Wednesday, November 21, 2012

Menjadi Pemimpin Bijak

KIAT MANAJEMEN: Menjadi Pemimpin Bijak

Compact_amanah-1 -- Ketepatan dan kecermatan seorang pemimpin dalam menggunakan intuisinya merupakan faktor penentu kesuksesannya--

Menelusuri pelbagai variasi problematika dalam kepemimpinan menjadi perhatian dari seorang pemimpin. Tidak mudah bagi pemimpin untuk menyikapi segala yang terjadi dari institusi atau organisasi yang dipimpinnya.

Setiap peristiwa yang dihadapi oleh orang-orang yang dipimpinnya seyogyanya dapat disikapi secara bijak oleh pemimpin. Sternberg (2004) mengemukakan bahwa istilah bijak atau wisdom diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan kecerdasan dan pengalamannya untuk mecapai kebaikan dan keseimbangan antara intra personal, kepentingan pribadi, dan ekstrapersonal. Kemampuan itu penting untuk dimiliki oleh seorang pemimpin.

Pemimpin yang bijak sepatutnya dapat ‘mendengarkan’ dengan segala inderanya. Hal ini dikarenakan saat menjalankan tampuk kepemimpinan setiap indera akan memainkan perannya. Pemimpin yang bijak akan mempergunakan inderanya dengan tepat dan cermat.

Pemimpin harus ‘pandai-pandai’nya bersikap dan bertindak, terutama disaat menghadapi realitas yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana gaya kepemimpinan saat menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman atau saat ada konflik baik dengan dirinya sendiri maupun konflik yang terjadi dalam institusi yang dipimpinnya.

Ketepatan dan kecermatan seorang pemimpin dalam menggunakan intuisinya merupakan faktor penentu kesuksesannya. Pemimpin yang bijak dibangun dari kemampuannya memimpin orang-orang yang ada di sekitarnya. Saat orang-orang yang dipimpinnya telah mampu menunjukkan kualitas dan kinerja yang optimal, maka disitulah terlihat peran pemimpin yang sesungguhnya.

Oleh karena itu pengalaman dari seorang pemimpin ditunjukkan dari peningkatan kemampuan orang-orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan dapat memberikan dampak yang positif jika dapat dijalankan dengan baik. Sosok pemimpin yang bijak akan sangat memperhatikan hal-hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan organisasi yang dipimpinnya.

Dia tidak hanya menggunakan kekuatannya untuk menunjukkan betapa powerful-nya dia sebagai pemimpin. Dia akan mengetahui saat-saat yang tepat menggunakan kekuatannya. Namun lebih dari itu, seorang yang bijak akan mengakui bahwa kegagalan dan kesuksesan dapat dijadikan suatu proses pembelajaran baik untuk dirinya maupun orang-oran yang didekatnya. Dalam kehidupan kepemimpinan hal tersebut menjadikan pemimpin melihat secara objektif atas apa yang telah dilakukannya.

Bagi seorang pemimpin yang bijak, dia akan mampu memilah mana yang menjadi prioritas dalam menjalankan aktivitasnya dan mana yang tidak. Kemampuan inilah yang menjadikannya arif dalam memimpin. Terkadang hal ini ditunjukkannya saat menghadapi hal-hal yang kompleks dan tak terduga. Disaat itulah kemahirannya dalam bersikap secara bijak dan arif dituntut.

Kearifan dan ke-bijak-an dalam memimpin diharapkan akan mampu memberikan pengaruh positif kepada orang-orang yang dipimpinnya. Hal inilah yang membuat sosok pemimpin mampu menjadikan institusi yang dipimpinnya dapat terus berkembang dan tumbuh dengan lebih baik.

Tujuh Pilar


Dalam artikel berjudul The Seven Pillars of Leadership Wisdom yang diterbitkan oleh Azure Consulting (2008) terdapat tujuh pilar kepemimpinan yang bijak. Pilar tersebut diantaranya adalah time perspective, reflective life experience, making sense of ambiguity, trade of judgement, dealing with life pragmatics,  psychological empathy dan emotional maturity.

Pertama, time perspective. Pilar ini terkait dengan bagaimana seorang pemimpin memandang masalah dan dalam pengambilan keputusan perlu untuk melihat dari perspektif waktu (masa lalu, saat ini dan masa depan). Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi apa yang menjadi landasan dari permasalahan yang terjadi.

Kedua, reflective life experience. Perlu bagi seorang pemimpin untuk meluangkan waktunya untuk merefleksikan tentang isu yang dihadapi institusi atau perusahaannya. Tujuannya adalah agar pemimpin dapat secara bijak mengidentifikasi hal-hal penting sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat.

Ketiga, making sense of ambiguity. Pilar ini dimaksudkan agar seorang pemimpin mampu untuk menerima ketidakpastian dan kompleksitas dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang bijak akan mempersiapkan dan mengantisipasi hal-hal yang kontradiktif agar dapat dipahami dan dijelaskan dengan baik dan terarah.

Keempat, trade of judgement. Penjelasan pilar ini bahwa seorang pemimpin perlu untuk memiliki keseimbangan dalam pengambilan suatu keputusan. Artinya segala sesuatu yang terjadi perlu dicermati secara objektif.

Kelima dealing with life pragmatics. Pemimpin perlu untuk mengakui bahwa konflik dan kompetisi merupakan hal-hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat meneyimbangkan kondisi tersebut.

Keenam, psychological empathy. Pilar ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang bijak hendaknya menyadari bahwa terdapat perbedaan yang berbeda dari setiap orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini penting dimiliki oleh pemimpin karena perbedaan yang ada bila tidak diperhatikan dapat memberikan dampak dalam kinerja seseorang. Pemimpin yang bijak akan terus menjaga toleransi akan adanya perbedaan baik itu secara sosial maupun budaya.

Ketujuh, emotional maturity. Kematangan secara emosional seorang pemimpin menjadi faktor penentu pada kesuksesannya dalam memimpin. Pemimpin harus mampu mentolerir emosinya saat menghadapi situasi, orang-orang yang dipimpinnya dan juga di saat pengambilan keputusan. Untuk itu mood management pemimpin  perlu untuk terus dijaga stabilitasnya.

Pilar-pilar tersebut dapat dijadikan sebagai pondasi bagi seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Sebagai pemimpin dia akan dengan bijak-nya memandang orang-orang yang dipimpin sebagai pribadi yang unik dan memiliki perbedaan satu sama lainnya.

Pemimpin perlu memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam memandang segala sesuatu  tidak hanya dari “kacamata”nya sendiri. Akan tetapi, pemimpin yang bijak akan melihat segala persoalan dari beragam view, terutama dari point of view orang-orang yang dipimpinnya.

Kesuksesan seorang pemimpin, disadari atau tidak, sangat ‘tergantung’ dari orang-orang yang ada ‘dibalik layar’. Pemimpin juga harus dapat mengelola, memilah, dan mengimplementasikan beragam hal dan situasi agar dalam menjalankan kepemimpinannya dia dapat bertindak, bersikap dan berperilaku secara bijak dan profesional.

*Dosen Psikologi Universitas Paramadina Jakarta

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-menjadi-pemimpin-bijak

No comments:

Post a Comment