Monday, November 12, 2012

Perusahaan 'mandeg', ketiadaan inovasi

KIAT MANAJEMEN: Perusahaan 'mandeg', ketiadaan inovasi

Compact_inovasi--antara "Emang enak...", begitu kata pelaku usaha industri makanan olahan berskala menengah yang saya temui beberapa hari lalu berkaitan dengan focus group discussion dalam rangka penumbuhkembangan perusahaan berskala besar baru.

Arrbey Innovation and Competitiveness Center membantu Kementerian Perindustrian untuk mendalami problematika yang dihadapi perusahaan industri berskala menengah agar dapat mengkonstruksi rekomendasi kebijakan dan program untuk menghasilkan perusahaan industri berskala besar baru.

Spontanitas komentar "emang enak" di atas merupakan cerminan menjadi perusahaan berskala menengah memang tidak mudah. Komentar "emang enak" bisa bermakna tidak mudah menjadikan perusahaan kecil agar menjadi menengah, tetapi lebih tepat ke pengertian bahwa menjaga eksistensi perusahaan menengah memang tidak mudah.

Bahasa 'terangnya' arti komentar "emang enak" kira-kira berarti bahwa  "banyak tidak enaknya menjadi perusahaan menengah". Kompleksitas permasalahan perusahaan berskala menengah memang lebih rumit dibandingkan perusahaan kecil.

Dari penelitian awal yang dilakukan, didapatkan anomali bahwa jumlah perusahaan besar yang ada di negara kita lebih banyak daripada jumlah perusahaan berskala menengah.

Selain aspek kompleksitas permasalahan perusahaan berskala menengah, perlu juga mendapat perhatian kategorisasi perusahaaan kelas menengah khususnya yang bergerak di industri manufaktur. Indikator perusahaan berskala menengah atau besar perlu disinkronkan dengan jenis usaha industri yang digeluti.   Bagi industri garmen yang relatif padat tenaga kerja  tentulah berbeda significant skalanya dengan perusahaan industri produsen permesinan yang padat modal meskipun keduanya menggunakan tenaga kerja dengan jumlah yang sama.

Setidaknya ada tiga ukuran utama untuk mengkategorikan perusahaan berskala mikro, kecil, menengah  dan besar yaitu omset, investasi fixed aset tanpa tanah dan bangunan dan jumlah tenaga kerja. Hanya saja mengingat komposisi skala perusahaan di Indonesia dan dalam rangka menghasilkan perusahaan sektor industri manufaktur berskala besar, dibutuhkan tambahan kategori skala usaha yaitu menengah besar.

Perusahaan berskala menengah besar merupakan perusahaan-perusahaan yang tidak lagi berada di kategori menengah mengacu pada definisi perusahaan berskala menengah di atas, tetapi perusahaan bersangkutan belum bisa disebut perusahaan 'besar beneran'. Untuk menghasilkan lebih banyak lagi perusahaan berskala besar baru, menumbuhkembangkan dan melakukan intervensi kebijakan pada perusahaan menengah besar merupakan 'short cut' yang reasonable.

Tentu saja untuk menjadikan perusahaan berskala menengah menjadi perusahaan besar perlu memperhatikan problematika yang selama ini mereka hadapi. Termasuk didalamnya memahami mengapa ada pimpinan perusahaan berskala menengah sampai merasa perlu berkeluh kesah "emang enak".

Dari berbagai pertemuan dengan perusahaan berskala menengah dan menengah besar, setidaknya ada lima kendala yang 'membelenggu' dan bila hal-hal tersebut bisa diselesaikan akan menjadikan perusahaan menengah dan menengah besar bisa segera menjadi besar yaitu:

1. Pola Pikir

Perusahaan menengah yang dibangun oleh pemiliknya dari sejak berskala kecil seringkali 'mewarisi' mindset yang 'nrimo' dan berpuas diri atas apa yang sudah dicapai. Bila pola pikir pendiri dan pemimpin perusahaan menengah tersebut masih seperti ini, maka sangat sulit diharapkan perusahaan bersangkutan bisa menjadi besar.  Untuk menjadikan perusahaan berskala besar dibutuhkan keinginan yang besar pula.

Untuk mendorong agar ada perubahan pola pikir pendiri dan pemimpin perusahaan sehingga mau membesarkan perusahaannya bisa dilakukan dengan program mindset development atau dilakukan alih generasi secara sistematis kepada 'pewaris' yang punya wawasan besar dan maju ke depan.

2. Pola Kepemimpinan

Memimpin perusahaan yang berskala semakin besar bisa diibaratkan mengendarai mobil balap Formula Satu  yang 'adu nyali' dan 'adu strategi' nya semakin mendebarkan. Dibutuhkan pemimpin berkualitas untuk memimpin perusahaan besar, yang punya kompetensi kepemimpinan termasuk keberanian untuk mengambil keputusan-keputusan besar.  Pemimpin perusahaan besar perlu punya pola kepemimpinan yang memadukan karakter kepribadiannya dengan kebutuhan organisasi dan lingkungan kompetisi bisnis.

Pemimpin bisnis jaman sekarang, apalagi pemimpin perusahaan besar, perlu punya corporate entrepreneurship yang militan sehingga selalu ada gairah menumbuhkembangkan bisnis baru dalam rangka menjadikan perusahaan yang dipimpinnya semakin besar.

3. Pola Kelola

Ketika perusahaan masih berskala kecil; pendiri merangkap sebagai pemilik, direktur, manajer, supervisor, kasir, penjual dan pemberi layanan konsumen dan 'seabreg' fungsi bisnis lainnya.  Ketika perusahaan menjadi berskala menengah dan besar, kesemua 'hobi' tadi tidak mungkin dilakukan sendiri oleh pendiri. Dibutuhkan pola kelola yang lebih sistematis ketika perusahaan menjadi berskala besar.

Mengelola perusahaan besar membutuhkan pola yang lebih teratur dibandingkan perusahaan yang masih kecil.  Perencanaan yang tadinya tidak terlalu penting, menjadi semakin berperan strategis ketika perusahaan berskala besar. Rapat dan rapat lagi menjadi rutinitas yang perlu disediakan waktu dan juga dimanajemeni dengan baik sehingga bisa berlangsung efektif dan efisien.

4. Pola Investasi

Salah satu indikator perusahaan menjadi berskala lebih besar tergambar dari pertambahan asetnya. Tentu saja pertambahan aset membutuhkan penambahan investasi.

Investasi perusahaan besar perlu ditata dan diramu dengan baik agar menghasilkan bauran stakeholder value yang semakin bertambah dan berkelanjutan.  Untuk mendorong investasi baru, pemerintah bisa menyediakan fasilitasi melalui penyediaan fasilitas kredit, pajak, bunga dan fasilitas lainnya.

5. Pola Inovasi

Faktor utama yang membuat perusahaan 'mandeg' di skala menengah adalah ketiadaan inovasi. Perusahaan, merek, produk, strategi dan program perlu disegarkan dari waktu ke waktu. Inovasi menjadi kunci menggerakkan semua hal diatas.

Dari penelusuran terhadap perusahaan berskala menengah dan besar, ditemukan adanya pola umum terkait dengan inovasi.  Inovasi bisa bersifat proaktif dan reaktif. Kedua pola inovasi di atas merupakan hal yang baik dan sebaiknya dikombinasikan sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang lebih baik dan berkelanjutan.

Kalau problematika dan sekaligus solusi untuk menjadikan perusahaan menengah dan khususnya menengah besar Indonesia tersebut di atas bisa ditangani dengan baik maka kita boleh berharap akan lahirnya perusahaan-perusahaan berskala besar baru di masa mendatang.  Inilah eranya menjadikan perusahaan berskala menengah menjadi besar.  Inilah saatnya merasakan "enaknya menjadi perusahaan menengah besar". (msb)


*Chief Strategy Consultant ARRBEY

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-perusahaan-mandeg-ketiadaan-inovasi

No comments:

Post a Comment