KIAT MANAJEMEN: Menjadi Besar dan Berdaya Saing
Tidak mudah menjadikan perusahaan agar berskala besar. Tidak mudah juga menjadi perusahaan yang berskala besar, apalagi menjadi perusahaan besar yang berdaya saing tinggi.
Artinya, ada perusahaan yang tidak kunjung menjadi besar karena tidak berdaya saing, ada juga perusahaan yang berskala besar tetapi tidak berdaya saing, dan ada juga perusahaan berdaya saing tinggi yang tidak berskala besar.
Memang tidak harus semua perusahaan menjadi besar. Namun setiap perusahaan perlu tumbuh berkelanjutan supaya tidak mati. Istilahnya: grow or die !!. Artinya, kalau perusahaan tidak bertumbuh itu pertanda dia menuju kematian. Dan ketika terus tumbuh, menjadi besar merupakan sebuah konsekuensi.
Terus tumbuh dibutuhkan untuk menjaga spirit hidup, untuk memberi harapan dan menimbulkan gairah segenap personil dan pimpinan perusahaan serta para stakeholders.
Perusahaan yang menjadi besar adalah perusahaan yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan rekan sejawatnya di bisnis. Bisa jadi karena dia punya daya saing lebih tinggi sehingga berhasil memenangkan kompetisi dalam merebut ‘kantong’ konsumen.
Namun ada juga perusahaan yang menjadi besar karena “dijadikan besar” oleh pemiliknya meskipun sesungguhnya tidak cukup punya daya saing. Perusahaan besar yang bubble seperti ini cenderung akan menjadi beban.
Indonesia perlu lebih banyak perusahaan besar yang berdaya saing global, setidaknya itulah keyakinan dan obsesi saya yang memberi energi untuk mengajak Arrbey dan pihak-pihak terkait untuk mengadakan serangkaian program dan bahkan gerakan Transforming into Large Enterprises atau TiiLEs dengan tema Be Large and Globally Competitive.
Riset terpadu sudah dan masih terus dilakukan, termasuk melalui penyelenggaraan serial seminar, FGD, Summit dan lainnya. Dari riset terpadu TiiLEs, didapatkan setidaknya ada lima dan satu faktor penting untuk menjadikan perusahaan berskala besar yang lalu diberi nama 5n1 TiiLEs Strategy Pillars yaitu 1) Market Expansion, 2) Business Diversification, 3) Corporate Governance, 4) Technology Development, 5) Asset Management dan ‘bonus wajib” Strategic Innovation. Strategi inovasi merupakan penggerak bagi kelima faktor TiiLEs.
Inovasi Melalui Imitasi
Inovasi penting bagi seluruh perusahaan pada semua skala usaha. Mulai dari yang berskala mikro, kecil, menengah, besar sampai besar sekali. Memang ada persepsi umum bahwa inovasi biasanya lebih nampak ketika perusahaan masih baru dan berskala belum besar, yang kemudian terdegredasi ketika perusahaan menjadi makin dewasa dan besar. Inovasi merupakan penggerak, pendorong, pemercepat dan pemberi energi untuk mengkaselerasi pertumbuhan perusahaan.
Bahkan boleh dikatakan, tanpa inovasi tidak akan terjadi pertumbuhan yang berkelanjutan. Inovasi bisa berwujud pada dihasilkannya produk, layanan, sistem, teknologi, tata kelola atau komunikasi baru.
Inovasi bisa dihasilkan dari proses R&D di laboratorium, pengamatan pasar, riset konsumen, competitor inteligence dan bahkan dari hasil ‘ngelamun’ atau bertapa. Banyak cara inovatif untuk menghasilkan inovasi.
Pada TiiLEs-IIC Innovation Summit 2012 beberapa hari lalu, terjadi dialog menarik apakah inovasi bisa dikembangkan melalui imitasi? Para nara sumber terbelah. Ada yang setuju, tapi ada juga yang tidak.Sebagai penyelenggara, saya mencoba bersikap netral tapi tidak bisa menghindar dan perlu bersikap.
Pernyataan pendapat bahwa inovasi bisa dilakukan melalui imitasi sejalan dengan prinsip inovasi ala ATM yang berorientasi praktis. ATM yang dimaksud di sini bukannya mesin kasir uang tetapi kependekan dari Amati-Tiru-Modifikasi.Banyak produk baru yang merupakan hasil dari aplikasi inovasi ala ATM.
Bolehkah inovasi ala ATM? Perang saling tuntut copyright antara Apple dan Samsung yang sekarang sedang marak bisa digunakan sebagai ‘yurisprudensi’ apakah inovasi ala ATM boleh dilakukan atau tidak. Terlepas dari adanya perdebatan soal inovasi ala ATM di sidang pengadilan, pada dasarnya inovasi melibatkan aspek input-proses-output.
Inovasi mudah dikenali hasilnya dari output yang dihasilkan berupa produk, layanan, sistem, tata kelola atau komunikasi baru. Untuk menghasilkan output inovasi, dibutuhkan proses dan input inovasi.
Di sinilah letak perdebatan yang tidak akan kunjung usai akan terjadi. Salah satu langkah proses inovasi adalah ATM di atas, selain tentunya R&D di laboratorium dan bahkan sekedar ‘ngelamun’ sambil bertapa di lembah yang sunyi. Input inovasi menjadi kunci startegis berlangsungnya inovasi.
Input inovasi bersumber pada manusia-manusia berkualitas yang disebut human capital yang punya kemauan dan kemampuan melakukan inovasi. Proses rekrutmen dan pengembangan human capital seperti ini seringkali tidak nampak di publik.
Di Bank Mandiri misalnya, direktorat pengelola human capital mengambil inisiatif dan menyelenggrakan Mandiri Innovation Award untuk mendorong para personilnya mau dan mampu berinovasi.Kemauan melakukan inovasi menjadi sumber penggerak terjadinya inovasi yang berkelanjutan, yang bisa jadi berwujud dalam bentuk langkah praktis inovasi ala ATM ataupun proses inovasi lainnya.
Apapun bentuk proses inovasi yang dilakukan, tetap saja inovasi dituntut menghasilkan output yang marketable dan menghasilkan nilai tambah untuk menumbuhkembangkan usaha bisnis.
Oleh karenanya inovasi dan entrepreneurship haruslah berjalan seiring.Inovasi bukan sekedar inovasi untuk inovasi. Inovasi adalah enabler dan prime mover yang menggerakkan market expansion, business diversification, corporate governance, technology development dan asset management untuk menjadikan perusahaan berskala besar dan lebih besar.(msb)
*Chief Strategy Consultant ARRBEY
http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-menjadi-besar-dan-berdaya-saing
No comments:
Post a Comment