INSPIRASI YOHANES FERRY DAN AUDREI SOEKOCO
Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik
Oleh Melati Amaya Dori - Jumat, 04 Januari 2013 | 15:03 WIB
Gemas melihat produsen bulu mata asing merajalela Purbalingga,
Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco terjun ke usaha ini. Melepaskan status
sebagai karyawan swasta, kini, mereka mampu mengekspor bulu mata palsu
ke lima benua di dunia.
Tak sia-sia Yohanes Ferry dan Audrei
Soekoco nekat melepas karier masing-masing di sebuah perusahaan swasta.
Berkat kejelian mereka melihat peluang bisnis di daerah asalnya, kini,
dua sekawan itu menjadi salah satu produsen bulu mata besar di
Purbalingga, Jawa Tengah.
Tahun 2012 ini, usaha dua sahabat ini
mampu memproduksi 24 juta pasang bulu mata palsu di pabriknya. Produknya
pun berhasil merambah lima benua, dari Amerika, Eropa, Asia, Afrika,
serta Australia.
Sejak awal, Ferry dan Audrei memang mengincar
pasar ekspor. Namun, mereka tidak membatasi diri pada bulu mata saja.
Mereka hanya ingin mengekspor produk kerajinan asal Purbalingga. Bulu
mata, sapu bambu, dan tikar kayu pun menjadi pilihan mereka.
Lantaran
respons pertama datang dari pemesanan bulu mata palsu, mereka kemudian
memutuskan untuk menjadi eksportir produk tata rias itu. âPasar ekspor
bulu mata memang cukup besar,â kata Ferry. Apalagi, pengiriman contoh
produk ke calon konsumen murah karena bulu mata bisa dikemas dalam
paket mungil.
Awalnya, Ferry tak membuat sendiri bulu mata palsu.
Ia meneruskan pesanan ke perajin bulu mata yang banyak terdapat di
Purbalingga. Sayang, saat sedang merintis usahanya, justru banyak
perajin gulung tikar.
Tak mau bisnis yang baru saja lahir ikut
mati, Ferry dan Audrei lantas mendirikan pabrik sendiri. Maklum, pesanan
bulu mata mulai menghampiri kedua pengusaha muda ini.
Bermodal
tabungan Rp 50 juta, pabrik bulu mata palsu milik kedua sahabat itu
berdiri pada Oktober 2008. Awalnya, mereka menyewa sebuah rumah di
Cirongge dan mempekerjakan 30 perajin di pabrik barunya. Tak lupa, Ferry
membuat badan hukum untuk usahanya, yakni PT Bintang Mas Triyasa (BMT).
Pada
tahap awal, pemesanan bulu mata masih terbilang kecil. Pembeli dari
Malaysia, Singapura, dan Australia memesan rata-rata 10.000 hingga
20.000 pasang bulu mata. Tidak semua konsumen BMT puas. Banyak produk
mereka yang ditolak.
Namun, konsumen yang mengembalikan bulu mata
justru memberi pelajaran bagi BMT. âMereka mengarahkan produk kami
sesuai dengan standar pasar ekspor, sekaligus memberitahu model bulu
mata yang sedang tren,â ujar Ferry. Beruntung pula, mesti kecewa, para
pembeli itu tak lantas memutuskan hubungan bisnis.
Masuk AmerikaBulu
mata palsu produk BMT terdiri dari bulu mata berbahan dasar rambut asli
dan rambut sintesis. Rambut asli yang diolah merupakan rambut yang
berasal dari sisa-sisa potongan rambut manusia. Bahan baku ini diperoleh
dari pengepul di Indonesia dan India.
Maklum, rambut dari kedua
negara ini kualitasnya sangat baik sebagai bahan bulu mata.
âPerbedaannya, diameter ketebalan rambut asal India lebih besar
ketimbang rambut asli dari Indonesia,â kata Ferry.
Sedang bahan
baku untuk rambut sintesis dipasok oleh produsen dari Jepang dan Korea.
Produk kedua negara itu dikenal berkualitas baik.
Seperti
pengusaha lain, Ferry dan Audrei pernah mengalami hari-hari buruk di
tahap awal usaha mereka. Beberapa kali, pemesan tidak membayar. âKami
begitu mudah percaya, hingga merugi puluhan juta,â kenang Ferry.
Untuk
mencegah kejadian serupa berulang, mereka menerapkan sistem letter of
credit bagi pemesan baru. Setelah terjalin kepercayaan yang baik, baru
BMT mau menerima pembayaran di belakang, atau setelah pesanan diterima.
Berbagai
pengalaman turut membesarkan BMT. Pesanan bulu mata terus mengalir.
Hingga awal 2009, BMT sudah memiliki perwakilan pemasaran di Amerika
Serikat (AS).
Dari kantor ini, produk BMT semakin dikenal di
Negeri Paman Sam. BMT pun masuk ke pasar Eropa karena rajin mengikuti
pameran tata rias yang diadakan negara-negara di Benua Biru itu. Maklum,
banyak pebisnis menganggap, perusahaan yang rajin ikut pameran memiliki
kredibilitas baik.
Pengiriman bulu mata pun terus meningkat.
Pesanan bahkan datang dari produsen alat kecantikan kelas dunia. Untuk
memenuhi pesanan yang melonjak, BMT membangun pabrik baru. Pabrik yang
menempati lahan seluas 3.000 m² di Karang Sentul, Purbalingga itu,
dibangun dengan pinjaman bank. Dengan mempekerjakan 300 orang karyawan,
produksi BMT meningkat hingga 2,9 pasang bulu mata per tahun.
Pasar
yang terus membesar membuat BMT terus menambah pabriknya. Tahun 2011,
BMT membuka pabrik baru di daerah Mewek, Purbalingga. Ferry
mempekerjakan 2.000 karyawan untuk memproduksi 14 juta pasang bulu mata
sepanjang tahun lalu.
Tak berhenti di situ. Ferry pun
mendiversifikasi usahanya. Kini, BMT juga merambah bidang plastik vacuum
foaming, sektor finansial, serta jasa distribusi berbagai produk
kosmetik dan tata rias.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/duo-pengusaha-yang-bikin-bulu-mata-lentik