Friday, December 7, 2012

Sentra Buku Bekas Cikapundung

SENTRA BUKU DAN MAJALAH BEKAS DI CIKAPUNDUNG BARAT, BANDUNG

Sentra Buku Bekas Cikapundung: Sejak tahun 1970 (1)

Sentra Buku Bekas Cikapundung: Sejak tahun 1970 (1
Bila Anda gemar berburu buku-buku kuno dan langka, ada baiknya menyambangi pusat penjualan buku dan majalah bekas di Jalan Cikapundung Barat, Bandung. Tempat ini diramaikan sekitar 30 pedagang yang menjajakan aneka buku dan majalah bekas.
Tempat ini cukup mudah dijangkau, hanya 10 menit jalan kaki dari Museum Asia Afrika ke arah alun-alun Bandung. Letaknya berada tepat di depan Gedung Bale Sumur Bandung atau kantor PLN Bandung.
Memasuki kawasan ini, Anda akan menemukan deretan penjual buku dan majalah bekas yang mangkal di sepanjang trotoar Jalan Cikapundung Barat.
Di trotoar jalan, mereka membuka lapak semi permanen dan menata rapi buku-buku dan majalah yang dijualnya. Ada banyak buku langka yang dijual di sini, seperti buku sejarah, filsafat, teknik kimia, fisika, ekonomi, dan kesehatan.
Banyak juga novel-novel asing yang ditulis dalam bahasa Inggris. Buku-buku itu sebagian besar terbitan tahun 1920-an.
Tidak hanya buku, tempat ini juga menjual majalah bekas, baik lokal maupun asing. Tema majalahnya beragam, seperti arsitek, desain grafis, dan interior.
Salah seorang pedagang, Bambang Gopes bilang, sentra penjualan buku dan majalah bekas ini sudah ada sejak tahun 1970-an. Dari 30 pedagang di kawasan ini, yang aktif berjualan sekitar 21 pedagang.
"Pedagang yang tidak aktif kadang berjualan di tempat lain juga," kata Bambang yang juga koordinator para pedagang buku di sentra ini.
Di lapaknya, Bambang menjual aneka buku dan majalah bekas. Harga buku dan majalah di sini sangat bervariasi antara Rp 10.000 hingga ratusan ribu, tergantung jenis buku,kualitas, dan kelangkaannya.
Bambang mengaku, setiap harus selalu ada saja pembeli yang berburu buku dan majalah bekas. Mereka adalah mahasiswa dan masyarakat umum.
Selain itu, ada juga kolektor buku dan majalah kuno. Dalam sehari, Bambang bisa menjual puluhan buku dengan omzet Rp 200.000 - Rp 500.000. Ia sudah mulai membuka lapak di sentra ini sejak tahun 1981.
Syamsari Arifin, pedagang lainnya bilang sudah berjualan sejak 1999. Beda dengan Bambang, ia lebih fokus menjual majalah bekas, seperti majalah Bobo, Populer, artistik, interior, desain grafis, dan lainnya.
Majalah itu kebanyakan terbitan tahun 2000 sampai 2011. Harga jualnya bervariasi, mulai mulai dari Rp 2.000 sampai Rp 25.000 per buah. "Mayoritas konsumen saya adalah mahasiswa dan pelajar," katanya.
Dalam sehari, Syamsari bisa menjual puluhan majalah dengan omzet sekitar Rp 200.000. Bila sedang ramai, omzetnya bisa mencapai Rp 500.000.
Uung, pedagang lainnya juga memilih fokus berjualan majalah bekas. Namun demikian, ia tetap memasarkan beberapa buku bekas. Cuma jumlahnya tidak sebanyak majalah. Dalam sehari, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 300.000.

Sentra Buku Bekas Cikapundung: Dipasok agen (2)

Sentra buku dan majalah bekas di Jalan Cikapundung Barat, Bandung, sudah dikenal sejak tahun 1970-an. Sentra ini merupakan tempat favorit para mahasiswa dan masyarakat umum yang ingin berburu buku dan majalah bekas dengan harga murah.
Memang, hampir semua buku yang dijual di tempat ini terbitan lama dan bekas pakai. Namun, ada juga beberapa majalah terbitan terbaru.
Bambang Gopes, pedagang di sentra ini bilang, sebagian besar buku dan majalah yang dijual berbahasa Indonesia dan Inggris. Di luar itu, ada juga yang berbahasa Jerman, Jepang, dan Prancis, meski jumlahnya sedikit, hanya sekitar 20%.
Para pedagang mendapatkan buku-buku tersebut dari para penyalur atau agen yang biasanya mendapatkannya dari penduduk di sekitar kota Bandung. Kebanyakan buku tersebut peninggalan orang tua mereka.
Namun, karena tidak terawat dan sudah tidak diperlukan, mereka biasanya menjualnya. "Selain itu, ada juga yang didapat dari orang-orang yang pindah dan tidak mau repot mengangkut buku tua mereka," ujar Bambang.
Selain dari agen, kadang pedagang di kawasan ini juga mendapat buku langsung dari warga. Namun, tidak semua buku yang biasanya ditawarkan langsung ke pedagang langsung terbeli.
Menurut Bambang, pedagang hanya membeli buku tua yang banyak diminati konsumen. "Jadi kami seleksi. Yang menurut kami bagus akan kami beli, tapi kalau tidak, ya kami tolak," ujarnya.
Menurut Bambang, buku-buku sejarah nasional yang berkisah tentang Soekarno, Mohamad Hatta, dan pahlawanya lainnya biasanya banyak peminat.
Sama halnya dengan buku, pasokan majalah bekas di sentra ini juga didapat dari para penyalur atau agen. Pedagang lain, Syamsuri Arifin bilang, setiap saat, selalu ada agen yang menawarkan majalah bekas ke tempatnya.
Syamsuri juga tetap menyeleksi majalah bekas yang akan dibelinya. "Saya memilih majalah yang suka dibeli pelanggan, selebihnya saya tolak," ucapnya.
Beda lagi dengan Uung, pedagang lain di sentra ini. Ia sering mendapat pesanan dari pelanggan untuk dicarikan buku atau majalah tertentu. Ia lantas meneruskan pesanan pelanggannya itu kepada para agen. "Jika buku itu kami dapatkan, harganya lebih mahal dari biasa," ujar Uung.
Menurut Uung, saat ini semakin sulit mencari buku-buku tua dan langka yang masih dalam kondisi bagus. Sebagian besar rusak atau cacat. Padahal, peminat buku-buku kuno itu masih cukup banyak.
Umumnya, buku tua yang sering dicari konsumen adalah buku-buku terbitan tahun 1920-an dan 1930-an. Bila buku tua itu langka dan banyak dicari oleh kolektor, harganya juga semakin mahal.
Bahkan, ada buku tua yang harganya mencapai jutaan. Biasanya itu buku sejarah atau filsafat dan dibuat oleh penulis terkenal. 

Sentra Buku Bekas Cikapundung: Digilas internet (3)

Suasana ramai dan hiruk pikuk pedagang dan pembeli buku di Cikapundung kini tak lagi terasa seperti 10 tahun atau 15 tahun silam. Kini, hanya beberapa pengunjung yang datang dan suasana lebih lengang.
Bambang Gopes, salah seorang pedagang buku yang sudah puluhan tahun berdagang di sentra ini mensinyalir, minat membaca buku telah tergerus oleh informasi yang didapat dari internet, juga maraknya buku elektronik atawa e-book.
Maklum, saat ini, jaringan internet merambah hampir ke seluruh pelosok daerah. "Dulu, pada tahun 1980-an hingga tahun 1990-an, sentra ini sangat ramai. Tapi, sekarang mulai sepi pembeli," keluhnya.
Sejak internet booming, jumlah pelanggan buku dan majalah bekas di sentra ini merosot drastis. Pelanggan yang selama ini suka mencari buku di sentra ini beralih mencarinya di internet. Pasalnya, hampir semua yang ingin dicari ada di internet.
Sepinya pembeli di sentra ini mulai terasa sejak tahun 2000-an hingga saat ini. Akibatnya, omzet para pedagang juga mengalami anjlok lebih dari 50% dari tahun-tahun sebelumnya.
Syamsuri Arifin, pedagang lainnya, mengeluhkan hal yang sama. Ia bilang, sejak penggunaan internet meluas, peminat majalah bekas tidak seramai dulu. Ia bercerita, pamannya sudah jualan majalah bekas di sentra sejak tahun 1970-an.
Awalnya, pamannya bisa menjual sekitar 30 majalah hingga  50 majalah per hari. Tapi, beberapa tahun terakhir, penjualannya tinggal separonya.
Syamsuri menggambarkan, sebelumnya ada banyak pedagang buku di sentra ini. Tapi, sejak tahun 2000-an, beberapa pedagang gulung tikar dan membuka usaha lain. Mahasiswa dan pelajar yang semula mencari referensi dari buku-buku bekas, belakangan lebih banyak riset lewat internet.
Uung, pedagang lainnya mengatakan, dulu ada banyak pedagang di sentra ini berjualan sampai malam hari. Saking banyaknya, para pedagang harus berbagi tempat.
Jadi ada sebagian yang berjualan pada siang hari sampai sore, dan sebagian lagi membuka lapak dagangan mulai sore sampai pukul 10.00 malam. "Tapi, saat ini hanya beberapa orang saja yang mau berjualan sampai malam," katanya.
Selain itu, saat ini, tidak ada lagi pembagian jam berdagang seperti sebelumnya. Jadi, setiap pedagang bisa terus membuka lapak sampai malam, meski kebanyakan kawasan ini lengang selepas maghrib.
Kini, sentra buku Cikapudung hanya ramai di akhir pekan. Pengunjung di sentra bisa melonjak sampai dua kali lipat dari hari-hari biasanya. Sebagian besar mereka adalah orang Jakarta dan luar kota Bandung.
Agar bisa menarik pembeli, Bambang aktif mencari buku-buku kuno. Saat ini, pelanggan banyak yang mencari buku seperti ini yang tak bisa didapat dari internet. Misalnya, buku tentang sejarah, ekonomi dan filsafat.
Pembelinya kebanyakan berasal dari Jakarta, dengan tujuan untuk dikoleksi. Selain itu, ia juga selalu meminta nomor kontak para pelanggan agar bisa memberikan informasi jika ia punya buku baru yang bagus.
Pedagang juga merambah acara pameran untuk menjemput pembeli. Entah sampai kapan bisa bertahan.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-buku-bekas-cikapundung-sejak-tahun-1970-1/2012/11/22
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-buku-bekas-cikapundung-dipasok-agen-2/2012/11/25
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-buku-bekas-cikapundung-digilas-internet-3

No comments:

Post a Comment