Views :537 Times |
Minggu, 19 Februari 2012 16:01 |
Ini dia bahaya yang diam-diam yang akan menggerogoti kekayaan Anda: inflasi. Bayangkan, ketika Anda berpikir tabungan Anda akan aman-aman saja berada di bank, sejatinya bahaya inflasi tetap mengintai. Perhitungannya sederhana saja. Bila inflasi dalam setahun mencapai 10 persen, bandingkan dengan bagi hasil yang Anda peroleh di bank. Boleh jadi, angkanya masih jauh dari 10 persen dalam setahun. Mulai cemas? Sebenarnya tidak perlu bila kita mau mulai melirik instrumen investasi. Yang paling sederhana dan terbilang paling kuno adalah emas. Budi Raharjo, perencana keuangan independen dari One Consulting, mengungkapkan bahwa emas adalah salah satu bentuk investasi pelindung nilai. Maksudnya, kenaikan harga emas atau logam mulia (LM) biasanya lebih tinggi dari inflasi per tahun. Dengan begitu, LM bisa dilirik untuk menjadi tabungan masa depan karena sangguh mengalahkan inflasi. Tapi, jangan juga buru-buru borong LM. Investasi, ungkap Budi, perlu berdasarkan pertimbangan matang dan pengetahuan cukup. Jangan jadi investor emosional yang ikut-ikutan karena sedang tren, ucapnya. Memang, LM bisa menjadi investasi jangka panjang. Namun, investasi yang berlebihan di LM juga bisa merugikan. Maksud Budi, bukan dalam bentuk menumpuk LM. Ada beberapa produk turunan emas yang membutuhkan pengamatan lebih jeli, sambung dia. Produk emas yang bersifat spekulatif sebaiknya dihindari. Ini karena produk spekulatif mengandung risiko utang berlebihan hingga mungkin tidak terbayar. Yang harus diketahui, harga LM berkembang mengikuti kondisi pasar juga politik dan ekonomi di dalam maupun luar negeri. Faktor yang memengaruhinya beragam hingga sulit memprediksi harga LM secara spesifik di bulan atau tahun tertentu. Pembelian produk LM yang spekulatif ini membuat calon pemiliknya jadi berharap bahwa harga LM akan naik di kemudian hari sehingga utangnya bisa terbayar sebab kenaikan harga LM itu. Selain emas, masih ada lagi instrumen investasi yang tidak kalah menarik untuk dicermati: reksadana. Menurut perencana keuangan Safir Senduk, reksadana adalah jenis investasi surat berharga yang sangat cocok bagi masyarakat menengah dan bawah sekalipun. Produk investasi ini adalah pecahan dari saham, sehingga pembeliannya pun bisa lebih sedikit. Ini artinya membeli reksadana tidak harus harus 500 lembar atau satu lot seperti pada saham. Membeli surat berharga dengan jumlah yang kecil seperti reksadana, hanya membutuhkan investasi yang kecil. ''Dengan uang hanya Rp 200 ribu masyarakat sudah bisa melakukan investasi dengan membeli reksadana,'' ujarnya. Produk investasi surat berharga, tutur Safir, kurang mendapat perhatian di masyarakat. Hal ini karena sebagian besar masyarakat masih menilai produk investasi ini hanya bisa dilakukan orang-orang kaya. ''Paradigma inilah yang harus diubah,'' jelasnya. Hal yang sama juga diungkapkan konsultan investasi dari PT Mitra Rencana Edukasi (MRE), Mike Rini Sutikno. Menurutnya, reksadana lebih diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke bawah karena tidak memerlukan dana yang besar, seperti instrumen investasi lain. Dengan reksadana investor mempunyai berbagai macam jenis surat berharga. Hanya dengan dana minimal kurang dari Rp 500 ribu, masyarakat sudah bisa membeli unit penyertaan reksadana. Bahkan, secara teori dengan dana Rp 100 ribu pun masyarakat sudah bisa membeli reksadana. Namun dengan jumlah dana yang minim, pengembalian (return) investasinya juga akan minim, kata Mike. Sedangkan masyarakat yang memiliki kelebihan dana, tuturnya, ada baiknya memahami pilihan instrumen investasi seperti saham, obligasi, dan deposito. Sebab keuntungan yang didapat akan lebih besar dari reksadana. Bahkan bila berinvestasi di saham, apabila emitennya membukukan keuntungan maka investor akan mendapatkan deviden di setiap tahunnya. Modal minimal yang dibutuhkan untuk memulai investasi ini adalah Rp 5 juta, jelas Mike. Jadi, jangan mau dikalahkan dengan inflasi. Mari mulai jadi investor, walaupun kecil-kecilan. |
Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/index.php/bina-usaha/49-rencana-bisnis/14553-kiat-amankan-aset-dari-inflasi.html
No comments:
Post a Comment