Aktivitas
melukis sudah ia geluti sejak anak-anak. Hobi ini ia lakukan baik
dengan media kertas gambar ataupun kanvas. Setelah menghasilkan ratusan
karya lukisan, baik yang laku terjual maupun yang jadi koleksi pribadi,
Ovy Noviaridian ternyata masih `gatal`. `Rasa gatal` itu kini membuatnya
masuk pada bidang bisnis baru.
“Saya
orangnya `suka gatal` melihat sesuatu yang polos, seperti kaos, baju
atau pelengkap busana lain. Oleh karena itu, saya coba-coba menggambar
pada pakaian polos, sehingga memiliki corak,” kata Ovy yang memulai
melukis pada media kaos dan kain sekitar tahun 2003.
Awalnya,
coba-coba menggambar di kaos dan baju miliknya. Kemudian teman-temannya
yang tahu tertarik, dan minta juga dilukiskan kaos, baju atau bahkan
jilbabnya. Lama-kelamaan, Ovy pun dikenal pula sebagai pelukis kaos.
“Karena yang minta dilukiskan banyak, saya bilang `mesti bayar dong`. Ternyata, tidak ada yang keberatan,” kata Ovy.
Kini,
setiap pekan Ovy bisa menerima order/pesanan lukis koas, baju dan
jenis-jenis lain pakaian sampai puluhan lembar (piece). Omzetnya bisa
mencapai Rp 3 juta per bulan. Bukan nilai yang besar memang, namun
kreasi yang ditelurkan Ovy jelas baru, dan inovatif. Karena itu, sebuah
butik di Surabaya kini secara rutin memakai jasa Ovy untuk melukis
pakaian yang dijualnya. Menurut Ovy, melukis dengan media kain atau kaos
sangat berbeda dengan melukis di atas kanvas atau kertas.
Ketika
masih memulai dulu, ia tak langsung menggoreskan cat lukis ke
lembaran-lembaran kain baru yang belum dijahit, namun ke baju atau kaos
bekasnya yang sudah menumpuk dan tak terpakai lagi. “Bahkan,
sesungguhnya saya awalnya tak berpikir untuk melukis baju-baju bekas itu
dengan gambar-gambar. Saya hanya berpikir bagaimana caranya menampilkan
pakaian ini seperti baru dengan, misalnya, menyelipkan aksesori yang
lebih menarik seperti ditambahi pernik-pernik bros, pita atau lainnya,”
tuturnya.
Namun karena hobinya melukis, instingnya tiba-tiba
seperti bergerak sendiri untuk melukis pakaian bekas itu daripada
menambahinya dengan pernak-pernik aksesori. Lebih jauh, ia malah
berpikir untuk melukis baju atau kaos baru, bukan yang bekas lagi.
“Eh…
tatkala saya coba memberi gambar dengan motif bunga, ternyata hasilnya
lumayan bagus, dan ada kesan unik. Menurut saya, selain punya nilai
tambah pada baju yang dilukis, juga ada nilai seninya,” ujar Ovy.
Setelah
dirasa bisa ‘ditampilkan’, Ovy pun berani menyulap baju atau kaos,
bahkan celana jins yang dipakainya untuk dilukis. Ia juga membeli kaos
dan baju polos lusinan untuk dilukis sebagai koleksi. Bahannya pun kian
beragam, mulai katun hingga sifon yang diakuinya relatif sulit untuk
digoresi cat karena mudah tembus.
Baginya, ada tantangan
tersendiri bisa melukis di atas kain, karena lukisan yang ia buat tak
boleh salah. “Kalau di kertas, begitu salah bisa langsung dibuang. Di
kain tak bisa begitu, karena harga kain juga tidak murah,” ungkapnya.
Untuk
melukis kain, wanita yang sering menggelar pameran lukis di beberapa
kota ini lebih suka memilih obyek bunga. Mawar, melati, bunga sepatu,
matahari dan anggrek adalah bunga-bunga yang sering menjadi obyek
lukisannya, selain kupu-kupu, bahkan kadang wajah seseorang.
Sedangkan cat yang digunakan, ia mengaku biasa menggunakan acrylic atau cat poster. Pesanan
mulai mengalir dari beberapa temannya setelah melihat hasil karyanya
yang tampak beda. Mereka mulai menyerahkan baju, kaos, busana muslim
hingga jilbab atau kerudung untuk dilukis Ovy. Obyek gambar yang dilukis
bisa datang dari pemesan sendiri, namun tak jarang diserahkan
sepenuhnya ke Ovy.
“Banyak di antaranya yang meminta lukisan pada
puluhan busana muslim untuk seragam pengajian. Yang rutin, saya
menerima pesanan dari salah satu butik di Surabaya,” sebut ibu satu anak
yang mengaku karyanya sudah dikenal hingga Jakarta, Kalimantan dan
Sulawesi ini.
Uniknya, meski ia biasa menangani puluhan lembar
(piece) kain lukis setiap pekan, namun Ovy selalu menanganinya sendiri
tanpa bantuan seorang pekerja pun. Soal harga, Ovy mengaku tak mematok
mahal. Harga hanya ditarik sebagai pengganti cat. Ia mencontohkan, untuk
lukisan jilbab kaos hanya dikenakan Rp 5.000, sedankang baju dibedakan
untuk lukis depan sekitar Rp 50.000, depan dan belakang bisa dikenai Rp
75.000.
“Itu kalau bahan baju atau jilbabnya dari pemesan. Tapi
kalau lukis kaos yang bahan kaosnya juga dari saya, harganya di kisaran
Rp 40.000-45.000 per lembar,” sebut Ovy.
Meski hanya sekadar
mengapresiasikan hobi ke media yang berbeda, namun Ovy masih memiliki
obsesi bisa menggelar pameran tunggal atas produknya itu, selain juga
memiliki butik tersendiri dengan karya-karyanya yang eksklusif.
(*/Surya)
|