Friday, January 11, 2013

3 Cara Memilih Karyawan versi Peter Drucker


Hits : 706 PDF Cetak E-mail
Selasa, 01 Januari 2013 10:26
workers

Pemikiran Peter Drucker sebagai pakar manajemen bisnis dunia tetap diakui meski ia telah wafat tahun 2005 lalu. Di antara banyak buah pemikiran Drucker ialah 3 kiat utama berikut ini yang ia tujukan bagi para pemilik bisnis, entrepreneur, dan manajer serta mereka yang berkepentingan dalam manajemen sebuah perusahaan untuk lebih menekan tingkat kegagalan akibat kecerobohan memilih orang-orang yang kurang kompeten. Untuk mencapai hal tersebut, pelaksana perekrutan staf harus mengutamakan aspek penguatan perusahaan melalui pemilihan karyawan yang berkualitas.

Drucker mengemukakan 3 cara utama memilih karyawan yang pada gilirannya akan memberikan lebih banyak manfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang:

  1. Pikirkanlah persyaratan untuk posisi pekerjaan yang sesuai, pantas serta benar-benar relevan dan bemanfaat dalam penyelesaian pekerjaan yang dibebankan. Fokuskan persyaratan pada poin-poin penting. Jika Anda ingin mendapatkan katakanlah seorang desainer pakaian yang mumpuni, fokuskan persyaratan pada kemampuan dan bakat menghasilkan desain yang diinginkan, bukan pada faktor latar belakang pendidikan, usia, dan sebagainya.
  2. Pilihlah 3-4 kandidat untuk setiap posisi pekerjaan, daripada terburu-buru memilih satu. Terlalu gegabah dalam membuat keputusan untuk merekrut seorang kandidat menjadi pegawai kita akan berujung pada penyesalan di kemudian hari,  
  3. Hindari memilih tanpa membicarakannya dengan sejumlah kolega/ rekan  kerja yang sudah berpengalaman. Dalam sebuah perusahaan, transparansi harus diutamakan. Jika keputusan hanya dicapai tanpa melalui diskusi dan masukan serta pertimbangan dari beberapa pihak lain, biasanya akan lebih sukar untuk mengetahui sisi pribadi calon karyawan secara lebih menyeluruh. Jangan lupa bahwa ia akan menjadi bagian dari perusahaan. Ketahui secara garis besar karaternya. Pastikan sesuai dengan budaya perusahaan yang sudah ditegakkan.(*AP)

    http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/47-memulai-bisnis/21936-3-cara-memilih-karyawan-versi-peter-drucker.html

Cuci Helm Express cari mitra

TAWARAN KEMITRAAN

Cuci Helm Express cari mitra

Peluang usaha jasa mencuci helm masih menjanjikan di tengah tingginya pengguna sepeda motor. Lantaran menjanjikan, banyak pemain bisnis ini menawarkan kemitraan. Salah satunya Wahyuni, pemilik Cuci Helm Express di Tangerang, Banten.
Wahyuni membuka usaha jasa pencucian helm Januari tahun 2009, dan mulai menawarkan kemitraan pada April 2010. Saat ini, ia sudah memiliki 67 mitra yang tersebar di pelbagai kota, seperti Jabodetabek, Surabaya, Malang, Solo, Yogyakarta, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Timur.
Cuci Helm Express menawarkan tiga paket kemitraan. Pertama, paket express hemat dengan biaya investasi Rp 1,1 juta. Dengan biaya itu, mitra akan mendapatkan cairan pembersih untuk 250 helm, CD (compact disk) tutorial cuci helm, dan buku panduan cuci helm.
Kedua, paket express smart dengan biaya investasi Rp 1,3 juta. Mitra mendapatkan cairan pembersih untuk 250 helm, alat pengering, alat penyedot debu, dan buku panduan cuci helm.
Terakhir paket express complete dengan biaya investasi Rp 2 juta. Mitra mendapatkan cairan pembersih untuk 250 helm, alat pengering, alat penyedot debu, lap kain, kuas, sikat, spanduk, banner, brosur, dan buku panduan cuci helm.
Wahyuni memungut biaya pencucian helm mulai Rp 10.000 – Rp 20.000 per helm. Dalam sebulan, mitra bisa meraup omzet sekitar Rp 9 juta. Dengan asumsi, mitra bisa mencuci sekitar 30 helm dalam sehari.
Laba bersihnya mencapai 50% dari omzet. Kebanyakan biaya operasional habis buat membeli produk pembersih helm yang nilainya mencapai Rp 800.000 per bulan. “Mitra balik modal paling lama enam bulan,” ujarnya.
Ia mengklaim, jasa pencucian helmnya tidak menggunakan air. Dengan begitu, ramah lingkungan karena tidak ada limbah. Lantaran tidak memakai air, ia juga menjamin spon helm menjadi lebih awet. Waktu pencucian helm juga singkat, sekitar 15 - 30 menit.
Dengan 67 mitra, Wahyuni kini sudah menguasai hampir seluruh pelosok daerah. Kendala kemitraan sejauh ini ada di pengiriman cairan pembersih. “Karena cair, tidak bisa pakai jalur udara,” katanya.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/cuci-helm-express-cari-mitra

Peluang usaha pisang bakar Monyet

TAWARAN KEMITRAAN

Peluang usaha pisang bakar Monyet

Pisang bakar sudah menjadi makanan yang akrab di lidah masyarakat Indonesia. Tak heran, bila bisnis pisang bakar sangat gampang ditemukan di pelbagai tempat.
Di tengah ketatnya persaingan, banyak pemain bisnis ini melakukan inovasi yang tidak biasa untuk mempertahankan usahanya. Salah satunya adalah Kedai Imah Monyet yang menjajakan menu utama pisang bakar cappucino atau sering disebut pisang monyet di Subang, Jawa Barat.
Usaha milik Fauzi Nugraha ini berdiri Mei 2010, dan mulai membuka kemitraan Januari 2011. Saat ini, Fauzi sudah memiliki lima cabang Kedai Imah Monyet. Dari jumlah itu, dua di antaranya milik sendiri dan tiga milik mitra.
Kedai Imah Monyet berlokasi di Subang, Bandung, Sukabumi, dan Purwakarta. "Kami menjajakan pisang bakar dengan aneka rasa, seperti tiramisu, vanila, coklat dan cappucino," ujar Fauzi.
Fauzi membanderol pisang bakar Rp 8.000 per porsi. Sementara harga satuan Rp 3.000. Fauzi mengklaim, pisang bakar monyet hasil kreasinya digemari anak-anak dan remaja.
Bagi yang berminat menjadi mitra, Fauzi menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket dengan investasi Rp 7,5 juta. Mitra mendapatkan satu gembong dorong, bahan baku perdana, peralatan masak, promosi, dan panduan menjalankan usaha.
Ia menjanjikan, mitra bisa meraup omzet antara Rp 150.000 - Rp 200.000 per hari. "Pada akhir pekan bisa beromzet Rp 250.000 sehari," janji Fauzi.
Dengan laba bersih 50% , mitra balik modal dalam waktu delapan hingga sepuluh bulan. Kedua, paket dengan investasi Rp 12 juta. Mitra mendapat booth becak dari bahan fiber. Di bagian depan becak ada odong-odong tempat anak bisa bermain.
Sementara di belakang becak dibuatkan dapur tempat memasak. Selain becak, mitra juga mendapatkan peralatan untuk membuka usaha. Fauzi menjanjikan mitra meraup omzet Rp 300.000 per hari.
Selain dari pisang bakar, tambahan omzet juga didapat dari permainan odong-odong. Tarif permainan ini Rp 3.000 per lagu. Dengan laba 50%, mitra balik modal dalam waktu sepuluh - dua belas bulan.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/peluang-usaha-pisang-bakar-monyet

Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik

INSPIRASI YOHANES FERRY DAN AUDREI SOEKOCO

Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik

Duo pengusaha yang bikin bulu mata lentik

Gemas melihat produsen bulu mata asing merajalela Purbalingga, Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco terjun ke usaha ini. Melepaskan status sebagai karyawan swasta, kini, mereka mampu mengekspor bulu mata palsu ke lima benua di dunia.

Tak sia-sia Yohanes Ferry dan Audrei Soekoco nekat melepas karier masing-masing di sebuah perusahaan swasta. Berkat kejelian mereka melihat peluang bisnis di daerah asalnya, kini, dua sekawan itu menjadi salah satu produsen bulu mata besar di Purbalingga, Jawa Tengah.

Tahun 2012 ini, usaha dua sahabat ini mampu memproduksi 24 juta pasang bulu mata palsu di pabriknya. Produknya pun berhasil merambah lima benua, dari Amerika, Eropa, Asia, Afrika, serta Australia.

Sejak awal, Ferry dan Audrei memang mengincar pasar ekspor. Namun, mereka tidak membatasi diri pada bulu mata saja. Mereka hanya ingin mengekspor produk kerajinan asal Purbalingga. Bulu mata, sapu bambu, dan tikar kayu pun menjadi pilihan mereka.

Lantaran respons pertama datang dari pemesanan bulu mata palsu, mereka kemudian memutuskan untuk menjadi eksportir produk tata rias itu. “Pasar ekspor bulu mata memang cukup besar,” kata Ferry. Apalagi, pengiriman contoh produk ke calon konsumen murah karena bulu mata bisa dikemas dalam paket mungil.

Awalnya, Ferry tak membuat sendiri bulu mata palsu. Ia meneruskan pesanan ke perajin bulu mata yang banyak terdapat di Purbalingga. Sayang, saat sedang merintis usahanya, justru banyak perajin gulung tikar.

Tak mau bisnis yang baru saja lahir ikut mati, Ferry dan Audrei lantas mendirikan pabrik sendiri. Maklum, pesanan bulu mata mulai menghampiri kedua pengusaha muda ini.

Bermodal tabungan Rp 50 juta, pabrik bulu mata palsu milik kedua sahabat itu berdiri pada Oktober 2008. Awalnya, mereka menyewa sebuah rumah di Cirongge dan mempekerjakan 30 perajin di pabrik barunya. Tak lupa, Ferry membuat badan hukum untuk usahanya, yakni PT Bintang Mas Triyasa (BMT).

Pada tahap awal, pemesanan bulu mata masih terbilang kecil. Pembeli dari Malaysia, Singapura, dan Australia memesan rata-rata 10.000 hingga 20.000 pasang bulu mata. Tidak semua konsumen BMT puas. Banyak produk mereka yang ditolak.

Namun, konsumen yang mengembalikan bulu mata justru memberi pelajaran bagi BMT. “Mereka mengarahkan produk kami sesuai dengan standar pasar ekspor, sekaligus memberitahu model bulu mata yang sedang tren,” ujar Ferry. Beruntung pula, mesti kecewa, para pembeli itu tak lantas memutuskan hubungan bisnis.


Masuk Amerika

Bulu mata palsu produk BMT terdiri dari bulu mata berbahan dasar rambut asli dan rambut sintesis. Rambut asli yang diolah merupakan rambut yang berasal dari sisa-sisa potongan rambut manusia. Bahan baku ini diperoleh dari pengepul di Indonesia dan India.

Maklum, rambut dari kedua negara ini kualitasnya sangat baik sebagai bahan bulu mata. “Perbedaannya, diameter ketebalan rambut asal India lebih besar ketimbang rambut asli dari Indonesia,” kata Ferry.

Sedang bahan baku untuk rambut sintesis dipasok oleh produsen dari Jepang dan Korea. Produk kedua negara itu dikenal berkualitas baik.

Seperti pengusaha lain, Ferry dan Audrei pernah mengalami hari-hari buruk di tahap awal usaha mereka. Beberapa kali, pemesan tidak membayar. “Kami begitu mudah percaya, hingga merugi puluhan juta,” kenang Ferry.

Untuk mencegah kejadian serupa berulang, mereka menerapkan sistem letter of credit bagi pemesan baru. Setelah terjalin kepercayaan yang baik, baru BMT mau menerima pembayaran di belakang, atau setelah pesanan diterima.

Berbagai pengalaman turut membesarkan BMT. Pesanan bulu mata terus mengalir. Hingga awal 2009, BMT sudah memiliki perwakilan pemasaran di Amerika Serikat (AS).

Dari kantor ini, produk BMT semakin dikenal di Negeri Paman Sam. BMT pun masuk ke pasar Eropa karena rajin mengikuti pameran tata rias yang diadakan negara-negara di Benua Biru itu. Maklum, banyak pebisnis menganggap, perusahaan yang rajin ikut pameran memiliki kredibilitas baik.

Pengiriman bulu mata pun terus meningkat. Pesanan bahkan datang dari produsen alat kecantikan kelas dunia. Untuk memenuhi pesanan yang melonjak, BMT membangun pabrik baru. Pabrik yang menempati lahan seluas 3.000 m² di Karang Sentul, Purbalingga itu, dibangun dengan pinjaman bank. Dengan mempekerjakan 300 orang karyawan, produksi BMT meningkat hingga 2,9 pasang bulu mata per tahun.

Pasar yang terus membesar membuat BMT terus menambah pabriknya. Tahun 2011, BMT membuka pabrik baru di daerah Mewek, Purbalingga. Ferry mempekerjakan 2.000 karyawan untuk memproduksi 14 juta pasang bulu mata sepanjang tahun lalu.

Tak berhenti di situ. Ferry pun mendiversifikasi usahanya. Kini, BMT juga merambah bidang plastik vacuum foaming, sektor finansial, serta jasa distribusi berbagai produk kosmetik dan tata rias.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/duo-pengusaha-yang-bikin-bulu-mata-lentik

Bertindak Secara Benar

KIAT MANAJEMEN: Bertindak Secara Benar

Compact_bertindak_benar --- Hanya dengan mengalami suka dan derita, masing-masing orang akan memahami hakikat diri dan tujuan hidupnya

“ Tragedi terbesar dalam hidup akan terjadi jika seumur hidup Anda habiskan untuk memancing, namun kelak Anda menyadari ternyata mencari ikan bukanlah tujuan utama hidup Anda “
(Henry David Thoreau).

Suatu hari, seorang kawan saya yang dikenal rajin mengelola rumah tinggalnya, bercerita: Dia harus kembali berkutat di rumah ketika ia mendapati suatu masalah, soal wastafel yang rusak.

Volume air sangat kecil di salah satu wastafelnya, ditambah air terus menetes di wastafel itu, meskipun keran sudah dimatikan. Dia perbaiki keran wastafel itu dengan harapan volume air membesar dan keran tidak terus ‘bocor’ meneteskan airnya. Sukses terjadi, tetesan air berhasil dihentikannya.

Namun, volume tetap kecil. Selidik punya selidik, ternyata terdapat masalah besar di depan, pipa saluran air di dekat meteran air bocor cukup deras. Air mengucur dalam volume besar secara sia-sia, sementara biaya langganan dengan meteran harus tetap dihitung.

Kisah itu, menurut suhu manajemen, Peter Drucker dikomentari sebagai, “ Tidak ada yang begitu tak berguna selain melakukan sesuatu hal secara efisien, yang seharusnya tidak perlu dilakukan sama sekali.”

Dalam bisnis, terus berusaha menggenjot penjualan (revenue) sementara pengeluaran usaha (biaya) dilepas tanpa kendali adalah kategori sama dengan kisah air bocor di atas, melakukan hal-hal salah secara benar atau dikenal dengan istilah doing the wrong things the right way.

Ini sebuah kisah nyata: suatu kala, seorang kawan saya, pimpinan suatu perusahaan, mendapatkan seorang calon mitra kerja yang sudah lama ditunggu. Sudah hal yang jamak, sang kawan merencanakan menyajikan suatu jamuan malam dengan hiburan gaya kota besar, berkaraoke.

Sang kawan menugaskan seorang anak buahnya untuk menjemput sang calon mitra. Disepakati, tempat jamuan adalah 1001 Malam. Di sinilah masalah terjadi. Sang anak buah dengan bersusah payah mengarungi macetnya Jakarta, tetapi sempurna, tepat waktu, tiba di rumah makan sea food 1001 Malam, Kelapa Gading. Sementara yang dimaksud kawan saya, dan dia sudah menunggu di situ, adalah 1001 Malam Karaoke, di daerah lain di Jakarta.

Sang kawan yang memang agak koboi itu, hanya mampu menggelengkan kepala, marah tetapi juga geli. (Konon, si anak buah memang seorang yang tidak terbiasa mengarungi dunia malam).

Mari kita bayangkan situasi lain ini: Anda  memanjat tangga yang tinggi, yang bersandar ke suatu gedung bertingkat. Harapan Anda adalah mencapai satu lantai di tingkat atas, melalui satu jendela, dimana Anda dapat menemui kekasih hati Anda.

Dengan mandi keringat dan nafas tersengal-sengal Anda panjat seluruh anak tangga dengan harapan membuncah, bertemu sang belahan jiwa. Eh, ternyata di ujung tangga, yang Anda temukan adalah jendela kamar Komandan Satpam …. Ternyata Anda salah sandar, tangga Anda letakkan di tempat yang salah.

Visi Misi

Pada skala sangat besar, dalam menjalani kehidupan ini, setiap orang memiliki visi dan misi hidup masng-masing. Sebagai contoh, seorang kawan, sedikit lebih tua dibandingkan saya, sebut saja Rudi, belum lama bertemu saya di suatu acara.

Rudi ini secara karir, sukses. Secara materi, cukup berada. Secara hidup keluarga, oke, ada istri dan 2 orang anak yang sudah mentas. “ Tugas gua udah kelar. Namun, terus terang aja, sekarang gua malah kadang bingung, mau ngapain lagi … .”

Sementara, secara kontras dengan pandangan Rudi, saya pernah mendapat nasihat dari seorang senior saya, yang hingga usia 70 an terus aktif bekerja, terus berkarya. Beliau memberi nasehat, to retire is to expire, pensiun sama dengan meniadakan eksistensi diri.  Jangan pernah berpikir untuk berhenti bekerja. Karena bekerja itu membuat kita terus bergerak dan sehat.”

Dalam konteks ini, ada baiknya menyimak kalimat bijak ini: Dua momen terpenting dalam hidup, kata William Barclay seorang presenter-pengarang dan professor Skotlandia, adalah pertama, momen pada saat kita dilahirkan. Kedua, momen pada saat kita memahami makna hidup.

Momen kelahiran rasanya sangat jelas, adalah momen kita muncul di dunia yang fana ini, momen kita, mendapatkan kartu tanda penduduk yang abadi dari Yang Maha Kuasa. Sementara momen pemahaman makna hidup, adalah momen atau saat kita mendapat hidayah, mendapat pencerahan mengenai arah hidup yang benar dalam jalan Nya, atau momen kita memahami dan meyakini visi dan misi hidup ini.

Kapan momen itu akan didapatkan? Setiap orang, nampaknya, akan mengalami momen masing-masing (atau bahkan bisa jadi, tidak setiap orang mendapatkan momen pencerahan itu, yang artinya, tak setiap orang akan tercerahkan).

Menurut Wolfgang Goethe, hanya dengan mengalami suka dan derita, masing-masing orang akan memahami hakikat diri dan tujuan hidupnya. Mereka akan terus belajar apa-apa yang harus dilakukan dan apa-apa yang harus dihindarkan.

Dalam kalimat lain, marilah kita jalani hidup ini seperti air mengalir. Kadang  terantuk batu yang menyakitkan atau sesekali terlena dalam nikmat adalah bagian dari perjalanan itu. Seberapa pandai dan beruntung kita menjalaninya, mari kita terus melangkah.

Namun, suatu shortcut bisa saya sampaikan, langsung pada intinya, agar tak terjadi keadaan dimana kita melakukan hal-hal salah secara benar, apa visi dan misi hidup yang terpuji? Simak tantangan ini, “Pertanyaan yang terus diajukan dan lebih mendesak dalam hidup ini adalah: apa yang Anda lakukan untuk orang lain ?,” ujar Martin Luther King, Jr. (msb)

*Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Rental Kendaraan Indonesia

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-bertindak-secara-benar

Sentra Tape Ketan Kuningan

SENTRA PEMBUATAN TAPE KETAN DI DESA CIBEUREUM, KUNINGAN

Sentra Tape Ketan Kuningan: Berdiri sejak 1970 (1)

Sentra Tape Ketan Kuningan: Berdiri sejak 1970 (1)
Tape ketan terkenal sebagai salah satu makanan khas Kuningan. Hampir semua toko yang menjual makanan khas Kota Kuningan  menjajakan tape ketan.
Dikemas dalam sebuah ember plastik berwarna hitam, tape ketan bisa Anda bawa pulang sebagai oleh-oleh khas Kuningan. Sebagian besar tape ketan yang dijual di Kuningan berasal dari Desa Cibeureum, Kecamatan Cibeureum.
Desa ini terletak sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Kuningan. Di kampung ini ada belasan pelaku usaha tape ketan. Oyoh, salah satu pengusaha tape ketan, bilang, sebagian warga desanya sudah mebuat tape ketan sejak 1970-an silam.
Oyoh sendiri sudah menekuni usaha ini mulai 1980-an. Sebagai pemain lama, ia termasuk pengusaha tape ketan besar di Desa Cibeureum. "Saya sudah 25 tahun membuat tape ketan," ungkap dia.
Menurut Oyoh, permintaan tape ketan khas Kuningan masih tinggi hingga saat ini. Makanya, selama puluhan tahun ia terus menggantungkan hidup dari usaha ini.
Dalam sehari, Oyoh memproduksi satu kuintal tape ketan. Tape ketan itu dia kemas dalam 50 ember ukuran besar dan kecil
Sebelum ditaruh di dalam ember, tape ketan sudah dibungkus dengan daun jambu. Untuk ember kecil, harganya Rp 40.000, sedang ember besar  Rp 50.000.
Selain dijual dalam ember, Oyoh juga menjual dalam kemasan plastik bening berbentuk kotak. Dengan jumlah produksi sebanyak itu, ia bisa meraup omzet rata-rata Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per hari.
Pemain lainnya, Elis yang rumah produksinya berjarak sekitar 20 meter dari rumah produksi tape ketan milik Oyoh mengaku telah menekuni usaha pembuatan tape ketan sejak 1970-an.
Dalam sehari, ia memproduksi satu kuintal tape ketan dan menghabiskan biaya bahan baku sebanyak Rp 1,25 juta, dengan asumsi harga beras ketan per kilogram sebesar Rp 11.500.
Namun, "Biaya bahan baku itu baru kami bayar setelah produk kami terjual," paparnya. Sama dengan Oyoh, tape ketan buatan Elis berbanderol harga Rp 40.000 untuk ember kecil dan Rp 50.000 untuk ember besar.
Menurut Elis, semua tape ketannya ia kemas dalam ember yang mencapai 100 buah. Dalam sehari, dia berhasil menjual semua ember tape ketannya. "Semua saya masukkan ke ember dan jarang dimasukan dalam kotak plastik," ujarnya.
Berkat usahanya ini, Elis bisa meraup omzet sekitar Rp 3 juta hingga Rp 4 juta  per hari. Kendati omzetnya gede, ia mengeluarkan biaya produksi yang juga besar.
Selain biaya pengadaan bahan baku ketan, dia pun mesti membayar tenaga karyawannya. "Saya memiliki delapan karyawan," tambah Elis.
Ia menggaji setiap karyawannya sebesar Rp 25.000 per orang per hari. Para karyawannya bekerja mulai dari pagi hingga menjelang sore hari.
Senada dengan Oyoh, Lilik, pengusaha tape ketan lainnya, mengatakan, permintaan tape ketan asal Desa Cibeureum masih tinggi. Apalagi, sebagian besar sudah memiliki pelanggan tetap. Lilik sendiri memproduksi setengah kuintal tape ketan per hari dengan omzet Rp 2 juta.

Sentra Tape Ketan Kuningan: Berebut karyawan (2)

Sentra pembuataan tape ketan di Desa Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat sudah berdiri sejak tahun 1970-an. Selama puluhan tahun, sentra ini menjadi rujukan pedagang tape ketan di hampir seluruh wilayah Kabupaten Kuningan dan luar kota.
Tak heran, bila perajin tape ketan di desa tak pernah sepi pembeli. Bahkan, pada musim-musim tertentu, seperti menjelang Lebaran, Natal dan tahun baru, serta liburan panjang, mereka harus melipat gandakan jumlah produksi.
Di musim-musim itu, mereka kerap berebut tenaga kerja. Ibu Oyoh, salah seorang perajin tape ketan mengatakan, tidak semua orang memiliki keahlian membuat tape ketan.
Pasalnya, membuat tape ketan perlu keterampilan khusus. Makanya, perlu belajar dulu sebelum membuat tape ketan. "Sementara pada musim Lebaran, permintaan tape ketan cukup tinggi,” imbuhnya.
Jika pada hari biasa, Oyoh memproduksi sebanyak satu kuintal tape ketan, tapi menjelang lebaran, produksinya bisa mencapai tiga kuintal tape per hari.
Tentu, untuk meningkatkan jumlah produksi itu butuh tambahan tenaga kerja hingga tiga kali lebih banyak dari hari biasa. Persoalannya, hampir semua perajin juga menggenjot produksinya.
Sementara tidak semua warga desa memiliki keahlian membuat tape. Ahasil, sebagian perajin kerap kekurangan tenaga pekerja.
Untuk mengantisipasi kekurangan karyawan, Oyoh biasanya membujuk keluarga karyawan yang setiap hari bekerja di tempatnya untuk bergabung. Dengan demikian, Oyoh bisa mencapai target produksi saat Lebaran tiba.
Kesulitan tenaga kerja saat permintaan sedang tinggi juga dirasakan Elis, pemilik rumah produksi tape katan lainnya. Ia bilang, rebutan tenaga kerja sudah menjadi persoalan klasik menjelang Lebaran.
Pasalnya, setiap kali menjelang Lebaran, banyak pelanggan yang tiba-tiba memesan tape ketan dalam jumlah banyak.
Selain itu, toko-toko penjual tape ketan di Kuningan meningkatkan jumlah pesanan mereka.
Pesanan tape ketan melonjak saat Lebaran karena banyak warga asal Kuningan yang mudik alias pulang kampung. Nah, banyak dari mereka yang membawa tape ketan sebagai oleh-oleh khas Kuningan saat pulang kembali ke kota tempatnya bermukim.
Saat lebaran, Elis bisa memproduksi dua kuintal tape ketan per hari. Jumlah itu meningkat dua kali lipat dibandingkan hari biasa yang hanya satu kuintal.
Permintaan tape ketan juga meningkat menjelang perayaan Natal dan tahun baru juga. "Namun, peningkatannya memang tidak setajam Lebaran," ujar Elis.
Lilik, perajin tape ketan lainnya mengakui, sulitnya mendapatkan karyawan menjelang hari-hari besar. Penyebab utamanya, jumlah perajin tape di Cibeureum cukup banyak. "Sudah pasti rebutan kalau jelang Lebaran," ujarnya.

Sentra Tape Ketan Kuningan: Modal terbatas (3)

Sentra produksi tape ketan di Desa Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, sudah kesohor. Selain dari Kota Kuningan sendiri, para produsen tape di desa ini kerap mendapat order dari luar kota, seperti Cirebon.
Oyoh, salah seorang produsen tape di Desa Cibeureum mengaku kerap mendapat pesanan dari luar kota. Bahkan, saking banyaknya order, ia kerap kewalahan melayaninya.
Soalnya, kapasitas produksi tape ketan Oyoh terbatas. Dalam sehari, ia hanya mampu memproduksi satu kuintal tape ketan. Sementara permintaan jauh di atas itu. Makanya, tak jarang ia menolak pesanan, terutama dari luar kota.
Kebanyakan konsumen luar kota ini merupakan pedagang makanan juga. "Melayani pesanan pelanggan yang ada di daerah Kuningan saja, saya sudah kewalahan," kata Oyoh.
Selain pemilik toko kue, pedagang makanan di pasar-pasar tradisional di Kuningan juga banyak yang menjadi pelanggannya.
Sebenarnya, Oyoh sangat ingin menaikkan kapasitas produksinya.
Namun, karena keterbatasan modal, sulit baginya untuk menggenjot produksi. Oyoh mengaku, selama ini, dukungan pemerintah daerah juga sangat minim.
"Padahal, bila dikembangkan, produk ini bisa menjadi salah satu pendorong perekonomian di Kabupaten Kuningan," ujarnya.
Sampai saat ini, untuk permodalan, Oyoh memilih meminjam ke bank. Selain itu, ia juga menjalin kerjasama dengan para pedagang beras ketan di daerah Kuningan.
Dalam kerjasama ini, ia boleh mengambil beras ketan dan membayarnya setelah produksi tapenya terjual. Elis, produsen tape ketan lainnya bilang, kesulitan permodalan dialami hampir oleh semua produsen tape di Cibeureum.
Selain dari kocek sendiri, sebagian besar perajin juga mengandalkan modal dari pinjaman bank. "Termasuk saya juga, walaupun bunganya cukup tinggi," ujarnya.
Elis mengakui, selama ini, usaha tape ketan di Cibeureum minim dukungan pemerintah. Seingatnya, pernah sekali pemerintah memberi bantuan permodalan. "Saat itu, masih di zaman Presiden Soeharto," ujarnya.
Setelah Orde Baru tumbang, Elis dan para produsen tape ketan lainnya tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah lagi.
Agar tetap bertahan, mereka memilih meminjam ke bank atau berutang bahan baku beras ketan ke pedagang. "Setelah tape ketan terjual, baru kami melunasi," katanya.
Namun, untuk bahan baku lainnya, seperti daun jambu atau ragi, produsen harus membayar di muka. Untuk daun jambu, misalnya, mereka membeli seharga Rp 3.000 per 100 lembar.
Perajin lainnya, Lilik juga mencari pinjaman di bank buat modal usaha. Ia juga mengaku, tak pernah mendapat perhatian atau bantuan dari pemerintah daerah. "Jadi, kami semua mandiri," ujarnya.

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-tape-ketan-kuningan-berdiri-sejak-1970-1/2013/01/02
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-tape-ketan-kuningan-berebut-karyawan-2/2013/01/03
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-tape-ketan-kuningan-modal-terbatas-3

Thursday, January 10, 2013

Mencermati bisnis resto bebek dari Kwak Kwek

TAWARAN KEMITRAAN

Mencermati bisnis resto bebek dari Kwak Kwek

Bisnis makanan olahan bebek tak pernah surut. Setiap saat ada saja pemain yang menawarkan waralaba atau kemitraan olahan bebek.
Salah satu pemain yang menawarkan kemitraan bebek adalah Danang Sutowijoyo, pemilik Restoran Kwak Kwek di Cikarang, Jawa Barat.
Restoran bebek ini fokus mengolah bebek peking khas China. Berdiri September 2011, Restoran Kwak Kwek resmi menawarkan kemitraan pada Februari nanti.
"Namun, sejak awal tahun ini, kami sudah bisa menerima mitra," kata Sidik Rizal, Staf Pemasaran Restoran Kwak Kwek.
Restoran Kwak Kwek menawarkan tiga paket investasi. Pertama, paket booth dengan biaya investasi Rp 50 juta. Dengan biaya ini, mitra akan mendapatkan fasilitas booth, seragam, peralatan memasak, meja kursi, dan bahan baku awal.
Mitra yang mengambil paket ini fokus menjual aneka menu olahan bebek cepat saji, seperti siomay bebek, pangsit bebek, dan bakso bebek. Ia memperkirakan, mitra paket ini bisa meraup omzet Rp 20 juta per bulan.
Kedua, paket mini resto dengan biaya investasi Rp 150 juta. Setengah dari biaya itu, yakni Rp 75 juta akan dipakai untuk perlengkapan masak, peralatan makan, meja kursi, freezer, dan bahan baku untuk 40 menu makanan.
Sementara, sisanya sebesar Rp 75 juta dipakai buat biaya pendampingan dari pusat selama dua tahun. Sama dengan paket pertama, paket ini juga tidak dikenakan biaya royalti.
Target omzet dalam paket ini sebesar Rp 50 juta per bulan. Selain olahan bebek cepat saji seperti di paket pertama, mitra yang mengambil paket ini juga menyediakan menu, seperti bebek goreng, bebek bakar, dan sate bebek.
Terakhir, paket paket restoran dengan biaya investasi Rp 300 juta. Mitra akan mendapatkan perlengkapan masak, peralatan makan, meja kursi, freezer, dan bahan baku untuk 50 menu makanan.
Omzet paket ini diperkirakan Rp 60 juta per bulan. Khusus paket ini dikenakan royalti fee sebesar 5% dari omzet. Menu yang dijual di paket terakhir ini lebih lengkap. Selain menu paket mini resto, juga terdapat menu barbeque bebel, kwetiau bebek, dan bebek lada hitam.
Harga menu olahan bebek ditempat ini dibanderol mulai Rp 8.000 hingga Rp 45.000 per porsi. Sidik mengatakan, laba bersih setiap paket sekitar 50% dari omzet. Dengan laba tersebut, mitra bisa balik modal dalam waktu 14 bulan hingga 22 bulan.
"Nanti, pusat  akan menyediakan koki dan mitra tinggal mencari karyawan sendiri," ujar Sidik.
Konsultan waralaba dari International Franchise Business Management, Evi Diah Puspitawati menilai, peluang bisnis olahan bebek masih menjanjikan. "Menu olahan bebek dan ayam diminati masyarakat Indonesia," ujarnya.
Selama makanannya enak dan lokasinya bagus, bisnis tersebut bisa saja laku dan ramai dikunjungi pembeli. Namun demikian, ia tetap mengingatkan calon mitra untuk berhati-hati dalam mengambil sebuah tawaran kemitraan olahan bebek.
Begitu pun dengan tawaran kemitraan Restoran Kwak Kwek. Sebagai pemain baru, Restoran Kwak Kwek mestinya memperbanyak cabang sendiri dulu. Bila kinerja cabang memuaskan, baru menawarkan kemitraan.
"Paling tidak tiga tahun dulu dan sebaiknya sudah punya cabang yang terbukti balik modal," kata Evi. Menurut Evi, jika pengalaman masih kurang, franchisor bisa kerepotan saat mitra semakin banyak.
Makanya, penting bagi mitra untuk memperhatikan apakah bisnis yang ditawarkan berjalan bagus selama ini, ada standardisasi dan dukungan yang diberikan oleh kantor pusat.       

Restoran Kwak Kwek
Jl. Tarum Barat 2 (Ruko Niaga Mas 2), Cikarang Baru
HP: 081385386583

http://peluangusaha.kontan.co.id/news/mencermati-bisnis-resto-bebek-dari-kwak-kwek

Kiat Sukses Menjadi Seorang "Mompreneur"


Penulis : Hesti Pratiwi | Senin, 7 Januari 2013 | 18:59 WIB

Kalau ingin bekerja dari rumah buat jadwal agar lebih fokus pada bisnis tapi tak membuat urusan rumah tangga berantakan.
KOMPAS.com - Sebagai mompreneur, Anda memiliki dua pekerjaan penuh-waktu. Anda tidak hanya menjalankan bisnis sendiri tetapi secara bersamaan menjalankan rumah tangga juga.
Nomor satu hal yang harus Anda miliki adalah gairah jika ingin berhasil memulai bisnis Anda sendiri. Namun semua orang juga tahu kalau gairah saja tak menjamin sebuah bisnis bisa berhasil. Nih, beberapa tip lain yang bisa Anda renungkan jika ingin menjadi seorang mompreneur yang sukses.
Temukan gairah Anda
Jika Anda sudah memutuskan untuk memulai bisnis sendiri dan bekerja dari rumah, Anda harus menyukai yang Anda kerjakan. Motivasi adalah kunci keberhasilan dan Anda harus memiliki gairah untuk memiliki motivasi yang kuat. Temukan sesuatu yang Anda cintai dan jalankanlah.
Ciptakan “home office”
Selain gairah, Anda juga perlu memiliki satu ruangan khusus untuk bekerja di rumah. Hanya untuk membantu Anda fokus. Anda tak mungkin fokus melakukan pekerjaan sambil bermain dengan si kecil atau menyiapkan makan malam. Semua ada waktunya, dalam menjalankan usaha atau bekerja di rumah Anda harus memiliki satu ruangan serta waktu khusus untuk bekerja. Bila rumah Anda sudah tak memiliki ruangan tersisa untuk dijadikan “kantor” Anda, pilih saja satu sudut yang bisa Anda gunakan sebagai tempat Anda bekerja.
Buat jadwal
Membuat jadwal adalah hal pertama yang wajib Anda lakukan jika ingin bekerja dari rumah. Tanpa itu semua segalanya akan berantakan. Sebab, saat memutuskan bekerja dari rumah, Anda juga tak bisa terlepas dari mengurus rumah tangga dan anak. Semuanya jadi dobel dan sepertinya tak terpisahkan. Seolah harus dikerjakan secara bersamaan. Hal ini bisa sangat merepotkan. Tapi, dengan menciptakan jadwal dan mengelola waktu dengan bijaksana Anda bisa mendapatkan semuanya.



Sumber: Babble
http://female.kompas.com/read/2013/01/07/18594283/Kiat.Sukses.Menjadi.Seorang.Mompreneur

Tak Sekadar Bekerja

KIAT MANAJEMEN: Tak Sekadar Bekerja

Compact_pekerja ---- Manfaat adalah mata uang yang berlaku dimanapun kita berada. Karena itu orang yang bermanfaat akan selalu dicari dan diperebutkan banyak orang.

Seorang kawan suatu hari memberikan sebuah kejutan kepada saya lewat pesan lewat BlcakBerry Messenger (BBM) yang ia kirimkan. Pesannya diawali dengan kalimat: “Sekadar bantu teman dan dukung Gubernur baru untuk Jakarta yang lebih baik..”

Dia menginformasikan Kartu Sehat Jakarta yang saat itu diluncurkan, bagaimana cara mendapatkan kartu tersebut serta daftar rumah sakit yang menerima kartu tersebut. Di akhir pesannya ia menulis, “Tolong disebarkan kepada semua teman dan saudara kita, supaya program ini bisa maksimal. Salam Jakarta Baru.”

Pasti Anda semua bertanya, mengapa saya menyebut pesan seperti ini sebagai sebuah kejutan. Dimana letak kejutannya? Anda memang tak akan mendapatkan kejutan apa-apa bila Anda hanya memperhatikan isi pesannya. Namun, Anda pasti akan terkejut kalau kepada Anda saya ceritakan tentang siapa pengirim pesan tersebut.

Kawan saya ini adalah seorang intelektual yang selama masa-masa kampanye Gubernur Jakarta senantiasa mengirimkan berbagai pesan yang memojokkan Jokowi. Setiap minggu pesannya selalu muncul di BB saya dengan berbagai informasi dan tuduhan yang menyudutkan sang calon gubernur. Biasanya saya tak pernah menggubrisnya pesan-pesan yang ia sampaikan. Namun suatu kali saya memilih untuk menanggapinya satu pesannya karena menurut saya informasi yang ia berikan sudah kebablasan dan tidak masuk akal.

Karena itu setelah berbulan-bulan dihujani pesan-pesan provokatif semacam itu, pesan BBM nya kali ini yang justru membela orang yang dulu habis-habisan dihujatnya itu sungguh mengherankan saya. Apakah persepsinya terhadap Jokowi sudah berubah menjadi lebih baik? Ataukah ia hanya bersikap realistis dan pragmatis saja karena bagaimanapun gubernur Jakarta yang baru kan sudah terpilih?

Saya kira bukan dua hal ini yang terjadi pada kawan saya ini. Saya yakin ia masih kukuh pada pendapatnya yang dahulu. Ia seolah-olah berubah sikap karena satu hal: Ia tak mampu menolak sesuatu yang bernama manfaat.

Mendambakan Manfaat

Manfaat adalah sesuatu yang dicari oleh setiap orang di dunia ini. Siapapun orangnya, apapun latar belakangnya tak ada orang yang mampu menolak manfaat. Bahkan orang yang memusuhi kita sekalipun tak akan pernah menolak sebuah manfaat. Maka sesungguhnya yang paling penting itu bukanlah menjadi orang yang disukai orang lain, tetapi menjadi orang yang bermanfaat.

Disukai atau tidak hanyalah hal semu yang bersifat sementara. Karena itu jangan buru-buru senang kalau orang menyukai Anda, dan jangan berkecil hati kalau orang tidak menyukai Anda. Karena orang yang tidak menyukai Anda akan berubah menjadi menyukai Anda kalau Anda bisa memberikan manfaat kepada mereka. Sebaliknya orang yang menyukai Anda akan menjauhi Anda bila Anda tidak dapat memberikan manfaat.

Jadi hal terpenting yang bisa kita berikan di dunia ini adalah manfaat. Nilai Anda akan ditentukan oleh besarnya manfaat yang Anda berikan kepada orang lain. Karena itu benarlah kebijaksanaan yang mengatakan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.

Manfaat adalah mata uang yang berlaku dimanapun kita berada. Karena itu orang yang bermanfaat akan selalu dicari dan diperebutkan banyak orang. Orang yang bermanfaat bernilai tinggi dan dihormati oleh kawan dan lawan. Bahkan bagi orang yang bermanfaat tak ada lagi yang bernama lawan karena semua orang senantasa berpihak pada manfaat yang diberikannya.

Karena selalu dirindukan oleh banyak orang maka orang yang bermanfaat akan senantiasa mencapai kesuksesan. Bahkan sesungguhnya bukan hanya kesuksesan yang akan dia raih melainkan kebahagiaan.

Antara Potensi dan Manfaat

Orang yang bermanfaat akan memperoleh kebahagiaan karena ia sesungguhnya sudah hidup di jalan Tuhan. Bukankah Tuhan tidak akan menciptakan sekecil apapun makhluknya di dunia ini kecuali bisa memberikan manfaat kepada dunia dan seisinya?

Tuhan menciptakan kita dengan segenap potensi yang luar biasa. Potensi adalah hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Lantas apa hadiah terindah yang bisa kita berikan kepada Tuhan? Itulah manfaat. Manfaat adalah persembahan kita untuk Tuhan. Ketika kita bisa mengolah potensi kita dengan semaksimal mungkin dan melahirkan manfaat yang maksimal bagi orang lain maka sesungguhnya kita sudah menjalankan amanah Tuhan yang dititipkan Nya kepada kita.

Inilah yang membuat kita sudah hidup di jalur Tuhan. Karena itu tugas kita di dunia ini adalah menemukan dan mengolah semua potensi yang diberikan Tuhan kepada kita sampai yang sekecil-kecilnya kemudian mengubahnya menjadi manfaat. Potensi yang diberikan Tuhan kepada kita sungguh unik dan tidak sama dengan potensi yang diberikan Tuhan kepada manusia yang lain, karena itu manfaat yang bisa kita berikan kepada dunia juga sangat unik dan memang menjadi ciri khas kita sendiri.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sudah betul-betul menemukan potensi yang menjadi keunikan kita itu? Karena bila kita tidak mengetahui seberapa besar harta karun yang kita miliki kita tidak akan pernah bisa memanfaatkannya dengan maksimal. Karena itu mengenali diri sendiri sesungguhnya menjadi agenda terpenting kita sepanjang hidup. Inilah sesungguhnya konsep saya mengenai bersyukur.

Bersyukur sesungguhnya terdiri dari dua dimensi yaitu: acceptance dan exploration. Acceptance artinya menerima apapun yang diberikan Tuhan kepada kita, tetapi tanpa kemampuan untuk melakukan eksplorasi kita tidak akan mampu memanfaatkan semua potensi kita. Karena itu saya sering mengatakan bahwa kalau hanya menerima berarti kita hanya setengah bersyukur.

Karena itu ada dua tantangan utama kita saat ini. Pertama adalah mengenali diri kita, karena siapa yang mengenali seluruh isi alam semesta tetapi belum mengenali dirinya sesungguhnya dia belum tahu apa-apa. Tantangan kedua adalah mengolah potensi kita sehingga menjadi manfaat bagi orang lain.

Kita dilahirkan ke dunia ini bukanlah untuk sekadar mencapai kesuksesan tetapi untuk bisa menjadi manfaat bagi sesama. Orang yang mulia bukanlah orang yang memiliki jabatan yang tinggi tetapi orang yang bisa menjadi manfaat bagi orang lain sekecil apapun tugas yang diembannya.

*Happiness Inspirer & Penulis Buku “I Love Monday”

http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-tak-sekadar-bekerja

Thursday, January 3, 2013

Kemitraan nasi goreng mulai gosong

TAWARAN KEMITRAAN

Kemitraan nasi goreng mulai gosong

Nasi goreng sudah menjadi makanan sejuta umat. Penyuka kuliner khas Indonesia ini mulai kalangan bawah hingga atas. Itu sebabnya, penjual nasi goreng dengan mudah bisa kita temui.
Pelbagai variasi menu nasi goreng disajikan untuk memenuhi selera para penikmatnya. Di tengah ketatnya persaingan, ternyata berbisnis nasi goreng agaknya sudah lagi  tak senikmat rasanya.
Setidaknya, begitulah hasil review sejumlah tawaran kemitraan nasi goreng yang sebelumnya sudah pernah diulas KONTAN. Beberapa di antaranya adalah Nasi Goreng 69, Nasi Goreng Baba Rafi, dan Nasi Goreng Borobudur. Nah, bagaimanakah kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasan lengkapnya.

Nasi Goreng 69
KONTAN mengupas tawaran kemitraan Nasi Goreng 69 pada Januari 2011 lalu. Saat itu, usaha nasi goreng asal Sidoarjo, Jawa Timur ini sudah memiliki 16 cabang, dan jumlahnya bertambah menjadi 23 cabang di Juni 2011.
Dari ke-23 cabang itu, sebanyak empat gerai milik mitra. Sekarang, jumlah gerai Nasi Goreng 69 hanya naik tipis menjadi 24 cabang. Cabang tersebut tersebar di sejumlah kota, yakni Sidoarjo, Surabaya, Kediri, Madiun, Malang, Solo, dan Magelang.
Sartomo, pemilik Nasi Goreng 69, mengaku, saat ini sudah tidak lagi membuka tawaran kemitraan. Pasalnya, empat gerai milik mitra tidak berjalan seperti yang dia harapkan. Maka, awal 2012 lalu Sartomo memilih membeli semua gerai milik mitra dan mengelolanya sendiri.
Sartomo kini fokus membesarkan usaha nasi gorengnya dengan konsep restoran. Jadi, "Ada sejumlah gerai yang kecil-kecil saya tutup dan kemudian mendirikan gerai baru dengan konsep restoran yang lebih besar," ujarnya.
Setelah konsep restoran ini mapan, ke depan Sartomo berniat membuka tawaran waralaba Nasi Goreng 69 dengan konsep berbeda. "Saya ingin nanti membuka sistem franchise dengan mencari master franchise untuk setiap daerah," papar dia.
Untuk mempertahankan kualitas nasi goreng dan standardisasi rasa, Sartomo sudah memiliki resep bumbu yang harus dipakai di semua gerainya. Bumbu nasi goreng itu dibuat dalam kemasan sachet. Dengan begitu, semua citarasa Nasi Goreng 69 bisa seragam di seluruh wilayah.
Selain nasi goreng, Sartomo juga menjual menu lain, seperti chinese food, seafood, hot plate, dan aneka mi. "Nama usaha saya sekarang Nasi Goreng 69 Resto," ujar Sartomo berpromosi.
Sebelumnya, Nasi Goreng 69 menawarkan paket kemitraan dengan biaya investasi Rp 250 juta hingga Rp 300  juta. Selain itu, ada juga paket investasi berkonsep food court senilai Rp 115 juta, dan restoran Rp 180 juta.
Seluruh paket tersebut memiliki hak guna merek selama tiga tahun. Mitra juga mendapatkan pelatihan karyawan dan seragam karyawan.
Dalam kerjasama itu, kantor pusat memungut supporting fee dan royalty fee masing-masing sebesar 3% dari omzet. Untuk royalty fee mulai dipungut pada tahun kedua setelah usaha beroperasi.

Nasi Goreng Baba Rafi
Nasi Goreng Baba Rafi merupakan anak usaha dari Kebab Turki Baba Rafi yang cukup tersohor. Usaha nasi goreng ini mulai dirintis 2009, dan membuka tawaran kemitraa sejak Juli 2010.
KONTAN pernah menulis tawaran kemitraan Nasi Goreng Baba Rafi pada Juli 2010. Kala itu, usaha nasi goreng ini belum memiliki mitra. Sementara, gerai milik sendiri sudah ada enam yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya.
Saat itu, Hendy Setiono, pemilik Baba Rafi, bilang, dia telah mengantongi 10 calon mitra. Tapi, setelah setahun lebih berselang, Nasi Goreng Baba Rafi hanya berhasil menggaet empat mitra.
Agung Prasetyo, Marketing Nasi Goreng Baba Rafi, mengatakan, saat ini pihaknya menutup peluang kemitraan nasi goreng tersebut. Sedang mitra yang sudah ada tetap menjalankan usahanya seperti perjanjian sebelumnya.
Untuk harga nasi goreng, Agus menuturkan, sampai sekarang belum ada kenaikan dibanding tahun lalu, yakni masih sebesar Rp 12.000 per porsi untuk nasi goreng lengkap dengan topping.
Namun, pada awal 2013 nanti, Nasi Goreng Baba Rafi berencana mengerek harga sekitar Rp 2.000 per porsi. "Belum pasti kenaikan harganya berapa, tapi yang pasti naik," kata Hendy.
Menurut Hendy, manajemen kini sedang fokus memperluas jaringan Kebab Turki Baba Rafi yang menjadi pionir bisnis Baba Rafi. Jadi, "Kami selalu mengarahkan calon mitra  yang ingin bekerjasama untuk nasi goreng ke kebab turki," ungkap Hendy.
Sebelumnya, Nasi Goreng Baba Rafi menawarkan paket kemitraan dengan nilai investasi sebesar Rp 45 juta untuk biaya membuka gerai nasi goreng. Tapi, biaya sebesar itu di luar sewa tempat.
Dalam kerjasama ini, mitra akan mendapatkan pelbagai fasilitas, seperti booth, perlengkapan memasak, survei lokasi, dan pelatihan karyawan. Baba Rafi tidak mengutip franchise fee maupun management fee.
Mitra yang membuka gerai Nasi Goreng Baba Rafi ditargetkan bisa meraup omzet Rp 350.000 per hari.

Nasi Goreng Borobudur
Nasi Goreng Borobudur berdiri sejak 2010 di Malang, Jawa Timur. Keunikan nasi goreng ini ada pada cetakannya yang membentuk stupa Candi Borobudur. Nasi Goreng Borobudur sudah menawarkan kemitraan sejak pertengahan 2010 lalu.
Tapi, hingga pertengahan tahun ini, usaha nasi goreng tersebut belum juga mendapatkan mitra. Haris, pemilik Nasi Goreng Borobudur, mengungkapkan, usahanya kini sedang vakum.
Haris menjelaskan, pemicunya bukan lantaran tidak memiliki mitra. Melainkan, konflik internal yang terjadi di dalam manajemen Nasi Goreng Borobudur.
Padahal, tahun lalu Haris sempat membuka cabang Nasi Goreng Borobudur di Kota Malang. "Dua gerai milik sendiri saat ini sedang vakum. Saya juga sedang mengurus bisnis lain," bebernya.
Sebelumnya, Nasi Goreng Borobudur mematok biaya kemitraan sebesar Rp 35 juta tanpa franchise fee ataupun royalty fee. Dari biaya investasi ini, mitra bakal memperoleh gerobak, empat meja dan 16 kursi, perlengkapan memasak, alat promosi, serta pelatihan karyawan.
Biaya investasi itu bahkan sudah termasuk stok bahan baku senilai Rp 2 juta untuk sepekan, dengan asumsi penjualan 50 porsi per hari. Ketika itu Haris menghitung, mitra bisa memperoleh 50 pembeli per hari.
Dengan jumlah konsumen sebanyak itu, mitra bisa mengantongi omzet sebanyak Rp 15 juta per bulan. Adapun target  balik modalnya setelah delapan bulan beroperasi.
Pilihan menu Nasi Goreng Borobudur antara lain nasi goreng ayam, nasi goreng sosis, dan nasi goreng istimewa. Harga setiap menu mulai Rp 7.000 per porsi - Rp 10.000 per porsi. Untuk menu harga Rp 10.000 khusus untuk porsi jumbo.
Dalam kerjasama ini, Haris bersedia memasok bumbu nasi goreng racikannya untuk para mitra yang membutuhkan. Sementara, untuk bahan baku pendukung, seperti sayur dan daging, mitra bisa membelinya sendiri.
Haris menjelaskan, usaha nasi gorengnya menyasar pasar mahasiswa dan pegawai kantoran. "Kalau mitra ingin membuka Nasi Goreng Borobudur, sebaiknya pilih lokasinya di sekitar kampus atau perkantoran," ucapnya.
Meski banyak penyukanya, usaha nasi goreng tak semudah yang dibayangkan.   

INSPIRASI FATICHUN

INSPIRASI FATICHUN

Fatichun pasok batik seragam PNS di Salatiga (1)

Fatichun pasok batik seragam PNS di Salatiga (1)
Usia yang tidak lagi muda ternyata tidak menghalangi seseorang untuk memulai usaha. Begitu juga dengan Fatichun, 64 tahun. Di usianya yang sudah tua, ia sukses mengibarkan batik khas daerahnya, Salatiga,  Jawa Tengah,
Awal mula perkenalannya dengan bisnis batik terjadi saat ia mendapat pelatihan dari Dinas Pariwisata Kota Salatiga pada 2008. Saat itu, ia baru dua tahun pensiun sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Pemkab Semarang.
"Walau sudah pensiun saya itu tidak betah berdiam diri tanpa pekerjaan," kata ayah dua putri ini. Lantaran masih ingin memiliki kesibukan, ia pun semangat mengikuti pelatihan mengenai bisnis batik selama 15 hari.
Kendati singkat, ia mengaku banyak mendapat pelajaran penting mengenai seluk beluk bisnis batik. Pelatihan itu sendiri memang mendorong para pesertanya terjun ke usaha batik.
Makanya, tak lama dari mengikuti pelatihan itu, ia langsung memutuskan terjun ke usaha pembuatan batik dengan brand Batik Selotigo. "Kebetulan saat pensiun, saya memang berniat membuka usaha," ujarnya.
Ia pun langsung mempraktikkan seluruh ilmu dan pengalaman yang didapatnya dari pelatihan, terutama menyangkut teknik produksi dan pemasaran.
Keputusan Fatichun terjun ke bisnis batik ini cukup berani. Pasalnya, dari 20 peserta pelatihan, hanya ia saja yang memutuskan terjun ke usaha batik.
Namun, keputusannya itu tidak salah. Dalam waktu singkat, ia sukses meraup omzet lebih dari Rp 100 juta per bulan.
Bisnisnya makin berkembang setelah Walikota Salatiga mewajibkan setiap PNS di daerahnya memakai batik khas Salatiga sebagai seragam kantor.
Makanya, pelanggan Batik Selotigo kebanyakan masyarakat setempat, khususnya dari instansi pemerintah. “PNS di Pemkot Salatiga diharuskan memakai pakaian berbahan kain batik khas Salatiga setiap hari Rabu sampai Sabtu,” katanya.
Peraturan yang berlaku mulai tahun 2010 itu turut mendorong kelancaran usahanya. Sejak saat itu, orderan dari pegawai pemerintah kota Salatiga membludak.
Bila sebelumnya hanya bisa menjual ratusan potong kain batik per bulan, kini permintaan terhadap kain batiknya mencapai ribuan potong."Dalam sebulan, saya bisa menjual sekitar 3.000 potong batik," katanya.
Selain menjual batik dalam bentuk kain lembaran, ia juga menjual batik dalam bentuk kemeja dan rok. Produk batiknya beragam dari batik tulis hingga batik cap, dan dibanderol mulai Rp 80.000 - Rp 250.000 per pieces.
Fatichun mengatakan, keputusan pemerintah itu merupakan bentuk dukungan terhadap industri kecil menengah (IKM) di Salatiga, terutama untuk produk kain batik.
Fatichun mengaku, tanpa bantuan pemerintah, bisnis batiknya akan sulit berkembang. Apalagi, batik khas Salatiga belum begitu dikenal
Usia batik Salatiga memang tergolong baru dibandingkan batik dari daerah lain, seperti Solo, Pekalongan, Cirebon, dan Yogyakarta. Fatichun sendiri mengklaim kalau  dirinya termasuk pelopor batik khas Salatiga.

Fatichun, juragan batik yang tak bisa membatik (2)

Fatichun, juragan batik yang tak bisa membatik (2)

Batik khas Salatiga sudah mulai diciptakan pada tahun 2004. Namun, pemerintah setempat baru serius mengembangkan batik khas daerah itu pada 2008, ketika Dinas Pariwisata Salatiga mengadakan pelatihan seputar batik.
Fatichun (64) menjadi salah satu pesertanya, sekaligus menjadi satu-satunya peserta yang terjun ke bisnis batik. Peserta lainnya tidak melakukan hal yang sama karena kekurangan modal.
Tidak lama setelah mendapat pelatihan, Fatichun langsung memulai usaha batik. Fatichun mengaku, merogoh kocek Rp 150 juta buat modal awal mendirikan usaha batik dengan brand Selotigo.
Modal itu digunakan untuk membeli perlengkapan membatik dan mendirikan galeri batik di Jalan Raya Salatiga – Bringin kilometer (km) 2, Watu Rumpuk, Salatiga.
Waktu itu, Fatichun mengaku mendapatkan pinjaman modal dari anaknya sendiri yang tengah bekerja di Jepang. Menjadi pengusaha batik sukses sering kali membuat orang menyangka Fatichun memiliki keterampilan membatik. Padahal, pemilik usaha batik Selotigo ini mengaku sama sekali tidak bisa membatik.
Maklum, usaha batik baru dimulainya ketika ia sudah berumur 60 tahun. Saat itu, ia baru dua tahun pensiun dari PNS Kabupaten Semarang. "Jangankan membatik, menjahit kain saja saya tidak bisa," katanya.
Lantaran tidak memiliki keterampilan membatik, saat awal memulai usaha, ia  langsung mendatangkan delapan orang pembatik dari Pekalongan dan Sidoarjo.
Saat itu, masih belum banyak pembatik profesional dari Salatiga. Seluruh kegiatan produksi diserahkan pada para pembatik tersebut. Ia hanya menjalankan manajemen batik Selotigo.
Setelah mendapatkan sumber daya manusia (SDM), Fatichun mencari merek dagang yang dirasa mampu mewakili visinya memajukan batik khas daerahnya.
Awalnya, ia mau memakai nama "Salatiga". "Tapi ketentuannya nama kota tidak bisa dijadikan merek dagang," ujarnya. Karena itu, ia memilih nama Selotigo yang memiliki arti tiga batu yang bertumpuk.
Nama ini memiliki kesamaan arti dengan motif "Watu Rumpuk" yang menjadi ciri khas batik daerah Salatiga. Pada tahun 2010, Fatichun mulai memasarkan batik Selotigo melalu internet, terutama di Facebook dan blog. Namun cara ini dirasa kurang efektif sehingga Fatichun tidak meneruskannya.
Sekarang, Fatichun fokus melakukan pemasaran lewat radio lokal. Dalam beberapa kesempatan, ia diundang menjadi pembicara talkshow di radio seputar batik khas Salatiga. Di situ, ia juga mempromosikan produk batiknya.
Selain itu, ia juga rajin mengikuti pameran di beberapa kota, seperti Semarang, Kudus, dan Grobogan. Fatichun juga pernah mengikuti fashion show khusus produk batik.
"Waktu itu ada acara pemilihan model. Batik saya terpilih diikutkan pada fashion show," katanya. Selama empat tahun menjalankan usaha batik, Fatichun masih belum menemukan pembatik asli Salatiga.
Padahal, ia ingin menambah desain batik khas Salatiga agar lebih bervariasi.   

Fatichun mendongkrak pamor batik Salatiga (3)


Fatichun mendongkrak pamor batik Salatiga (3)

Walau diciptakan tahun 2004, batik khas Salatiga baru serius dikembangkan oleh pemerintah setempat pada 2008 lalu. Fatichun termasuk salah seorang pelopor industri batik Salatiga dengan merek dagang Selotigo.
Sebetulnya, menjadi pelopor industri batik Salatiga jauh dari impian Fatichun. Apalagi, sejak awal pria pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) ini tak pernah memiliki keinginan menjadi pengusaha.
Keinginan untuk berwiraswasta baru muncul saat Fatichun pensiun sebagai pegawai Pemerintah Kabupaten Semarang tahun 2006. "Walau sudah pensiun, saya tidak betah berdiam diri tanpa pekerjaan," kata ayah dua putri ini.
Perkenalannya dengan dunia batik terjadi saat mengikuti pelatihan yang digelar Dinas Pariwisata Kota Salatiga pada 2008. Sejak mengikuti pelatihan itu, Fatichun belajar banyak seputar dunia batik khususnya batik Salatiga.
Fatichun mengatakan, batik Salatiga sering juga disebut dengan batik plumpungan. Motif batik plumpungan diciptakan pertama kali tahun 2004 dan menjadi motif batik yang paling terkenal di Salatiga.
Nama plumpungan berasal dari Prasasati Plumpungan yang sarat nilai filosofi dan sejarah bagi Salatiga. Gagasan dasarnya ialah mengambil bongkahan batu tulis yang terdapat pada Prasasti Plumpungan.
Makanya, yang menjadi ciri khas batik plumpungan adalah gambar dua bulatan batu yang terdiri dari batu besar dan kecil yang saling berimpitan.
Selain plumpungan, batik Salatiga juga memiliki beberapa motif lain, seperti bayang-bayang, cempaka mekar, gendongan, genggong, dan watu rumpuk plumpungan. Semua motif ini ada di butik milik Fatichun.
Menurut Fatichun, batik Salatiga mempunyai beberapa kelebihan. Misalnya, warna yang awet dan tidak mudah luntur. Mayoritas kelirnya juga cerah sehingga disukai banyak kalangan masyarakat. "Saya sengaja pakai warna ngejreng pada batik saya supaya anak muda juga suka," ujarnya.
Kendati sudah sukses, Fatichun belum puas dengan usaha batiknya saat ini. Ia terobsesi membuka sekolah membatik bagi warga Salatiga. Sebab, pembatik yang terampil di Salatiga realtif jarang.
Rencananya, Fatichun akan menjadikan butik batiknya sebagai tempat pelatihan membatik. Dengan membuka tempat pelatihan, dia berharap, semakin banyak orang yang tertarik mendalami batik Salatiga  dan mengembangkannya di masa mendatang.
Fatichun juga berkeinginan, kelak Salatiga bisa terkenal sebagai kota penghasil batik, semisal Pekalongan dan Solo. "Kalau daerah lain saja bisa mendapatkan identitas penghasil batik, tentunya Salatiga juga bisa," ucapnya yakin.
Batik Salatiga, Fatichun bilang, sangat potensial dikembangkan. Saat ini saja, peminat produk batiknya meliputi hampir semua kalangan.
Dari kalangan artis, contohnya, butik batiknya pernah dikunjungi Dwi Andika sdan Shezi Idris. Tapi, lantaran usianya sudah tidak muda lagi, dia berencana mewariskan bisnis batiknya ke anaknya.      

(Selesai)
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/fatichun-pasok-batik-seragam-pns-di-salatiga-1/2012/12/26
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/fatichun-juragan-batik-yang-tak-bisa-membatik-2/2012/12/27
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/fatichun-mendongkrak-pamor-batik-salatiga-3