Saturday, July 30, 2011

Jangan Biarkan Bias Pribadi Menggagalkan Usaha Anda!

PDF Cetak E-mail
Jumat, 29 Juli 2011 08:16
Entrepreneur_biasPernahkah Anda menemui seorang entrepreneur dengan semangat dan gairah yang menggebu-gebu? Kepercayaan diri mereka begitu tinggi hingga seolah mereka tak takut apapun meskipun ide bisnis yang mereka miliki secara logika bagi banyak orang sangat mustahil atau sulit diwujudkan. Tentu kita tidak pernah melihat diri kita sendiri dalam kondisi seperti itu namun kita perlu mengakui bahwa manusia melihat realitas secara berbeda melalui sebuah perangkat bias kognitif yang sudah tertanam sejak lahir. Bias kognitif ini berdasarkan pada latar belakang unik dalam diri tiap orang yang dipengaruhi oleh pengalaman, latihan, dan keadaan mentalnya.

Bias ini ada yang baik, dalam arti ia memungkinkan kita untuk menyaring dengan cepat informasi yang masuk ke dalam otak dan membuat keputusan dalam kecepatan yang tinggi seperti yang kita lakukan sehari-hari. Akan tetapi bias juga bisa memberikan dampak kurang baik karena ia sering menyebabkan kita membuat kesalahan dalam mencerna kejadian dan pilihan emosional. Kasus terburuk disebut sebagai "jebakan semangat", yang berupa sebuah pola kepercayaan, pilihan dan perilaku yang dianggap baik, nyaman dan tertanam begitu kuatnya dalam pribadi individu tersebut, tetapi justru membuatnya menjemput "bencana".

John Bradberry, dalam sebuah buku berjudul “6 Secrets to Startup Success” mengidentifikasi 5 jenis bias utama yang mensabotase banyak entrepreneur yang bersemangat tinggi dalam pembuatan keputusan usaha rintisan mereka.

Jika Anda seorang entrepreneur, ada baiknya Anda mengoreksi diri untuk tidak terjebak dalam salah satu dari 5 jenis bias ini:
  1. Bias konfimasi. Jenis bias ini merujuk kepada kecenderungan manusia untuk memilih dan menerjemahkan informasi yang tersedia dengan mengkonfirmasi harapan dan keyakinan yang telah ada sebelumnya. Antidot/ penawarnya ialah dengan mencari pandangan berlawanan yang nampaknya membentuk sebuah pola perhatian. Kemudian apa yang Anda tangkap sebagai pengecualian yang terpisah bisa saja nampak sebagai mayoritas yang nyata.
  2. Keterwakilan (keyakinan dalam hukum jumlah kecil). Banyak entrepreneur cenderung memutuskan simpulan yang mereka sukai berdasarkan pada sejumlah kecil pengamatan atau sedikit data. Para pendiri usaha rintisan yang mendengarkan masukan positif sebanyak 3 dari 4 teman mereka mungkin berasumsi bahwa 75% masyarakat umum akan bereaksi serupa.
  3. Kepercayaan diri berlebihan atau ilusi kendali. Kepercayaan diri menyebabkan para pendiri usaha untuk memperlakukan asumsi mereka sebagai fakta dan melihat ketidakpastian dan risiko lebih sedikit daripada yang sebenarnya. Ilusi kendali menyebabkan pendiri  usaha rintisan untuk terlalu memandang tinggi kemampuan dan keahlian mereka dalam mengendalikan kejadian dan hasilnya di masa datang. Keduanya mengakibatkan rencana-rencana yang muluk-muluk daripada yang realistis.
  4. Mempercayai informasi yang pertama masuk secara berlebihan. Hal ini merujuk pada kecenderungan pikiran kita untuk memegang teguh informasi pertama yang kita peroleh tentang sebuah topik atau ide pertama yang kita pikirkan. Ia mendorong para pendiri usaha untuk senantiasa mempercayai informasi pertama tersebut atau ,jika didesak, untuk mempertimbangkan sedikit saja penyimpangan dari alternatif yang lebih radikal. Kemampuan untuk memutar informasi dengan tajam dan tepat dipertaruhkan di sini.
  5. Naiknya komitmen (kekeliruan “biaya kegagalan”). Pendiri usaha sering menolak untuk meninggalkan strategi yang tidak tepat dalam usahanya untuk menjaga nilai apapun yang telah diciptakannya hingga titik itu. Mereka merasa bahwa mereka telah mencurahkan begitu banyak dana, waktu, energi untuk membesarkan ide atau rencana itu, bahwa ide itu harus berhasil. Berinvestasi lebih banyak untuk satu ide yang buruk tidak akan secara otomatis membuatnya baik dan menguntungkan.

Optimisme misalnya ialah sifat entrepreneurial yang khas yang meningkatkan kinerja tetapi hanya ke taraf tertentu. Sebetulnya orang-orang optimistis yang tidak berlebihan telah terbukti berkinerja lebih baik daripada orang-orang yang optimismenya berlebihan dalam berbagai aspek pekerjaan dan tugas. Terdapat sejumlah karakteristik entrepreneurial yang sama yang diakui kebaikannya tetapi jika terlalu tinggi kadarnya akan mengganggu, dan berdampak pada jebakan semangat yang juga biasa disebut “sifat-sifat Icarus”. Dalam mitologi Yunani Kuno, Icarus adalah sesosok pemuda cerdas yang sanggup terbang dengan sayap buatannya namun karena terlalu senang ia lengah terbang terlalu dekat dengan matahari dan terjatuh ke bumi.

Setiap entrepreneur harus terus mewaspadai tanda-tanda awal bias dan jebakan semangat yang memberikan sinyalemen bahwa Anda tengah menghadapi bahaya dalam mencapai keberhasilan usaha.

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis/10091-jangan-biarkan-bias-pribadi-menggagalkan-usaha-anda.html

No comments:

Post a Comment