Friday, December 14, 2012

Mentalitas Never Grateful

KIAT MANAJEMEN: Mentalitas Never Grateful

Compact_gratefull ---Mereka tidak mau memberi, tetapi selalu ingin menerima. Akibatnya, orang ini selalu komplain tatkala menerima hal yang kurang daripadanya

Pembaca, mungkin Anda pernah membaca kisah ini. Ada seorang gadis buta yang setiap hari selalu berkeluh kesah soal kondisi dirinya. Ia amat membenci cacatnya. Ia tidak hanya membenci kondisinya tapi juga membenci orang-orang disekitarnya. Mengutuk nasibnya.

Beruntungnya gadis buta ini punya seorang kekasih yang amat mencintainya. Kekasihnya itu, selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Akhirnya, si kekasih itu berjanji bahwa si gadis itu akan dinikahinya, tatkala gadisnya itu sudah bisa melihat.

Dan suatu hari, gadis itu mendapat berita gembira bahwa ada seseorang yang berbaik hati mendonorkan sepasang mata kepadanya. Dan berkat donor itulah, singkat kata, kebutaan gadis itu bisa disembuhkan. Akhirnya, si gadis itupun bisa melihat dunia kembali. Saat itu, untuk pertama kalinya pula ia bisa melihat wajah kekasihnya.

Namun,  betapa kagetnya ia, karena kekasihnya itu ternyata buta. Lebih-lebih lagi si kekasihnya berkata, “Sayangku, sekarang kamu sudah bisa melihat. Bersediakah engkau menikahiku?” Si gadis itu sangat tergoncang hatinya dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa si pacarnya ternyata buta. Akhirnya, si gadis itu menolak mentah-mentah kekasihnya dan menyuruhnya pergi.

Lalu dengan sedih si kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata. Namun, sebelum akhirnya kakekasihnya pergi, tidak lupa ia menitipkan sebuah surat, “Sayangku, aku sudah bersiap-siap seandainya kamu tidak bisa menerima keadaanku yang sekarang. Tetapi, tolonglah kamu jaga baik-baik kedua bola mataku yang telah aku berikan kepadamu.”

Gadis itupun hanya bisa menangis menyadari kebodohannya. Ia sadar, betapa besar pengorbanan kekasihnya selama ini. Tapi, kekasihnya telah pergi selamanya dan ia menyesal telah melukai hati kekasihnya.

Begitulah kisah yang mungkin pernah Anda baca. Namun, tahukah Anda ada versi lain kisah tersebut? Di akhir kisahnya yang dicetak tebal, ada lagi versi yang bunyinya begini: Gadis itupun membaca lebih teliti suratnya kekasihnya. Kaget sebentar tatkala ia menyadari kejadian yang sesungguhnya. Namun, selanjutnya ia.....meremas-remas surat kekasihnya itu dan membuangnya ke tong sampah!

Versi kisah pertama adalah versi yang banyak diceritakan dalama kisah-kisah inspirasional. Saya teringat bagaimana saya terisnpirasi dengan kisah pertama tersebut. Namun kenyataannya, dunia sehari-hari yang kita saksikan bukanlah dunia yang selalu bersikap manis terhadap kebaikan. Bahkan, kebaikan yang kita lakukan justru dilihat sebagai kelemahan dan justru dimanfaatkan.

Bahkan dalam konteks pekerjaan, ada seorang pebisnis yang berkisah, “Beberapa tahun yang lampau. Ada seorang managerku. Saat itu, aku menerimanya karena ia sedang jobless karena PHK besar-besaran. Ia tidak mengerti sama sekali bidang pekerjaan ini. Maka, dari nol saya mengajarinya. Beberapa tahun bekerja, ia sudah jadi pintar dan mengerti seluk-beluknya. Setelah itu dengan berbagai alasan ia mulai bertingkah dan akhirnya iapun keluar dari perusahaan ini. Lebih parah lagi, customer kami dibawanya kabur dan ia pun mendirikan perusahaan tandingan. Sungguh tidak tahu berterima kasih”. Pebisnis itupun bertanya kepada saya, “Mengapa ada manusia yang demikian?”

Antiklimaks

Mengapa ada manusia yang demikian? Tentu saja ada dan jumlahnya pun bisa jadi, cukup banyak. Nah, satu-satunya cara untuk memahami orang yang sulit berterima kasih ini adalah mencoba membedah kondisi psikologis mereka. Biasanya, pertama, manusia yang demikian dibesarkan dalam lingkungan yang sulit untuk berterima kasih. Mereka pun biasanya, sangat lumrah melihat dalam kehidupannya, orang-orang yang tidak tahu berterima kasih, orang-orang yang seringkali membalas air susu dengan air tuba bahkan kerapkali menyaksikan penghianatan dalam kehidupan mereka.

Tak heran, mentalitas seperti inipun menjadi bagian dalam kehidupan mereka. Dan parahnya, secara sadar bisa saja orang-orang seperti ini mengutuk perilaku begitu, tetapi dalam kondisi kepepet biasanya orang seperti ini tidak akan punya rasa penghargaan bahkan mampu mengkhianati orang yang berbuat baik padanya.

Selanjutnya kepada si pebisnis itu saya menceritakan sebuah fakta menarik tentang kehidupan orang-orang yang tidak tahu berterima kasih ini. Cobalah kita salami bagaimana tuntutan dan kondisi mental mereka? Pertama-tama, orang seperti ini akan terus-menerus menuntut dan mengharapkan hal-hal yang baik terjadi dalam hidup mereka.

Mereka tidak mau memberi, tetapi selalu ingin menerima. Akibatnya, orang ini selalu komplain tatkala menerima hal yang kurang daripadanya. Realitanya, tidak semua orang akan berbuat baik kepadanya. Merekapun menjadi marah dan menuntut. Dan kehidupanpun, ternyata tidak berlangsung seperti harapannya. Nilai kehidupan orang seperti inipun diantara minus hingga nol.

Artinya, yang ada hanyalah komplain dan tuntutan. Tatkala orang berbuat baik baginya, nilaipun hanya nol. Dan, ia terus-merus menuntut lagi dari orang-orang dan lingkungannya. Maka, orang yang demikian tidak pernah ada puas-puasnya dan tidak punya rasa bahagia atas apa yag diterimanya. Sungguh, akhirnya kita melihat orang yang perlu dikasihani.

Si pebisnis saya saya ceritakan, hanya tersenyum lantas berkata, “Iya betul juga sih Pak. Toh akhirnya bisnis yang dijalankan hanya begitu-begitu saja setelah bertahun-tahun lewat, dan beberapa pelanggan yang diambilnya, akhirnya kembali juga kepada kami”.

Jangan Ter-demotivasi

Ibu Teresa Calcuta pernah punya satu puisi panjang yang diantaranya berbunyi, “Meskipun ada orang tidak pernah mengatakan terima kasih atas apa yang kamu lakukan, tetaplah lakukan kebaikan”. Dan menurut saya pun, dorongan melakukan hal yang baik, tidak perlu terpupus hanya gara-gara manusia tidak tahu berterima kasih yang hidup di sekitar kita.

Mau tahukah Anda, bagaimana kira-kira kehidupan si kekasih yang buta matanya setelah mendonorkan matanya? Alkisah, si pemuda itu kemudian mendirikan sebuah yayasan untuk menolong orang-orang buta, bahkan akhirnya ia pun menikah dan punya sebuah keluarga yang amat menyayanginya. Dan si pemudi itu, ia akhirnya menikah dengan suami yang sangat ganteng dan kaya raya, tetapi kemudian harus puas dengan hanya menjadi istri yang kesekian!  Tuh kan? (msb)

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-mentalitas-never-grateful

No comments:

Post a Comment