Thursday, September 15, 2011

Dulang Laba dari Bisnis Baju Anak

PDF Cetak E-mail
Rabu, 14 September 2011 09:13
Pasang-surut bagi pengusaha merupakan hal yang biasa. Dengan ketekunan dan keuletan ditambah kerja keras, tidak mustahil sang pengusaha bisa merasakan kesuksesan.

baju_anak0911Bahkan, omzet ratusan juta rupiah akan dengan mudah didapatkan. Pengalaman tersebut juga dirasakan Deddy Satriawan, seorang pebisnis muda yang berhasil merintis usahanya dengan menjual produk baju anak. Just For Kids, itulah nama gerai milik Deddy yang kini telah ada beberapa cabang di Jakarta. Deddy bercerita awal mula terjun menjadi entrepreneur pada 2007.

Dia bersama temannya merintis usaha baju dewasa yakni Traffic dan You, Me and My Shirt. Keduanya berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan. Namun sayangnya, saat itu keberuntungan tidak berpihak pada Deddy. Usaha You, Me and My Shirt hanya mampu bertahan selama 1,5 tahun. Kemudian baru pada akhir 2009, Deddy memutuskan untuk mendirikan Just For Kids seorang diri, sehingga awal 2010 Deddy tidak lagi mengurus Traffic karena ingin fokus berbisnis baju anak.

Deddy juga menyadari bahwa pasar baju anak lebih menjanjikan ketimbang baju dewasa. “Saya tetap optimistis untuk berbisnis lagi di jenis usaha yang hampir sama, meski pernah mengalami kerugian,” kata Deddy di salah satu mal di Jakarta beberapa waktu lalu. Gerai Just For Kids yang pertama dibuka di ITC Kuningan.

Waktu itu, Deddy rela menjual mobil pribadinya untuk memperoleh modal awal usahanya yang sekitar Rp50 juta. Uang itu dipergunakan menyewa sekaligus merenovasi gerai sebesar Rp40 juta, sedangkan sisanya untuk membayar karyawan, membeli bahan baku, dan sebagainya. Setelah itu, Deddy membuka gerai di Supermall Karawaci. Gerai itu sifatnya tidak permanen, sehingga tidak menelan banyak biaya.

Sadar respons pembeli cukup baik, Deddy kembali membuka gerai di Pondok Indah Mall (PIM) pada Februari 2011 dan Mal Metropolitan Bekasi pada Juli 2011. Gerai terbaru Just For Kids berlokasi di Mall of Indonesia (MoI) Kelapa Gading yang dibuka pada Agustus 2011. Tak hanya itu, Deddy juga berhasil masuk Metro Department Store.

Bahkan, tahun ini Deddy menargetkan akan membuka delapan gerai di Jakarta. Tahun depan Deddy juga berencana untuk membidik pasar di luar Jakarta, yakni Bali dan Sumatera. “Targetnya 10 gerai dalam satu tahun. Strategi promosi dan posisitioning brand Just For Kids. Sebenarnya melalui kerja sama dengan Metro Department Store itu merupakan salah satu strategi marketing supaya tidak kehilangan pasar, meski penghasilan di Metro cuma 30 persen dibanding total penghasilan satu gerai,” kata Deddy.

Setelah Lebaran tahun ini, Deddy akan menjadikan salah satu artis cilik sebagai brand ambassador Just For Kids. Selain itu, Deddy juga akan memindahkan gerai Just For Kids di ITC Kuningan ke mal lain yang bersegmen menengah ke atas. Namun, Deddy mengungkapkan belum berencana untuk merambah ke pasar ekspor. Deddy mengaku sangat selektif dalam memilih lokasi gerai Just For Kids. Letak gerai sangat menentukan penjualan.

Gerai Just For Kids di ITC Kuningan terletak di bagian belakang, sehingga jarang dilewati dan dilirik pembeli. Penjualan di gerai ITC Kuningan hanya mampu mencapai Rp30 juta per bulan, sedangkan gerai lain yang terletak di bagian depan mampu meraih keuntungan hingga dua kali lipat.

“Penjualan di setiap gerai itu berbeda. Karena ternyata memang benar sih, posisi dan lokasi gerai itu sangat menentukan penjualan. Untuk sewa tempat, saya lebih pilih ada di depan dibandingkan belakang, meski lebih mahal. Beda posisi itu bisa beda keuntungan hingga tiga kali lipat karena progresnya cepat,” jelas pria berusia 32 tahun ini.

Kondisi berbeda terjadi di gerai PIM yang mampu meraup omzet hingga sekitar Rp150 juta per bulan. Bahkan, momen tertentu seperti Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru, mampu mendongkrak penjualan hingga 100 persen.

“Di PIM, segmen kami adalah menengah ke atas, sedangkan di ITC Kuningan itu menengah ke bawah. Harga sewa di PIM lebih mahal, tapi penjualan juga lebih besar enam kali lipat karena harga produk yang dijual lebih mahal. Jadi, di ITC Kuningan terpaksa ditutup sementara karena positioning-nya sudah enggak cocok lagi,” papar Deddy.

Ketika beralih ke segmen berbeda, Deddy melakukan berbagai strategi penjualan yang baru demi memanjakan pelanggannya, seperti mengubah kemasan shopping bag, meningkatkan kualitas bahan baju, hingga memberikan pelatihan karyawan sehingga bisa memberikan pelayanan yang lebih baik. “Produk yang dijual sesuai dengan karakter konsumen di wilayah gerai. Intinya, walaupun brand lokal, standarnya enggak kalah dengan brand luar negeri,” ucapnya.

Saat ini biaya produksi adalah sebesar 30 persen dari harga jual. “Jadi, harga jual yakni 300 persen. Porsi harga produksi 30 persen dari harga jual. Angka itu belum termasuk sewa tempat dan karyawan. Awalnya, karyawan saya berjumlah sekitar lima orang, sekarang sudah bertambah menjadi 30 orang,” katanya.

Kesuksesan Just For Kids hingga saat ini tidak terlepas dari inspirasi yang didapat Deddy Satriawan dari anaknya sendiri. Ketika anak pertamanya lahir pada 2008, Deddy kesulitan untuk mendapatkan baju anak yang berkualitas dan fashionable.

“Susah banget cari baju anak kecil yang bagus, kreatif, dan tidak standar. Selain itu harganya mahal,” kata Deddy. Hal itu membuat dirinya berinisiatif membuat baju sendiri untuk anaknya. Hasilnya ternyata banyak orang yang suka. Semenjak itulah dia mencoba membuat baju anak dan menjualnya. Sebelum terjun menjadi pebisnis, Deddy sempat bekerja sebagai konsultan desain grafis di sebuah perusahaan periklanan selama lima tahun.

Saat ini, Deddy mengaku mau fokus untuk mengurus Just For Kids dan belum ada keinginan untuk kembali menjalani profesi yang dulu. “Pasar baju anak lebih luas dan menjanjikan. Selain itu, daya belinya juga lebih bagus,” ujarnya. Ke depan, kata Deddy, fashion akan terus berubah. Just For Kids akan terus berkembang dan menghasilkan sesuatu yang lebih kreatif agar pembeli tidak jenuh dengan produk yang ditawarkan.

Sesuai dengan slogan Just For Kids, yakni where kids meet Hollywood. “Anak-anak harus keliatan lebih keren dan bisa menjadi seperti yang mereka mau walaupun masih di usia dini,” jelasnya. Deddy menambahkan, Just For Kids juga banyak menerima pesanan dari perusahaan multinasional untuk memproduksi barang promosi seperti kaus, kemeja, sepatu, topi.

“Adapun klien reguler kita misalnya adalah Sony Indonesia, Bosch, Shell, BNI, Bumiputera, Plaza Indonesia, IBM, dan Dell,” tandas Deddy. Ciri khas dari Just For Kids adalah tulisan-tulisan kreatif yang disablon di atas baju anak. Saat ini baju yang diproduksi adalah untuk anak berusia 1–10 tahun dan dibanderol dengan harga Rp79.000–129.000 per baju.

Deddy juga memproduksi barang khusus anak lainnya seperti sepatu, celana jins, blazer, dan topi. Selain anak, Deddy juga memproduksi baju khusus keluarga yakni untuk ayah, ibu, dan anak dengan desain yang sama seharga Rp299.000 per satu set. Tak hanya itu, Deddy juga berencana untuk memproduksi tas anak dan jumper untuk bayi. (*/Okezone) Sumber: http://ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/11120-dulang-laba-dari-bisnis-baju-anak.html

No comments:

Post a Comment