TAWARAN KEMITRAAN
Mencicipi gurihnya laba kemitraan sushi
Oleh Noverius Laoli - Kamis, 13 Desember 2012 | 12:02 WIB | Sumber Kontan 12/12/2012
Masakan khas Jepang sudah lama populer di kalangan pencinta
kuliner di Indonesia. Salah satunya adalah sushi. Buktinya, gerai
makanan Jepang yang menjadikan sushi sebagai menu utama kini semakin
gampang ditemukan, mulai di mal hingga pinggir jalan.
Lantaran banyak peminat, bisnis kuliner khas Negeri Sakura ini tak pernah sepi dari pemain baru. Salah satu pemain di bisnis ini adalah Ade Yoga yang mengusung merek usaha Yumiko Sushi di Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Berdiri tahun ini, Yumiko Sushi langsung menawarkan kemitraan. Lantaran baru, Yoga masih belum memiliki mitra usaha. "Tapi tahun depan, kami optimistis bisa mendapatkan mitra yang produktif dan bisa mengembangkan usaha ini," katanya.
Usaha yang mengusung konsep kios dan kafe ini menyediakan menu sushi dengan 15 varian rasa. Selain sushi, juga tersedia menu Jepang lainnya, seperti bento, sabu-sabu, dan yakiniku.
Aneka makanan Jepang ini dibanderol seharga mulai Rp 12.000 hingga Rp 30.000 per porsi. Dalam kerjasama kemitraan ini, Yumiko Sushi menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket dengan investasi Rp 50 juta.
Paket ini belum termasuk bahan baku awal. Mitra akan mendapatkan satu unit booth dan peralatan lengkap untuk membuat sushi. "Model paket ini seperti kios cake," ujar Yoga.
Dengan paket ini, Yoga menjanjikan omzet mitra sekitar Rp 1,5 juta per hari, atau Rp 45 juta per bulan. Gerai ini hanya menjual sushi.
Kedua, paket dengan investasi Rp 75 juta. Paket ini mengusung konsep kafe. Mitra akan mendapatkan booth yang ukurannya lebih besar dan peralatan lengkap. Sama dengan paket pertama, paket ini juga belum termasuk bahan baku awal.
Namun, menu jualannya lebih lengkap. Selain sushi, juga ada bento, sabu, dan yumiko. Yoga menargetkan omzet mitra Rp 2 juta per hari, atau Rp 60 juta per bulan.
Dalam kemitraan ini, Yoga tidak memungut royalty fee. Tapi, jika mitra menyerahkan pengelolaan manajemen usahanya kepada kantor pusat, ada biaya manajemen (management fee) sebesar 5% dari omzet.
Untuk kedua paket ini, Yoga menjanjikan laba bersih mitra sebesar 20%-30% dari omzet. Dengan laba tersebut, mitra bisa balik modal dalam waktu enam bulan hingga satu tahun setelah beroperasi.
"Kami akan menambah variasi menu makanan sekali tiga bulan agar pelanggan tidak bosan," ungkapnya.
Khoerussalim Ikhsan, pengamat waralaba dari Entrepreneur College, menilai bisnis makanan Jepang masih menjanjikan di Indonesia. Makanan khas Jepang ini banyak peminat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Penyuka makanan Jepang ini kebanyakan berasal dari masyarakat kelas menengah ke atas dan pekerja kantoran.
Namun, bila usaha ini masih baru dan belum memiliki mitra, saran Salim, sebaiknya pemilik Yumiko Sushi memperbanyak cabang sendiri dulu. "Hal itu penting untuk menguji tingkat kelayakan usaha ini," katanya.
Bila sudah terbukti sukses, usaha ini akan lebih mudah menawarkan kemitraan.
Yumiko Sushi
Jl Haji Saikin Gg. Babsel
No 25 Pondok Pinang,
Jakarta Selatan
Hp: 0857-8167-0818
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/mencicipi-gurihnya-laba-kemitraan-sushi
Lantaran banyak peminat, bisnis kuliner khas Negeri Sakura ini tak pernah sepi dari pemain baru. Salah satu pemain di bisnis ini adalah Ade Yoga yang mengusung merek usaha Yumiko Sushi di Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Berdiri tahun ini, Yumiko Sushi langsung menawarkan kemitraan. Lantaran baru, Yoga masih belum memiliki mitra usaha. "Tapi tahun depan, kami optimistis bisa mendapatkan mitra yang produktif dan bisa mengembangkan usaha ini," katanya.
Usaha yang mengusung konsep kios dan kafe ini menyediakan menu sushi dengan 15 varian rasa. Selain sushi, juga tersedia menu Jepang lainnya, seperti bento, sabu-sabu, dan yakiniku.
Aneka makanan Jepang ini dibanderol seharga mulai Rp 12.000 hingga Rp 30.000 per porsi. Dalam kerjasama kemitraan ini, Yumiko Sushi menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket dengan investasi Rp 50 juta.
Paket ini belum termasuk bahan baku awal. Mitra akan mendapatkan satu unit booth dan peralatan lengkap untuk membuat sushi. "Model paket ini seperti kios cake," ujar Yoga.
Dengan paket ini, Yoga menjanjikan omzet mitra sekitar Rp 1,5 juta per hari, atau Rp 45 juta per bulan. Gerai ini hanya menjual sushi.
Kedua, paket dengan investasi Rp 75 juta. Paket ini mengusung konsep kafe. Mitra akan mendapatkan booth yang ukurannya lebih besar dan peralatan lengkap. Sama dengan paket pertama, paket ini juga belum termasuk bahan baku awal.
Namun, menu jualannya lebih lengkap. Selain sushi, juga ada bento, sabu, dan yumiko. Yoga menargetkan omzet mitra Rp 2 juta per hari, atau Rp 60 juta per bulan.
Dalam kemitraan ini, Yoga tidak memungut royalty fee. Tapi, jika mitra menyerahkan pengelolaan manajemen usahanya kepada kantor pusat, ada biaya manajemen (management fee) sebesar 5% dari omzet.
Untuk kedua paket ini, Yoga menjanjikan laba bersih mitra sebesar 20%-30% dari omzet. Dengan laba tersebut, mitra bisa balik modal dalam waktu enam bulan hingga satu tahun setelah beroperasi.
"Kami akan menambah variasi menu makanan sekali tiga bulan agar pelanggan tidak bosan," ungkapnya.
Khoerussalim Ikhsan, pengamat waralaba dari Entrepreneur College, menilai bisnis makanan Jepang masih menjanjikan di Indonesia. Makanan khas Jepang ini banyak peminat, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.
Penyuka makanan Jepang ini kebanyakan berasal dari masyarakat kelas menengah ke atas dan pekerja kantoran.
Namun, bila usaha ini masih baru dan belum memiliki mitra, saran Salim, sebaiknya pemilik Yumiko Sushi memperbanyak cabang sendiri dulu. "Hal itu penting untuk menguji tingkat kelayakan usaha ini," katanya.
Bila sudah terbukti sukses, usaha ini akan lebih mudah menawarkan kemitraan.
Yumiko Sushi
Jl Haji Saikin Gg. Babsel
No 25 Pondok Pinang,
Jakarta Selatan
Hp: 0857-8167-0818
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/mencicipi-gurihnya-laba-kemitraan-sushi
No comments:
Post a Comment