Wednesday, September 7, 2011

Gitar Berukir Khas Bali yang Mendunia

Gitar Berukir Khas Bali yang Mendunia PDF Cetak E-mail
Rabu, 07 September 2011 09:46
Kreatifitas bila dipadukan dengan keahlian bisa menghasilkan produk inovatif yang berbuah pundi-pundi keuntungan. Demikianlah yang dialami I Wayan Tuges. Warisan bakat seni yang mengalir dalam darahnya dikolaborasikan dengan sangat apik oleh kreatifitasnya sehingga menciptakan produk inovatif berupa gitar ukir khas Bali.

gitar_blueberryI Wayan Tuges lahir dari keluarga berbakat seni. Sang kakek, Nyoman Selag, dan ayahanda, I Nyoman Ritug, adalah para pemahat ternama di pulau dewata, tepatnya di kawasan Guwang, Sukawati, Gianyar. Hidup di tengah-tengah keluarga pemahat membuat seniman yang akrab disapa Tuges ini sudah tak merasa asing lagi dengan pahat. Sejak usia lima tahun, ia telah mengenal alat itu dengan baik. Menginjak dewasa, Tuges memanfaatkan keahliannya untuk memahat batu.

Minat membuat gitar berukir timbul saat Tuges bertemu dengan Danny Fonfeder, pengusaha sekaligus musisi asal Kanada, pada tahun 2005. Fonfeder yang hobi bermain gitar ini menyampaikan idenya kepada Tuges untuk mempunyai gitar khas Bali. Menilik background Tuges serta keahliannya memahat, Fonfeder yakin Tuges bisa menciptakan gitar yang lebih baik dari yang dimilikinya. Demi membantu Tuges mempelajari struktur gitar yang kala itu masih terasa asing baginya, Fonfeder rela menghancurkan gitarnya sendiri.

Keseriusan Fonfeder dalam membantu Tuges tak hanya berhenti sampai di situ. Ketika dirinya kembali lagi ke Bali, ia mengajak George Morris-pencipta gitar kawakan dari Amerika-untuk membimbing Tuges. Berbekal bimbingan dari sang pakar, Tuges beserta para pematung lokal lainnya melakukan sejumlah eksperimen selama dua tahunan untuk membuat gitar berukir.

Suka duka mencipta gitar disambutnya sebagai sebuah pengalaman luar biasa. Seiring waktu, Tuges akhirnya memahami teknik membuat gitar. Pengalaman trial and error itu tak sia-sia, sebab ia sukses menelurkan gitar-gitar yang tak hanya indah secara visual namun juga indah untuk didengar. “Salah membuat atau salah ukiran bisa menyebabkan gitar tidak mau bunyi,” ucap seniman yang pernah mengikuti ajang International Wood Carving Symposium di Belgia ini.

Alat musik petik karya laki-laki yang lahir pada 7 Oktober 1952 itu terbuat dari bahan-bahan pilihan bermutu tinggi. Awalnya, Tuges mengimpor kayu dari Tasmania, Amerika dan Kanada. Setelah bereksperimen selama beberapa tahun belakangan ini, Tuges memakai kayu lokal seperti cempaka. Kini, seperti diakuinya, gitar-gitar Blueberry yang memiliki suara paling indah adalah gitar yang terbuat dari kayu angih, akasia, sonokling dan mahoni.

Mengenai harga, Tuges membanderol gitar berdasarkan jenis bahan yang dipakai serta tingkat kesulitan proses produksi. Harga jualnya dimulai dari $3.000 dan karya-karyanya itu lebih banyak dipasarkan ke manca negara seperti Amerika dan Eropa. Rob Lutes, Rick Monroe, Dino Bradley dan George Canyon Band Country Rock Little Texas adalah beberapa musisi internasional yang memakai gitar Blueberry. Sementara untuk musisi lokal, tercatat nama Dewa Budjana serta Balawan.

Di mata customer, gitar Blueberry dikenal khas, berkarakter dan unik. Sentuhan seni berupa ukiran Bali berpadu dengan formula pembuatan gitar akustik yang sangat serasi benar-benar menghasilkan gitar-gitar inovatif yang menawan. Berbagi tips mengenai cara merawat gitar agar awet dan tetap terlihat indah, Tuges menyarankan untuk membersihkan serta melindungi gitar dari kelembaban dengan polish khusus, semisal Gibson Guitar Polish. Ia menambahkan, para kolektor gitar dan musisi sebaiknya menghindari pemakaian pembersih gitar yang berbahan air, aseton atau lacquer pengencer serta tidak lupa untuk menyimpan gitar pada tempat yang kering supaya kayu tak menyusut atau mudah retak. (*ely/dari berbagai sumber)

sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/10906-gitar-berukiran-khas-bali-yang-mendunia.html

No comments:

Post a Comment