Thursday, December 15, 2011

PELUANG BISNIS SARUNG TANGAN SEPEDA MOTOR

Peluang Usaha

 
Kamis, 15 Desember 2011 | 13:27  oleh Ragil Nugroho, Hafid Fuad
PELUANG BISNIS SARUNG TANGAN SEPEDA MOTOR
Laba bisnis sarung tangan pengendara sepeda motor erat mencengkeram

Kebutuhan sarung tangan pengendara sepeda motor terus meningkat. Tak hanya untuk balapan saja, sarung tangan juga dipakai untuk melindungi tangan dari sengatan terik matahari. Inilah sebabnya bisnis ini makin menjanjikan dengan omzet puluhan juta.

Beragam aksesori pengguna sepeda motor atau biker terus bermunculan. Selain helm, jaket, dan pelindung dada, juga ada puluhan aksesori lain termasuk juga arung tangan.

Umumnya, sarung tangan berfungsi untuk mengurangi terpaan terik matahari sehingga tangan tidak belang kehitaman. Namun, sarung tangan juga bisa dipakai sebagai aksesori penambah gaya bagi para biker.

Besarnya kebutuhan aksesori sarung tangan inilah yang membuat Freddy Guerin tertarik. Pada 2001, dia mulai membuat sarung tangan sepeda motor di Garut, Jawa Barat. Dengan merek Freestyle, Freddy mengaku tren permintaan produk sarung tangan buatannya itu meningkat drastis sejak 2007.

Dengan dibantu delapan karyawan, Freddy kini mampu menjual sekitar 5.000 sarung tangan kain dan poliester tiap bulan. Jumlah itu melonjak dibandingkan dengan sebelum 2007 yang hanya sebanyak 1.000 pasang sarung tangan tiap bulan. Sarung tangan Freestyle pun kini sudah merambah berbagai kota besar di Jawa dan Sumatra. "Sebanyak 30% ke Sumatra," ujarnya.

Dengan harga berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 12.000 per pasang, Freddy mampu meraup omzet Rp 40 juta per bulan. "Dulu hanya untuk kebutuhan balapan atau gaya," ujar pria usia 40 tahun itu.

Saat ini, sebagian besar para pengendara sepeda motor sudah mengenakan sarung tangan. Itulah sebabnya, penjualan sarung tangan juga makin laris seiring dengan semakin banyaknya pengguna sepeda motor . Bahkan ada kecenderungan saat ini satu pengguna sepeda motor bisa memiliki sarung tangan hingga tiga pasang.

Ryan Lim juga berbisnis sarung tangan sepeda motor di Jakarta sejak empat tahun lalu. Selain membuat sendiri, Ryan juga menjual berbagai sarung tangan lokal dan impor dengan harga bervariasi. "Permintaan sarung tangan cenderung meningkat setiap tahunnya," ujar Ryan, senang.

Untuk memproduksi sarung tangan, Ryan kini menjalin kerja sama dengan perajin di wilayah Bandung dan Garut. Ryan mengaku, pasar sarung tangan buatannya untuk pasar kelas menengah ke bawah. Karena itu, ia menjual sarung tangannya antara Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per pasang.

Namun, untuk sarung tangan yang ia impor dari China, dilepas ke pasar seharga Rp 35.000 hingga Rp 500.000. "Omzet saya setiap bulan di atas Rp 100 juta," aku Ryan.

Menurut Ryan, harga sarung tangan ditentukan jenis dan mutu bahan baku. Itulah sebabnya, sarung tangan dari kulit, baik kulit sapi atau kulit domba, harganya jauh lebih mahal ketimbang sarung tangan dari kain atau poliester.

Ryan melemparkan produk sarung tangannya itu hingga Yogyakarta, Surabaya, dan Kalimantan. Ia mengatakan, akan terus merambah kota-kota di luar Jakarta karena pasar di daerah juga tidak kalah menggiurkan. "Ke daerah saya memasarkan melalui internet," terang Ryan.

Dengan tingkat persaingan yang semakin ketat, Ryan mengaku terpaksa memperkecil margin keuntungan namun dengan menggenjot kuantitas penjualan. Itulah sebabnya, Ryan berencana memperbanyak variasi produk dan menambah rekanan di daerah.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/85290/Laba-bisnis-sarung-tangan-pengendara-sepeda-motor-erat-mencengkeram-

No comments:

Post a Comment