Hits : 374 |
Senin, 19 November 2012 16:39 |
Transaksi
online (E-commerce) secara garis besar bermula dari fitur-fitur dan
kemudahan berkomunikasi yang ditawarkan oleh Multiply, Facebook, dan
forum Kaskus yang dikenal sebagai e-commerce consumer to consumer.
Salah satu
fitur menguntungkan dari penjualan via online memudahkan interaksi
antara penjual dan pembeli. Fitur yang dihadirkan situs-situs ini
berbentuk katalog.
Ada pula yang
sifatnya business to business (B2B) yang dikenal dengan reseller. Lalu,
kini ada pula yang namanya online retailer. Online retailer menawarkan
penjual margin lebih besar dan bisa mengatur pemasaran.
Dalam
perkembangannya, transaksi online juga mengenal apa yang disebut
marketplace. Dalam bahasa sederhana, market place layaknya sebuah pusat
perbelanjaan atau mal. Di situ ada banyak tenant dan pembeli. Contohnya,
Plasa.com, Rakuten, Blibli.com, eBay Indonesia, dan lainnya.
Secara garis besar, penjualan via
online ada beberapa tipe, yakni ada yang menjual sendiri langsung dengan
metode consumer to consumer, ada pula yang menjual lewat sistem menitip
ke pihak lain.
Salah satu desainer muda yang mulai
memperbesar area penjualannya di bidang digital dengan menjual via
online retailer, Mel Ahyar, menuturkan, ada banyak keuntungan dengan
menjual produknya di toko online.
Menjual barang via online tidak
seribet menjual di toko nyata. Melalui toko online, penjual bisa
terhubung dengan pelangan dari luar kota, atau bahkan luar negeri lebih
cepat.
Bagi yang menggelutinya, penjualan
toko online bisa membantu tetap fokus pada produksi dan pengembangan
desain. Pasalnya, pihak kedua akan mengurus segala sesuatunya hingga
sampai ke pelanggan.
Penjualan via online bergantung
pada kepercayaan. Untuk itu, penting bagi pelaku bisnis di bidang ini
untuk menjaga kepercayaan. Penjual harus mendengar feedback pelanggan
lalu dibicarakan di toko nyata. Membangun trust pelanggan tidak bisa
dengan berkoar-koar sepihak. Penjual juga harus menjaga kualitas produk
dan pengiriman yang sesuai janji.
Rasa percaya itu bukan hal mudah
untuk dipertahankan. Mengingat persaingan di penjualan produk di
internet saat ini kian ketat, pelanggan bisa dengan mudahnya "jatuh ke
lain hati".
Susahnya lagi kalau dikira penipu.
Penting untuk membangun trust dari pelanggan. Karenanya, testimonial
dari pelanggan itu harus dipasang. Salah satu cara saya adalah dengan
selalu memasang foto barang hasil jepretan sendiri, tidak pernah ambil
dari situs lain. Supaya pelanggan bisa melihat bentukan aslinya,
editannya pun seadanya saja. Ukuran juga harus detail dicantumkan.
Salah seorang pelaku bisnis toko
online, Mel mengaku untung melakoni bisnisnya. Selama ini ia menjual
koleksi busananya di toko nyata yang terletak di Grand Indonesia,
Jakarta serta di department store. Menurut Mel, menjual produk via pihak
kedua itu lebih menguntungkan.
"Menjual via online retailer selama
ini menggunakan metode konsinyasi. Biasanya mereka mengambil sekitar
25-40 persen. Sementara kalau di department store, jumlah persentasenya
lebih besar, antara 30-50 persen. Jadi, lumayan jauh bedanya. Dengan
toko online pun tidak harus memikirkan biaya penjaga toko, tidak perlu
mengkhawatirkan stok, dan sebagainya," kata Mel.
Terlebih lagi, bagi Mel yang masih
memproduksi barang-barangnya sendiri, barang hasil desainnya cenderung
terbatas dan eksklusif. Penjualan lewat online lebih baik untuk mewadahi
hal ini, karena penjualan lebih cepat dan mendorongnya berproduksi
lebih cepat lagi.
Direktur perusahaan pengembangan
ecommerce Ideosource, Andi S Boediman, penjualan toko online akan terus
berkembang. Kondisi ini merupakan waktu paling tepat untuk memulai
bisnis penjualan via online.
Nilai belanja e-commerce di
Indonesia terus bertumbuh dari 3 persen di tahun 2009, sekarang telah
mencapai 6 persen dari 50 juta pengguna. Nilai belanjanya mencapai
USD290 juta atau sekitar Rp2,69 triliun. (Dim)
|
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/178-bisnis-online/21664-plus-minus-ecommerce.html
No comments:
Post a Comment