Wednesday, December 5, 2012

Sentra Sepatu Terate

SENTRA PENJUALAN SEPATU KULIT DI JALAN TERATE, BANDUNG

Sentra Sepatu Terate: Jual sepatu Cibaduyut (1)

Sentra Sepatu Terate: Jual sepatu Cibaduyut (1)
Nama Cibaduyut sudah tidak asing lagi sebagai daerah penghasil sepatu kulit terbesar di Jawa Barat. Nama daerah ini akrab di telinga lantaran memasok kebutuhan sepatu hingga ke pelbagai daerah di Indonesia.
Di Jawa Barat sendiri, banyak terdapat sentra penjualan sepatu hasil karya para pengrajin Cibaduyut. Salah satunya ada Jalan Teratai, Kosambi, Bandung.
Sentra penjualan sepatu kulit di Jalan Teratai ini tidak jauh dari Pasar Kosambi, Bandung. Berdiri sejak tahun 1960-an, sentra sepatu ini diramaikan sekitar 35 kios.
Masing-masing kios rata-rata berukuran sekitar 2 meter persegi. Kios-kios sepatu ini dibangun di sisi kiri dan kanan Jalan Teratai. Sebagian besar sepatu dipajang, baik di dalam maupun di depan kios.
KONTAN sempat menyambangi sentra penjualan sepatu ini pada Sabtu (10/11) bulan lalu. Masing-masing kios nampak memajang aneka sepatu kulit dengan pelbagai model, seperti pantofel, boots, dan lain-lain.
Pilihan warnanya juga beragam. Mayoritas sepatu yang dijual merupakan sepatu pria. Semua sepatu boots, misalnya, diproduksi untuk para pria.
Sementara sepatu boots untuk wanita tidak banyak, bahkan tidak dipajang di sentra ini. "Sepatu boots untuk wanita kami sediakan kalau ada yang pesan saja," ujar Bobiec, salah seorang pedagang sepatu di sentra ini.
Bobiec bilang, sentra penjualan sepatu yang berdiri sejak tahun 1960-an ini sudah cukup dikenal, baik di Kota Bandung maupun luar Bandung. Makanya, hampir setiap hari ada saja pengunjung yang menyambangi sentra ini.
Selain sepatu kulit, pedagang juga menjual sepatu olah raga, seperti sepatu bola dan futsal. Bobiec membanderol harga sepatu kulit mulai Rp 200.000 - Rp 350.000 per pasang. Sementara, sepatu futsal dan bola mulai Rp 50.000 - Rp 300.000 per pasang.
Menurut Bobiec, sentra sepatu di Jalan Teratai ini sering dilewati banyak orang. Dalam sehari, ia bisa menjual sekitar tiga hingga lima pasang sepatu dengan omzet Rp 500.000 hingga Rp 1 juta.
Sepatu yang dijual di sini juga bisa ditawar. Kalau pelanggan membeli dalam jumlah banyak, harganya bisa lebih murah.
Mohamad Padli, pedagang lainnya mengatakan, sebagian besar konsumennya adalah warga Bandung yang melintas di Jalan Teratai. Mereka umumnya lebih banyak membeli sepatu futsal dan olahraga.
Tapi menurut Padli, peminat sepatu kulit juga tetap tinggi. Biasanya warga Bandung membeli sepatu kulit secara eceran.
Dalam sehari, Padli bisa menjual rata-rata tiga pasang sepatu dengan omzet Rp 500.000. Sepatu kulit yang dijualnya kebanyakan jenis boots ketimbang pantofel.
Padli bilang, banyak pelanggan lebih tertarik membeli sepatu booth daripada pantofel. Namun, kadang ada juga pelanggan yang mencari pantofel. "Biasanya pantofel dibeli untuk kerja," paparnya.
Eko, pelanggan di sentra ini bilang, sering datang membeli sepatu kulit di Jalan Teratai karena harganya bisa ditawar. "Selain itu, pilihan sepatunya juga banyak," kata Eko.

Sentra Sepatu Terate: Awalnya sepatu bekas (2)

Sentra Sepatu Terate: Awalnya sepatu bekas (2)
Di awal pendirian sekitar tahun 1960-an, sentra penjualan sepatu di Jalan Terate, Bandung, ini hanya menjual sepatu-sepatu bekas. Walau bekas, kondisi sepatu itu masih bagus dan tahan lama lantaran terbuat dari kulit.
Dalam perjalanan berikutnya, penjualan sepatu bekas di Jalan Terate masih marak hingga tahun 1980-an. Setelah itu, banyak pedagang mulai beralih ke sepatu kulit keluaran Cibaduyut yang masih baru.
Bobiec, pedagang sepatu di sentra ini bilang, sampai sekarang, masih ada pedagang yang berjualan sepatu bekas. Tapi, jumlahnya hanya segelintir.
"Pedagang sekarang kurang tertarik menjual sepatu kulit bekas lantaran barangnya sulit didapat dan harganya juga sudah mahal. Jadi, lebih baik menjual sepatu baru," terangnya.
Mohamad Padli, pedagang lainnya menambahkan, penjualan sepatu olahraga di sentra ini mulai marak di sekitar tahun 1999. Hal itu dilakukan untuk mendongkrak perolehan omzet.
Soalnya, penjualan sepatu kulit tidak selancar tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, saat itu sepatu olahraga mulai banyak peminat. "Banyak anak-anak sekolah yang mencari dan harganya juga tidak semahal sepatu kulit," kata Padli.
Sepatu olahraga yang dijual di tempat ini dipasok langsung dari pabrikan di Tangerang dan Jakarta. Meski demikian, bagi para pedagang, penjualan sepatu olahraga itu lebih sekadar pelengkap saja.
Dagangan utamanya tetap sepatu kulit. "Sepatu kulit masih menjadi produk utama yang diandalkan para pedagang,"
tutur Padli.
Padli mengaku tidak tertarik berjualan sepatu bekas. Selain peminatnya tidak banyak, mendapatkan sepatu bekas berkualitas bagus juga semakin sulit.
Padli membandingkan kondisi ketika dulu orang tuanya yang termasuk salah pedagang, berjualan sepatu bekas di Jalan Terate pada tahun 1960-an.
"Waktu itu, orang tua saya dan pedagang lainnya hanya menjual sepatu kulit bekas, baik sepatu pantofel maupun sepatu boots," katanya. Sepatu-sepatu bekas itu di peroleh dari daerah di sekitar Bandung.
Sama dengan Padli, Bobiec fokus berjualan sepatu baru. Ia juga meneruskan usaha orang tuanya yang juga berjualan sepatu bekas di Terate dari awal. "Berjualan sepatu bekas sudah susah di zaman sekarang," ujarnya.
Herman juga termasuk pedagang yang mulai meninggalkan sepatu kulit bekas. Ia berjualan sepatu baru lantaran banyak konsumen tidak tertarik dengan sepatu bekas. "Sekarang, sebagian besar pelanggan lebih tergiur membeli sepatu baru," katanya.
Herman bilang, berjualan sepatu di tempat ini menguntungkan lantaran ongkos membuka kios tidak terlalu mahal. Dengan begitu, ia bisa menjual sepatu dengan harga lebih murah dibandingkan di Cibaduyut sebagai pusat produksi sepatu kulit.

Sentra Sepatu Terate: Andalkan pembeli borongan (3)

Sentra Sepatu Terate: Andalkan pembeli borongan (3

Sentra penjualan sepatu kulit di Jalan Terate, Bandung, sudah terkenal sejak tahun 1960-an. Tidak hanya warga Bandung, tempat ini juga ramai dikunjungi oleh warga dari kota lain.
Bahkan, belakangan ini, banyak pedagang mengandalkan pengunjung dari luar kota sebagai konsumen mereka. Pasalnya, banyak konsumen dari luar kota yang membeli sepatu dalam partai besar atau secara borongan.
Sebagian besar pelanggan dari luar kota berasal dari Cirebon, Kuningan, Riau, dan Kalimantan. Mereka membeli sepatu dalam jumlah banyak untuk dijual lagi di daerahnya masing-masing.
Sebagai pedagang di daerah, mereka rutin berbelanja sepatu di Jalan Terate. Bobiec, salah seorang pedagang sepatu di sentra ini bilang, pelanggan dari luar kota pasti memesan sepatu kulit darinya minimal sekali dalam sebulan.
Bulan Oktober lalu, misalnya, Bobiec mendapat pesanan sebanyak 240 pasang sepatu kulit dari konsumen di Kalimantan. "Berkat mereka, pendapatan kami juga bisa naik," ujar Bobiec, salah seorang pedagang di sentra ini.
Mayoritas konsumen dari daerah ini memesan sepatu kulit. Karena membeli dalam jumlah banyak, Bobiec menjualnya dengan harga grosir.
Harga eceran sepatu di tempat ini dibanderol mulai Rp 200.000-Rp 350.000 per pasang. Sementara, untuk pembelian grosir, harganya di bawah Rp 200.000 per pasang.
"Harga persisnya rahasia karena tidak enak kepada konsumen kami nantinya kalau semua tahu harga beli yang sebenarnya," ujar Bobiec.
Bobiec memberikan harga grosir lantaran konsumen masih mengeluarkan biaya lagi buat pengiriman ke daerahnya. Dengan harga grosir, diharapkan mereka masih mendapat keuntungan. "Kalau untung, mereka bisa datang lagi," katanya.
Pedagang lain, Mohamad Padli juga memiliki sejumlah pelanggan dari luar kota, seperti Cirebon dan Kuningan. Mereka biasanya membeli sepatu kulit dalam jumlah banyak. "Biasanya mereka membeli berlusin-lusin," paparnya.
Padli juga memberikan harga khusus bagi mereka yang sudah menjadi pelanggannya. Selain pelanggan, ia juga kerap didatangi konsumen dari luar kota yang kebetulan sedang berada di Bandung.
Meskipun bukan pedagang, mereka biasanya membeli sepatu kulit secara borongan untuk dibawa ke daerah asal mereka. "Mungkin untuk dijadikan oleh-oleh kepada saudara-saudara mereka," kata Padli.
Herman, pedagang lainnya, mengatakan, pelanggan dari luar kota suka membeli sepatu boots ketimbang sepatu pantofel dan sepatu futsal atau bola. Menurutnya, sepatu boots di sentra ini diminati pelanggan dari luar kota, karena bentuknya yang unik dan bahannya yang terbuat dari kulit.
Selain itu, harga sepatu juga lebih murah ketimbang di tempat lain. "Apalagi, di sini juga banyak pilihan jenis dan warna sepatunya," ungkapnya.
Hampir seluruh pasokan sepatu ditempat ini berasal dari para pengrajin sepatu di Cibaduyut, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pasokan memang bukan dari langsung dari pengrajin. Melainkan, pedagang mendapatkan dari para pemasok. Setiap bulan, para pemasok ini rutin mengirim sepatu ke Jalan Terate.  

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-sepatu-terate-jual-sepatu-cibaduyut-1/2012/12/03
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-sepatu-terate-awalnya-sepatu-bekas-2/2012/12/04
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-sepatu-terate-andalkan-pembeli-borongan-3

No comments:

Post a Comment