Industri
HOME | MANUFAKTUR |
Rabu, 07 September 2011 | 09:00 oleh Yudo Widiyanto, Maria Rosita
BISNIS CONVENIENCE
Bisnis convenience store kian ketat
JAKARTA. Persaingan toko berjenis convenience store semakin ketat. Sejumlah peritel besar seperti PT Midi Utama Indonesia (pengelola Alfa Midi), dan PT Ramayana Lestari Sentosa (pengelola Ramayana) mulai membuka gerai baru convenience store baru-baru ini. Para peritel itu terus berburu area strategis untuk ekspansi toko mereka.
Agus Setiawan, Direktur Operasional Midi Utama menyatakan, perusahaannya baru saja membuka toko asal Jepang merek Lawson di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan sejak awal Agustus lalu. "Kami sudah beroperasi dan mendapatkan respon pasar yang baik," katanya, Selasa (6/9).
Sekadar catatan, menurut Direktur Servis Ritel, lembaga penelitian Nielsen Indonesia, Yongky Susilo, convenience store adalah toko ritel yang fokus menjual produk fast moving non sembako dan memiliki konsep gerai seperti tempat hangout. Nielsen memprediksi jenis toko ini di Indonesia bisa mencapai 750 gerai pada tahun 2013.
Menurut Agus, pihaknya memilih Kemang karena lokasi yang strategis untuk berjualan. Apalagi, Kemang kerap dijadikan area yang cocok untuk hangout. Tentu ini sesuai dengan konsep Lawson yang mengincar konsumen anak-anak muda. "Kami tentu perhitungkan lokasi yang sesuai," tuturnya.
Maklum saja, berbeda dengan toko kelontong merek Alfa Midi, toko ritel Lawson mirip sebuah kafe. Selain menjual produk fast moving, Lawson menjual makanan cepat saji asal Jepang seperti oden, enachike, steam bun, dorayaki, dan minuman coldiez. Selain itu terdapat fasilitas tempat duduk (sitting area) dan WiFi.
Djoko Susanto, Presiden Komisaris Midi Utama, bilang, investasi rata-rata satu toko berjenis convenience store ini mencapai sekitar Rp 2 miliar. Investasi tersebut lebih mahal dibandingkan biaya membangun toko ritel biasa yang cukup dengan Rp 500 juta-Rp 600 juta per gerai. Midi Utama mentargetkan hingga 2012 bisa membangun 50 gerai.
Jadi tempat rekreasi
Tak mau ketinggalan, Ramayana juga mulai ekspansi membangun gerai convenience store bernama Orange Mart. Direktur Ramayana, Setyadi Surya, menuturkan pihaknya baru saja menambah dua gerai baru Orange Mart di Kediri dan Garut. "Juli dan Agustus lalu baru kami bangun dengan investasi mencapai Rp 1 miliar per gerai," tuturnya.
Hingga saat ini total toko Orange Mart telah mencapai enam gerai tersebar di berbagai daerah. Dalam waktu dekat Ramayana akan terus menambah gerai di pelosok daerah. Setyadi merahasiakan jumlah target gerainya di masa mendatang. "Intinya kami ingin Orange Mart mirip tempat rekreasi," katanya.
Sementara itu Maria Suwarno, Direktur Marketing PT Hero Supermarket Tbk, mengatakan saat ini telah memiliki sebanyak 130 gerai merek Starmart. Saat ini pihaknya tengah mencari daerah yang layak untuk tokonya. "Kami lebih suka membidik area perkantoran dan apartemen," katanya.
Sumber:
http://industri.kontan.co.id/v2/read/industri/76785/Bisnis-convenience-store-kian-ketat
Agus Setiawan, Direktur Operasional Midi Utama menyatakan, perusahaannya baru saja membuka toko asal Jepang merek Lawson di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan sejak awal Agustus lalu. "Kami sudah beroperasi dan mendapatkan respon pasar yang baik," katanya, Selasa (6/9).
Sekadar catatan, menurut Direktur Servis Ritel, lembaga penelitian Nielsen Indonesia, Yongky Susilo, convenience store adalah toko ritel yang fokus menjual produk fast moving non sembako dan memiliki konsep gerai seperti tempat hangout. Nielsen memprediksi jenis toko ini di Indonesia bisa mencapai 750 gerai pada tahun 2013.
Menurut Agus, pihaknya memilih Kemang karena lokasi yang strategis untuk berjualan. Apalagi, Kemang kerap dijadikan area yang cocok untuk hangout. Tentu ini sesuai dengan konsep Lawson yang mengincar konsumen anak-anak muda. "Kami tentu perhitungkan lokasi yang sesuai," tuturnya.
Maklum saja, berbeda dengan toko kelontong merek Alfa Midi, toko ritel Lawson mirip sebuah kafe. Selain menjual produk fast moving, Lawson menjual makanan cepat saji asal Jepang seperti oden, enachike, steam bun, dorayaki, dan minuman coldiez. Selain itu terdapat fasilitas tempat duduk (sitting area) dan WiFi.
Djoko Susanto, Presiden Komisaris Midi Utama, bilang, investasi rata-rata satu toko berjenis convenience store ini mencapai sekitar Rp 2 miliar. Investasi tersebut lebih mahal dibandingkan biaya membangun toko ritel biasa yang cukup dengan Rp 500 juta-Rp 600 juta per gerai. Midi Utama mentargetkan hingga 2012 bisa membangun 50 gerai.
Jadi tempat rekreasi
Tak mau ketinggalan, Ramayana juga mulai ekspansi membangun gerai convenience store bernama Orange Mart. Direktur Ramayana, Setyadi Surya, menuturkan pihaknya baru saja menambah dua gerai baru Orange Mart di Kediri dan Garut. "Juli dan Agustus lalu baru kami bangun dengan investasi mencapai Rp 1 miliar per gerai," tuturnya.
Hingga saat ini total toko Orange Mart telah mencapai enam gerai tersebar di berbagai daerah. Dalam waktu dekat Ramayana akan terus menambah gerai di pelosok daerah. Setyadi merahasiakan jumlah target gerainya di masa mendatang. "Intinya kami ingin Orange Mart mirip tempat rekreasi," katanya.
Sementara itu Maria Suwarno, Direktur Marketing PT Hero Supermarket Tbk, mengatakan saat ini telah memiliki sebanyak 130 gerai merek Starmart. Saat ini pihaknya tengah mencari daerah yang layak untuk tokonya. "Kami lebih suka membidik area perkantoran dan apartemen," katanya.
Sumber:
http://industri.kontan.co.id/v2/read/industri/76785/Bisnis-convenience-store-kian-ketat
No comments:
Post a Comment