Tuesday, May 17, 2011

Sudibyo Karsono, Sukses dengan Pertanian Hidroponik

PDF Cetak E-mail
Senin, 16 Mei 2011 10:07
Sejak kecil, hobi Sudibyo Karsono, yang akrab dipanggil Pak Dibyo, memang elektronik. Hingga usia senja, dia tetap setia dengan utak-atik elektronik. Dia termasuk orang dibelakang layar berdirinya Radio Elshinta.
hidroponikKetika masuk masa pensiun, hobi utak-atik elektronik tetap mengikuti Dibyo dan selalu menggugahnya untuk membuat berbagai rekayasa yang aplikatif. Kali ini ia terapkan di bidang pertanian, tepatnya untuk tanaman hidroponik.
Dengan membuat sendiri sistemm penyiraman, Dibyo telah ikut berperan penting dalam mendirikan Parung Farm. Parung Farm adalah penghasil produk sayur-mayur hasil pertanian hidroponik yang kini merajai di berbagai swalayan wilayah Jabodetabek. "Parung Farm berdiri tahun 2008. Tadinya ini eksperimen di lahan 100 meter persegi untuk menanam semua jenis tanaman skala kecil," katanya.
Tujuan awalnya untuk pelatihan, tetapi ternyata ada permintaan dari luar sekaligus utnuk membuktikan apakah hidroponik layak ditekuni atau tidak.
"Saya pengin tahu juga, hasilnya bisa dijual apa enggak," kata Dibyo. Maka, sejak itu Dibyo berssama saudaranya dan para pekerja Parung Farm serius menggarap hobi tersebut menjadi sesuatu yang menghasilkan.
Berlokasi di jalan Raya Parung-Bogor, Parung, Bogor, Jawa Barat, Parung Farm menjadi ajang pembuktian bahwa orang-orang kota bisa bercocok tanam di lahan terbatas dengan menggunakan hidroponik. Bahkan, bercocok tanam bisa menguntungkan asal memiliki teknik yang efektif.
Sistem hidroponik di Parung Farm dikembangkan secara Mandiri oleh para pekerjanya. Dibyo bertanggungjawab pada sistem pengairan yang kini sudah berjalan otomatis.
"Prinsipnya, saya senang tanaman tetapi malas menyiram, malas merawat. Maka, saya membuat semuanya otomatis, menggunakan timer," kata Dibyo. Jadi, urusan menyiram terjadwal otomatis dan tak bakal lupa. "Dulu, mencari timer di pasaran yang siap diaplikasikan untuk tanaman dengan rentang waktu siram tiap lima menit tidak ada.
Jadilah saya buat sendiri," kata Dibyo. Seperangkat alat hidroponik yang siap digunakan beserta timer rancangan Dibyo menjadi idola, terutama ibu-ibu rumah tangga. "Waktu masih percobaan, saya taruh di halaman rumah saja sudah ditawar ibu-ibu," kata Dibyo. Kini peralatan yang sering disebut hidroponik kit, terdiri dari rangkaian pipa-pipa pralon, itu dijual dengan harga mulai dari Rp 600.000 hingga jutaan rupiah.
Dibyo sudah menghasilkan berbagai timer untuk sistem pengairan. "Saya juga membuat timer sentuh untuk pengamanan alat-alat pompa, timer pemukaan air agar air tak meluber, juga timer dengan sensor cahaya dan panas," katanya.
Butuh waktu lima tahun untuk menemukan bentuk kompak seperti saat ini. Hasil sayuran hidroponik dan timer buatan Dibyo menjadi komoditas yang dicari para pembeli, bahkan sampai luar Pulau Jawa. "Pangsa pasarnya ternyata besar, tetapi kemampuan produksi kami kurang," katanya.
Menurut Dibyo, siapa pun dan dimana pun, termasuk yang tak memiliki lahan, tetap bisa menggunakan hidroponik kit untuk bercocok tanam. "Tak ada alasan lagi bagi orang kota untuk tidak menanam," kata Dibyo. (*/Kompas Cetak)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/agrobisnis/8253-sudibyo-karsono-sukses-dengan-pertanian-hidroponik.html

No comments:

Post a Comment