertambah. Merujuk pada pernyataan Nietzsche, itu sangat wajar. Ya, bermain game bukan dominasi anak-anak. Bahkan seorang dewasa yang sudah memiliki anak pun tak salah bila masih doyan bermain game. Permainan yang sedang tumbuh subur adalah online game. Jenis game ini bisa dimainkan oleh banyak orang, dalam waktu bersamaan, di tempat terpisah. Menurut perusahaan riset game DFC Intelligence, pasar online game dunia meningkat US$ 9,6 miliar dalam enam tahun. Kini, nilainya US$ 13 miliar. Pertumbuhan ini, menurut analis DFC Intelligence, David Cole, lantaran makin luasnya jaringan Internet, penetrasi komputer pribadi (PC), dan persebaran konsol video game. Di Asia, pasar utama online game ada di Korea Selatan, Cina, dan Jepang. Di tiap negara itu, perputaran uangnya mencapai US$ 100 juta setahun. "Massively Multiplayer Online (MMO) adalah model bisnis online yang canggih dan dapat meraup pendapatan sangat besar," kata Cole. Game ini bisa dimainkan di berbagai tempat dan waktu oleh banyak pemain. Jenis permainan yang populer antara lain olahraga, balapan, dan action. Usaha online game kemudian merembet ke industri retail, khususnya penjualan voucher fitur game. Kupon ini adalah model jual-beli virtual agar pengguna bisa mendapatkan item tertentu. Zynga, pembuat game yang populer di jejaring sosial Facebook, naik daun berkat permainan FarmVille, Mavia Wars, dan CityVille. Tahun lalu, Zynga tercatat berhasil meraih pertumbuhan pendapatan sampai 392 persen. Sebuah angka yang fantastis. Pada 2009-2010, Zynga mengantongi laba bersih US$ 27,9 juta dari total pendapatan sebesar US$ 597,5 juta. Hingga kuartal pertama tahun ini, perusahaan tersebut telah memperoleh pendapatan sebesar US$ 235,4 juta. Lebih dari 70 persen pendapatan Zynga bergantung pada voucher kredit Facebook yang dibeli para pemain. Hingga kini, jumlah pengguna aktif permainan yang dikembangkan perusahaan dengan nilai US$ 14 miliar itu sebanyak 62 juta orang. Cerita paling heboh tahun ini di pasar online game adalah ketika PlayStation Network milik Sony dua kali dibobol peretas pada April dan Juni lalu. Lulz Security, kelompok peretas yang mengaku bertanggung jawab, mengambil lebih dari 77 juta akun pengguna PlayStation Network. Sony memang sering menjadi sasaran empuk para peretas. Itu lantaran Sony memiliki pendapatan yang sangat menggiurkan dari pelanggan setianya. Perusahaan yang bermarkas di Jepang itu mengaku sedikitnya mendeteksi empat kali upaya percobaan pembobolan layanan game-nya. Lantas, bagaimana dengan kondisi pasar game di Indonesia? “Masih terbilang kecil, tapi potensial untuk terus berkembang,” kata Heru Nugroho, Presiden Direktur Telegraph Creative Lab, pembuat game Nusantara Online. Pasar game di Indonesia baru mencapai 7 juta orang. Perlahan, tapi pasti, kata Haru, online game akan menjadi sub-industri kreatif yang tumbuh bersamaan dengan pasarnya yang khas. Untuk mengembangkan industrionline game di Tanah Air, dia berpendapat para developer membutuhkan dukungan infrastruktur, misalnya ketersediaan jaringan Internet dan komputer kelas high-end. “Di luar itu, yang tak kalah penting adalah dukungan orang tua,” katanya. Alasannya, selama ini bermain game dikesankan hanya menghabiskan waktu dan akhirnya melupakan pelajaran di sekolah. Tapi jika orang tua juga keranjingan bermain game, industri game dipastikan tak akan pernah mati. (*/Tempointeraktif) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kembangkan-uang-anda/11409-mengintip-profit-bisnis-online-game.html
No comments:
Post a Comment