Wednesday, November 30, 2011

4 Alasan Mengapa Israel Unggul dalam Entrepreneurship

Views :3071 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 30 November 2011 14:35
entr1111Kewirausahaan merupakan kunci kemakmuran suatu negara. Demikian yang sering kita dengar dari berbagai ceramah dan paparan mengenai entrepreneurship selama ini. Memang demikianlah adanya, sebuah lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan usaha-usaha baru dan entrepreneur-entrepreneur inovatif penting artinya dalam kemajuan kesejahteraan suatu bangsa. Tetapi kadang lingkungan yang kondusif itu bukanlah lingkungan yang damai memanjakan. Justru lingkungan yang penuh keterbatasan, penuh konflik berpeluang lebih tinggi dalam menelurkan ide-ide bisnis dan perusahaan-perusahaan baru yang menguntungkan.

Anda bisa saja menyangkal hipotesis ini. Namun, jika kita menilik Israel, sangkalan Anda akan tertolak mentah-mentah. Di sebuah negara yang tingkat keamanannya bahkan sangat rendah dan dipenuhi dengan kekerasan setiap saat, sangat mengherankan bahwa entrepreneurship bisa tumbuh begitu subur di sana dibandingkan belahan bumi lainnya yang lebih aman dan stabil. Apa rahasianya?

Sebuah kajian dilakukan oleh Sarah Lacy, mantan editor senior blog Techcrunch.com, dalam bukunya “Brilliant, Crazy, Cocky: How the Top 1% of Entrepreneurs Profit from Global Chaos”. Lacy kemudian memaparkan sejumlah faktor menarik yang bisa menerangkan fakta yang cukup ironis, yaitu Israel yang meskipun didera oleh konflik yang berkepanjangan mampu menggenjot pertumbuhan entrepreneur-entrepreneur barunya.

Mentalitas ‘chutzpah’
Terminologi ‘chutzpah’, demikian menurut Lacy, merupakan sikap mental pertama yang menjadi faktor pendorong suburnya entrepreneurship di sana. ‘Chutzpah’ sendiri adalah sebuah sikap yang erat kaitannya dengan keberanian, pantang mundur, dan kesombongan (dalam en.Wikitionary.org dikatakan bahwa makna chutzpah adalah “nearly arrogant courage”- keberanian yang hampir seperti sikap sombong).

Keberanian yang meluap-luap dalam jiwa masyarakat Israel dalam mempertahankan tanah yang ia duduki tecermin dengan jelas saat anak-anak muda Israel ini terjun dalam kancah entrepreneurship. Sikap tersebut, kata Lacy dalam bukunya, bisa dilacak asalnya dari kewajiban bagi sebagian besar anggota masyarakatnya untuk menghabiskan 2-3 tahun sepanjang hidupnya dalam wajib militer Israel. Pemuda-pemudi Israel sudah terlatih untuk tidak takut mati. Dan jika Anda menemui seseorang yang tak takut dengan kematian, mengapa ia harus memiliki alasan untuk merasa takut dengan kegagalan berbisnis yang tidak akan membunuhnya? Separah apapun kegagalan berbisnis, mereka berpikir masih bisa bangkit dan masih ada harapan, karena mereka masih menghembuskan nafas.

Dengan memasuki wajib militer pada usia belia, sebagian besar anak muda Israel juga sangat terbiasa dengan lingkungan yang keras dan kritis. Mereka tidak terbiasa tunduk (berkat ketiadaan hirarki militer yang rumit) pada perintah atasannya tanpa alasan yang menurut mereka cukup kuat untuk meyakinkan mereka. Dan sikap kritis tersebut juga turut dipraktikkan saat memulai usaha baru. Sikap kritis juga membuat mereka haus dengan hal-hal baru, sebuah karakteristik yang sangat entrepreneurial.

Kebijakan pemerintah yang 100% pro-entrepreneurship
Sebagai kompensasi atas mandeknya perekonomian di pertengahan dekade 1970 dan pertengahan 1980-an, pemerintah Israel merancang serangkaian gerakan yang berfungsi sebagai pondasi untuk teknologi tinggi yang sangat menguntungkan yang akan menghasilkan  lebih banyak jutawan baru dan memupuk perekonomian agar terus tumbuh melampaui negara maju selama 15 tahun terakhir ini (BCC, 49).  Bahkan dalam kondisi yang terjepit kekerasan seperti sekarang pun, pemerintah Israel masih memiliki waktu dan tenaga yang besar untuk kemajuan entrepreneurship bangsanya.

Pemerintah Israel tak segan-segan untuk menghabiskan waktu, tenaga dan dana yang besar demi mendirikan sebuah ekosistem, perangkat hukum dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan lebih banyak entrepreneur baru yang inovatif. Bahkan pemerintah Israel memutuskan untuk membuka sebagian kebijakan ‘penghalang’ yang bisa mencegah masuknya lebih banyak investasi asing di teritorinya. Tahun 1993, pemerintah dirikan sebuah badan pendanaan bernama Yozma. Tujuan Yozma ialah mendorong terciptanya sebuah ekosistem modal ventura lokal yang menarik bagi investor asing terutama Amerika Serikat.

Kebijakan migrasi yang ‘terbuka’
Pemerintah Israel sangat ‘terbuka’ dengan pendatang baru di wilayah mereka, meski dengan catatan pendatang tersebut harus memiliki darah Yahudi. Mereka tidak membatasi imigran luar yang datang meskipun mereka tidak terlalu menguntungkan secara ekonomis. Pemerintah sama baiknya menyambut seorang imigran yang gagap teknologi dan imigran lain yang terpelajar dan memiliki kompetensi dalam berbisnis. Dan seperti yang sudah banyak kita ketahui, kaum imigran justru memiliki karakteristik yang lebih menonjol saat terjun dalam entrepreneurship. Karakteristik imigran yang khas seperti keberanian memulai dan mempelajari hal-hal baru di lingkungan yang sepenuhnya asing dan kurang bersahabat dengan selera asli mereka sangat memacu tumbuhnya semangat entrepreneurship dalam diri setiap warga Israel, terutama mereka yang masih belia.

Penentuan waktu yang tepat (right timing)
Menurut Lacy, sejumlah perusahaan baru muncul terlalu dini dan sebagian lainnya muncul terlambat. Maka dari itu, sebuah penentuan waktu yang tepat sangat diperlukan. Israel adalah sebuah negara yang mampu dengan sangat baik menentukan waktu dengan baik untuk mencurahkan perhatian terhadap pengembangan sebuah ekosistem entrepreneurship dengan pertumbuhan yang tinggi. Modal ventura menjadi makin besar sebagai kelompok aset sehingga banyak perusahaan baru di Israel yang mulai untuk berpikir secara global.  (*/Akhlis)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/87-studi-kasus/13149-4-alasan-mengapa-israel-unggul-dalam-entrepreneurship.html

Undagi Jatnika Nagamiharja, Gaungkan Potensi Bisnis Bambu

Views :84 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 30 November 2011 14:01
Jika diolah dengan tepat, melimpahnya kekayaan alam Indonesia bisa menghadirkan kesejahteraan yang layak bagi seluruh rakyatnya. Terlebih lagi juga sumber daya yang melimpah itu dipadukan dengan kreatifitas yang tinggi untuk diolah menjadi suatu karya yang menjual. Maka tak salah jika Indoneisa menjadi surga bagi para entrepreneur kreatif. Salah satu contohnya adalah Undagi Jatnika Nagamiharja. Dari bambu, Jatnika yang juga Ketua Yayasan Bambu Indonesia, mampu melanglang buana dari hampir ke seluruh wilayah Indonesia hingga mancanegara. Lelaki kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini populer dengan rumah bambu buatannya. Ia sudah membangun 3.441 rumah bambu di Indonesia dan negara lain.

jatnika1111Bambu sudah menjadi bagian hidup dari Undagi Jatnika Nagamiharja. Dari tanaman rumpun ini, namanya terkenal sampai ke mancanegara. Dari bambu pula, ia memperoleh sumber penghidupan. Jatnika memulai bisnis bambu sejak 1996. Dia mewarisi ilmu sang ayah yang berprofesi sebagai perajin anyaman dan mebel bambu. Pertama kali menjalankan usaha, Jatnika hanya membuat anyaman dan mebel bambu. Mebel-mebel bambu buatan Jatnika sudah menembus pasar ekspor, seperti Spanyol, Amerika Serikat, Taiwan, dan Jerman. Begitu juga dengan rumah bambu bikinannya.

“Saya masih memproduksi mebel untuk desain interior rumah bambu yang saya buat. Saya yakin ini bisnis yang cerah, karena selain pasar yang luas, pengrajin rumah bambu masih sedikit. Jadi jangan heran jika pesanan yang dating akan terus mengalir,” ucap Jatnika, seperti dikutip dari Kontan Online.

Sampai saat ini, Jatnika sudah membangun sedikitnya 3.441 rumah bambu di Indonesia dan negara lain. Mulai dari rumah tinggal, rumah peristirahatan, rumah makan, gazebo, sampai musala. Di pasar ekspor, rumah bambu buatan Jatnika sudah berdiri di Malaysia, Brunei Darusssalam, Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang memesan rumah bambu ke Jatnika adalah daya tahan buatannya. Aneka rumah bambu buatan Jatnika bisa bertahan hingga 30 tahun.

Keawetan rumah bambu bikinan Jatnika berkat proses penebangan hingga perendaman bambu. Karakteristik rumah bambu yang tahan gempa juga menjadi alasan orang berminat memiliki bangunan tersebut. Setiap bulan, pesanan yang datang ke Jatnika sebanyak 20 rumah bambu. Namun, ia hanya mengerjakan dua pesanan setiap bulan. Tujuannya untuk menjaga kualitas rumah bambu buatannya.

“Kalau hanya memikirkan keuntungan, bisa saja saya ambil semuanya, tapi nanti kualitasnya tidak bagus,” ujarnya.

Jatnika memang tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun juga kepuasan batin. Apalagi, sejak 1995, dia dipercaya menjadi Ketua Harian Yayasan Bambu Indonesia yang didirikan oleh istri mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Selain untuk melestarikan bambu, yayasan ini juga dibentuk untuk mengembangkan dan memanfaatkan bambu Indonesia. Para perajin pun dilatih untuk mengenal produk-produk kerajinan yang bisa dihasilkan dari bambu. (*/Gentur)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/manufaktur/13148-undagi-jatnika-nagamiharja-gaungkan-potensi-bisnis-bambu.html

PELUANG BISNIS PENYEWAAN KOMPUTER

Peluang Usaha

 
Rabu, 30 November 2011 | 13:57  oleh Hafid Fuad
PELUANG BISNIS PENYEWAAN KOMPUTER
Jasa penyewaan komputer masih berputar

Meski harga komputer personal (PC) makin terjangkau, banyak pihak masih membutuhkan jasa penyewaan komputer. Bisnis penyewaan PC pun masih lumayan. Sebuah perusahaan penyedia jasa sewa komputer masih menangguk omzet ratusan juta rupiah sebulan. Kuncinya harus fokus pada pasar tertentu, serta harus siap merawat pelanggan dan komputer.

Tingginya ketergantungan pada komputer, membuat keberadaan produk ini seakan menjadi kebutuhan primer untuk mendukung pekerjaan atau sebagai media hiburan. Apalagi, produsen komputer kian jeli menciptakan berbagai produk tertentu, yang sesuai dengan kebutuhan atau kantong konsumen, sehingga makin banyak orang yang mampu membeli komputer personal.

Namun, meski banyak orang telah memiliki komputer sendiri, ternyata tidak menyurutkan bisnis penyewaan komputer personal (PC). Tengok saja, usaha penyewaan PC milik Andi Susanto. Pemilik PT Megawastu Solusindo di Jakarta ini mampu menangguk omzet hingga Rp 500 juta tiap bulan. "Usaha penyewaan PC masih menguntungkan sampai saat ini," ujarnya.

Minat perusahaan untuk menyewa PC masih tinggi. Mereka terhindar dari biaya pembelian, biaya penggantian dan perawatan. Sementara PC sangat penting dan dibutuhkan terus-menerus. "Dengan menyewa, perusahaan bisa menekan pengeluaran mereka," tutur Andi.

Andi mengawali usahanya sejak 2003. Pria yang semula bekerja di sebuah media ekonomi ini tertarik menekuni bisnis penyewaan PC, karena ia banyak berhubungan dengan perbankan. "Saya melihat bank membutuhkan dukungan PC yang bagus," kata Andi.

Dalam usahanya ini, Andi pun hanya memasok PC untuk bagian trading di bank. Kesuksesannya pun tak lepas dari strategi untuk fokus pada target pasar dan merawat konsumennya dengan baik.

Hingga kini, Megawastu Solusindo masih konsisten menyewakan PC khusus bagi kantor-kantor bank. Mereka sudah mempunyai klien yang berasal dari 10 bank besar di Indonesia.

Harga sewa komputer dipatok mulai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta per bulan. Penentuan tarif sewa juga bergantung pada spesifikasi kebutuhan PC.

Andi menawarkan sistem sewa dengan jangka waktu bulanan hingga tahunan. "Tapi, kami mempunyai kebijakan kontrak per tiga bulan supaya pemasukan lebih lancar," ujarnya.

Dalam usaha ini, menurut Andi, yang paling penting adalah melakukan perawatan PC secara rutin. Maklum, dunia perbankan membutuhkan kecepatan data dan arus informasi secara real time.

Klien biasanya menginginkan, bila terjadi kerusakan pada PC harus seminim mungkin. Karena itu, Andi harus selalu siap menyediakan teknisi bila terjadi kerusakan. Para teknisi pun harus memantau secara rutin kondisi PC yang selalu menyala itu.

Sekali sepekan, teknisi biasanya mengecek PC yang disewa. Mereka akan membersihkan komputer tersebut dari gangguan virus. "Saya juga harus membayar denda jika terjadi kerusakan yang melebihi perjanjian," ujar Andi.

Namun, kesuksesan dari bisnis penyewaan komputer tak hanya dengan mengandalkan klien dari perbankan. Menurut Hery Siswanto, Manajer Marketing PT Natari, banyak perusahaan membutuhkan penyewaan komputer untuk mendukung kinerja perusahaan.

Perusahaan yang terkenal dengan akun sewapc.com ini telah menjalani bisnis penyewaan komputer sejak 2004. Hery mengakui, konsumennya terus bertambah hingga saat ini. "Bahkan, kami masih kewalahan dalam melayani kebutuhan klien di Jakarta," ujar Hery.

Natari biasanya menyewakan komputer untuk keperluan pelatihan karyawan maupun seminar. Karena mengincar pasar ini, mereka biasanya menuai banyak permintaan pada awal bulan dalam triwulan pertama setiap tahunnya.

Berbeda dengan Megawastu Solusindo, Natari menetapkan harga sewa harian. Biaya sewa komputer dibanderol antara Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per unit setiap hari.

Hery bilang, perusahaan bisa mendulang omzet lebih dari Rp 100 juta per bulan. Untuk mendukung bisnisnya, Natari menyiapkan 500 unit komputer personal.

Hery menjelaskan, para kliennya lebih memilih menyewa PC untuk pelatihan atau seminar. Pasalnya, komputer personal lebih nyaman dipakai bila dibandingkan dengan menggunakan laptop. Selain itu, perusahaan juga ingin mengurangi risiko kecurian jika menggunakan laptop.

Ada beragam perusahaan yang menjadi klien Natari. Mulai dari perusahaan asuransi, perusahaan TI dan juga kalangan perbankan. Hery berpesan, dalam bisnis ini yang penting menjaga kepercayaan pelanggan.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84028/Jasa-penyewaan-komputer-masih-berputar-

Mau Usaha? Gali Sektor yang Berbasis Permintaan Domestik

Mau Usaha? Gali Sektor yang Berbasis Permintaan Domestik
Ester Meryana | Erlangga Djumena | Rabu, 30 November 2011 | 15:15 WIB

 
JAKARTA, KOMPAS.com - Jika mau mengerjakan suatu usaha, carilah bidang usaha yang terkait dengan permintaan domestik. Dan, tidak harus ekspor.
Demikian disampaikan oleh ekonom Partner Strategic Indonesia, A Prasetyantoko, dalam diskusi "Peran dan Posisi Indonesia Young Entrepreneurs Dalam Menghadapi Peta Ekonomi CHINDONESIA (China, India, dan Indonesia) di Jakarta, Rabu ( 30/11/2011 ).
"Bank Dunia memperkirakan ada 7 juta penduduk kelas menengah baru setiap tahun di Indonesia," ujar Prasetyantoko. Ini mencerminkan kesempatan permintaan domestik yang luar biasa di Indonesia.
Sejumlah data penjualan pun ia sebutkan. Misalnya, motor Vespa yang hilang tahun 1980 -an kini muncul kembali. Secara keseluruhan, motor jenis scooter di Indonesia bisa terjual hingga 8 juta unit pada tahun 2010 . Sementara di Thailand hanya 1,7 unit, India sebanyak 11,3 juta unit, dan China 16 juta unit. "Padahal China itu penduduknya 2 miliar," sebut dia mengingat jumlah penjualan Indonesia bisa mencapai setengah dari yang terjual di China. Ini tidak sebanding jika melihat jumlah penduduk kedua negara.
Hal serupa juga terjadi pada penjualan mobil. Prasetyantoko pun menyebutkan, penjualan mobil trennya meningkat. Pada 2010 , mobil yang terjual mencapai 750 ribuan unit. "Tahun ini diperkirakan naik menjadi 850 ribuan unit," jelasnya.
"Ini indikasi yang bisa kita lihat, walaupun krisis, permintaan domestik sungguh luar biasa," tegas Prasetyantoko.
Ia pun sembari bercanda menceritakan bagaimana cafe tetap penuh dan masyarakat bisa tetap merokok sebagai indikasi lain bagaimana kondisi konsumsi domestik yang tinggi. "(Jadi) carilah sektor-sektor yang punya basis konsumsi domestik," sebut dia, misalnya sektor makanan dan minuman.

Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/30/15154015/Mau.Usaha.Gali.Sektor.yang.Berbasis.Permintaan.Domestik

7 Kriteria Wanita Bisa Menjadi Entrepreneur Sukses

Views :532 Times PDF Cetak E-mail
Rabu, 30 November 2011 14:25
WomenEntreprenerMenurut survei yang dilakukan American Express pada tahun ini, wanita Amerika meluncurkan bisnis baru 1,5 kali lebih banyak dari rata-rata nasional. Di Kanada, wanita lebih hebat lagi. Kaum hawa ini tak hanya produktif bekerja tapi juga mampu membuka bisnis baru dan prosentasenya dua kali dari rata-rata nasional.

Wanita sedang menyiapkan diri menjadi entrepreneur-entrepreneur yang sukses. Wanita memiliki kemampuan yang tak bisa disangkal yang pada akhirnya bisa membawa mereka untuk menjadi pelaku bisnis sukses. Demikianlah pernyataan Krizia de Verdier, produser eksekutif dan pembawa acara Women Entrepreneur HQ Online Show.

Lalu kriteria-kriteria apa saja yang membuat wanita bisa menjadi entrepreneur sukses? Berikut ulasannya seperti dilansir dari laman Market Watch.

1. Multi-thinkerTak bisa dipungkiri bahwa wanita adalah sosok yang multi-task dan multi-think. Sepertinya ini sudah terdapat dalam DNA para wanita. Buktinya, wanita akan selalu siap sedia ketika buah hatinya membutuhkan dirinya meski ia sedang memikirkan hal lain atau sedang fokus mengerjakan pekerjaan lain. Dalam dunia bisnis, entrepreneur dituntut untuk bisa fokus pada banyak hal dalam waktu yang bersamaan.

2. Pemikir yang kreatif dan abstrakWanita umumnya terbiasa berpikir abstrak dibanding pria. Kemampuan menjadi pemikir yang abstrak merupakan salah satu kunci keberhasilan entrepreneur. Pemikiran abstrak ini berkaitan dengan perasaan di mana wanita bisa membuat keputusan berdasarkan apa yang dirasakannya mengenai sesuatu tanpa harus mengacu pada fakta. Kondisi itu berguna dalam proses pengambilan keputusan pada situasi yang cukup sulit. Sebagai pemikir yang kreatif, wanita mampu dan terbiasa untuk berpikir "outside the box".

3. Lebih mengutamakan faktor kesetaraan dibanding kompetisiWanita secara alami mempunyai teknik egaliter dalam berkomunikasi di mana biasanya mereka lebih mau menghargai opini seseorang dibanding harus memaksakan opininya.

4. Memastikan timnya bahagiaWanita secara alami memiliki sifat mengayomi dan sebagian besar wanita mempunyai sifat peduli terhadap orang-orang di sekelilingnya. Kondisi seperti ini dapat menjadi pertanda bahwa dirinya bisa menjadi pemimpin yang mampu memperhatikan kebahagiaan tim serta pegawainya. Sukses yang diperoleh entrepreneur wanita tak hanya akan dianggap sebagai miliknya pribadi sebagai pelaku bisnis melainkan juga milik tim secara keseluruhan.

5. Menghargai perkembangan personal
Wanita pada umumnya rajin membeli aneka macam produk pengembangan diri dan sekitar 60-70 persen wanita suka menghadiri seminar-seminar pengembangan diri. Kondisi ini membuktikan bahwa kaum hawa memiliki semangat tinggi untuk belajar menjadi pemimpin atau pelaku bisnis yang lebih baik.

6. Mempunyai kemampuan berelasi secara naturalMembangun relasi merupakan kemampuan utama yang harus dimiliki entrepreneur dan wanita bisa melakukannya dengan cepat. Sepanjang menjalin relasi yang baik dengan klien, vendor dan rekan kerja dianggap sebagai kunci sukses mengelola bisnis maka tak perlu khawatir karena wanita lihai melakukannya.

7. Pendengar yang baikWanita adalah pendengar yang baik dan mereka juga tanggap akan petunjuk non verbal. Cara terbaik memahami kebutuhan klien adalah mendengarkan dan mencoba mencari tahu apa yang benar-benar dibutuhkannya. Ini dapat diterapkan dengan mudah oleh wanita sebab mereka mempunyai kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian. (*/ely)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/component/content/article/122-peluang-bisnis-perempuan/13150-7-faktor-pendukung-wanita-bisa-menjadi-entrepreneur-sukses.html

TAWARAN KEMITRAAN KULINER: ES KRIM


Peluang Usaha


Selasa, 29 November 2011 | 13:24  oleh Fahriyadi
TAWARAN KEMITRAAN KULINER: ES KRIM
Segarnya bisnis es krim tanpa pengawet

Pamor es krim memang tak pernah pudar. Maklum, hampir semua kalangan suka mengudap es krim, baik anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.

Pasar es krim yang terus membesar, memikat CV Media Wirausaha Indonesia (MWI) terjun pada bisnis ini. Dua tahun terakhir, perusahaan yang bermarkas di Bekasi, Jawa Barat itu meluncurkan Carvellos Ice Cream.

Carvellos Ice Cream adalah gerai yang menjajakan berbagai produk es krim dengan harga terjangkau. Sejak enam bulan lalu, MWI menawarkan kemitraan gerai ini.

Menurut Ariyanto, Direktur Operasional CV Media Wirausaha Indonesia, es krim punya daya tarik tersendiri. "Es krim bisa diolah dari beragam bahan, seperti cokelat, susu, stroberi, vanilla, dan setiap waktu mengalami pengembangan rasa dan menu," ujarnya.

Sejak berdiri, Carvellos pun terus mempertahankan komitmennya, yakni menyajikan es krim berkualitas tanpa bahan pengawet dengan harga terjangkau. "Bahan baku kami sesuai dengan standar BPOM dan bersertifikat halal," tandas Ariyanto.

Meski baru setengah tahun menawarkan kemitraan, Carvellos sudah menjaring 30 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Karawang, Purwakarta, Bangka Belitung hingga Palangkaraya. Mitra itu terjaring lewat penawaran empat paket, yaitu paket agen Rp 3,5 juta, paket konter Rp 7 juta, paket subdepo Rp 10 juta, dan paket depo Rp 20 juta.



Paket Resto

Untuk mendongkrak brand Carvellos, bulan lalu, MWI menambah paket kemitraan berupa resto atau kafe mini. Dengan paket ini, MWI membidik konsumen Carvellos Ice Cream di mal atau pusat belanja. "Kami optimistis bisa mendapat banyak konsumen di mal," ujar Ariyanto.

Untuk paket resto ini, mitra harus menyiapkan biaya investasi sebesar Rp 50 juta. Mitra pun akan memperoleh semua perlengkapan berjualan, mulai dari mesin es krim hingga bahan baku awal.

Mereka menawarkan puluhan menu es krim, dengan banderol harga mulai Rp 3.000 untuk es krim cone, hingga Rp 8.000 untuk rujak es krim. Selain itu, Carvellos Ice Cream juga menawarkan menu es krim goreng, yaitu roti isi es krim, seharga Rp 5.000.

Hitungan Ariyanto, mitra usaha bisa memperoleh omzet Rp 30 juta per bulan. "Dengan perolehan omzet ini, mitra bisa balik modal dalam waktu antara enam bulan hingga satu tahun," jelasnya.

Selain itu, dengan menambah paket baru ini, Ariyanto ingin menawarkan Carvellos Ice Cream dengan sistem waralaba. "Kini, kami terus mengembangkan jaringan di beberapa kota," ujarnya.

Menurut Khoerussalim Ikhsan, pengamat Waralaba, pangsa pasar es krim masih cukup bagus ke depan. Pasalnya, es krim mampu mengikat kuat konsumen anak-anak hingga remaja dan dapat pula menjaring konsumen dewasa dan orang tua. "Es krim bisa dibilang makanan semua umur," ujarnya.

Khoerussalim juga menilai, paket resto Carvellos Ice Cream ini masih wajar dan relevan. Namun, ia tetap menekankan, adanya komitmen untuk terus berinovasi dan konsisten menggarap segmen pasarnya, yakni kelas menengah ke bawah. "Saya khawatir, jika mereka menjajal segmen pasar yang lebih tinggi akan gagal bersaing dengan produk es krim yang sudah ternama," tegasnya.


Carvellos Ice Cream
Jl. Caman Utara 2 No. 4A
Jaka Sampurna, Bekasi
Telp. (021) 97095999
HP. 082111278999

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/83904/Segarnya-bisnis-es-krim-tanpa-pengawet-

Tuesday, November 29, 2011

Naikkan Pendapatan dengan Pengelolaan Keuangan

Hits : 1820 PDF Cetak E-mail
Senin, 28 November 2011 09:23
keuangan1111Sebagian besar pemilik usaha berpendapat bahwa untuk meningkatkan usaha, mereka harus menaikkan pemasukan. Menaikkan pemasukan merupakan cara terbaik untuk meningkatkan bisnis Anda. Ternyata, hal tersebut bukan satu-satunya cara.

Pengelolaan keuangan yang tepat tidak hanya mengenai menghasilkan pemasukan dan menaikkan modal tetapi juga secara positif dapat dipengaruhi oleh pengendalian biaya dan pengeluaran yang terkelola. Maka dari itu, tujuannya ialah mewujudkan hasil yang besar untuk waktu dan modal yang Anda investasikan dalam bisnis Anda.

Sekarang ini diperlukan uang untuk menghasilkan uang dan itulah mengapa bisnis harus mengeluarkan biaya--terutama untuk barang-barang yang menghasilkan lebih banyak untung daripada biaya.

Entrepreneur.com memberikan contoh, pengeluaran untuk barang-barang untuk keperluan pemasaran dan pengembangan akan menghasilkan lebih banyak untung bagi usaha daripada membeli sebuah mobil mewah bagi wakil pimpinan yang baru. Ingat bahwa perusahaan yang baik menghabiskan uang untuk alasan-alasan yang sangat spesifik dan mengharapkan hasil-hasil yang sangat spesifik pula sementara perusahaan yang buruk hanya bisa menghabiskan uang.

Hal pertama yang semestinya dipikirkan oleh seorang pemilik usaha ialah keuntungan apa yang akan mereka harapkan dari pembelian mereka. Untuk menumbuhkan usaha, Anda mengeluarkan uang untuk produksi, pemasaran, peralatan, dan biaya sampingan lain tetapi Anda juga harus mengerti bagaimana pembelanjaan itu akan mengembalikan jumlah yang Anda belanjakan dan juga memberikan pendapatan tambahan.

Jika Anda membelanjakan Rp 20 juta untuk kampanye pemasaran tetapi hanya mendapat peningkatan laba sebesar Rp 2 juta--Anda hanya membuang uang--uang yang sebenarnya lebih baik dibelanjakan untuk proyek lainnya atau di investasi lainnya.

Pikirkan dengan cara sebagai berikut--Anda tidak pergi keluar dan membeli sebuah mesin fax untuk kantor Anda dan hanya membiarkannya tergeletak di sana tertutup debu. Anda ingin membuat aset tersebut bekerja untuk Anda. Dengan meningkatkan pendapatan Anda (yaitu mendapatkan pesanan lebih cepat atau mengirimkan tagihan lebih cepat
sehingga Anda dapat dibayar lebih cepat) atau menghemat waktu Anda (waktu adalah uang) dengan meningkatkan operasi Anda atau dengan tidak harus pergi ke tempat lain hanya untuk mengirim dokumen melalui fax. Uang juga aset yang harus digerakkan dan tidak hanya digeletakkan tertutup debu atau terbuang untuk proyek-proyek yang tidak membawa lebih banyak pemasukan daripada biaya.

Selanjutnya, pembelanjaan apapun seharusnya hanya dilakukan jika ia dapat meningkatkan inti usaha Anda (yang berarti bagaimana usaha menghasilkan uang)--hal lain hanyalah sampah.

Akhirnya, pembelanjaan untuk pembelian yang menghasilkan laba yang lebih besar bukan satu-satunya pilihan dalam peningkatan usaha. Andaikan usaha Anda terjebak pada titik harga Rp 100 ribu per unit. Harga ini telah ditetapkan dalam industri Anda dan kenaikan apapun pada bagian Anda hanya akan membuat pelanggan Anda berpaling. Sekarang ini batas pendapatan bersih Anda atau jumlah yang Anda tarik keuntungan dari tiap barang yang terjual ialah sebesar Rp 5.000. Namun, dengan memusatkan pada cara-cara untuk meningkatkan biaya (biaya-biaya materi yang dikurangi, biaya sampingan yang dikurangi seperti gaji atau sewa atau hanya dengan menemukan perbaikan dalam pemasaran dan pembelanjaan administratif lain) juga dapat meningkatkan arus kas bisnis Anda dan akhirnya meningkatkan laba. Bila biaya sampingan Anda misalnya 95% dari margin kotor Anda dan Anda menemukan kenaikan biaya lain sebesar, misalnya, 5%, laba Rp 5.000 per barang Anda akan secara signifikan menambah atau naik dua kali lipat hampir mencapai Rp 9.750. Tidak terlalu buruk jika yang Anda harus lakukan hanyalah mengendalikan pembelanjaan sembari melayani nomor pelanggan yang sama dengan produk yang serupa.

Singkatnya, pembelanjaan hanya untuk pembelanjaan bukanlah praktik bisnis yang disarankan. Selain itu, sebagian besar barang yang usaha Anda akan beli tidak mampu bertahan hingga jangka waktu yang dijanjikan. Saat mempertimbangkan kebiasaan pembelanjaan usaha Anda, ingat selalu bahwa jika pembiayaan modal usulan Anda tidak
menghasilkan minimal jumlah yang sama, berarti itu tidaklah cukup bermanfaat untuk dilakukan. Kedua, pengelolaan biaya yang lebih baik dapat menjadi cara yang lebih baik untuk menambah laba terutama dalam situasi ekonomi di mana pembelanjaan konsumen secara keseluruhan mengalami penurunan.

http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/174-rencana-bisnis/13080-pengelolaan-keuangan-yang-tepat-akan-menaikkan-pendapatan.html

9 Langkah Mengaktifkan Semangat Entrepreneurial

Views :1249 Times PDF Cetak E-mail
Selasa, 29 November 2011 15:11
Entrepreneurial-SpiritBisnis telah berjalan. Anda memiliki beberapa pegawai andal. Tapi di tengah jalan, masalah demi masalah berdatangan hingga membuat Anda kewalahan. Semangat meraih sukses yang semula menggebupun luntur dalam sekejab. Pernahkah Anda merasakannya? Jangan khawatir, kondisi itu lumrah terjadi dalam dunia bisnis. Tapi jangan sampai berlarut-larut. Segera ambil tindakan.

Sulit memang menghembuskan nafas semangat sesegera mungkin dalam benak kita setelah terjatuh. Tapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Bila terbiasa mengaktifkan semangat entrepreneurial setiap hari, hal itu akan lebih mudah dilakukan. Tapi, bagaimana caranya? Kevin O’Connor, salah satu pendiri DoubleClick sekaligus CEO FindTheBest, mesin pembanding data yang didirikan di Santa Barbara, AS, mengungkap 9 langkah dalam mengaktifkan semangat entrepreneurial. Berikut ulasannya yang terbagi menjadi 3 tahapan seperti dilansir dari laman Mashable Business.

Ketika Menjadi Entrepreneur Pemula
  1. Percaya diri dan tetap pada keyakinan. Jika memilih jalan entrepreneurial, Anda harus berpegang teguh pada keyakinan tersebut dan sebisa mungkin tidak mengubahnya meski sedang berada dalam kondisi yang tak menguntungkan. Jangan sampai kehilangan harapan.
  2. Lakukan inovasi secara konstan. Entrepreneur sukses jarang yang hanya menciptakan satu produk inovatif, tapi sebaliknya, mereka berkarya dan berinovasi secara konstan. Ide inovatif itu memang takkan timbul setiap kali mencipta, dalam pelaksanaannya ide kurang menguntungkan juga bermunculan. Meski demikian, tetaplah berusaha dan jangan mudah menyerah.
  3. Bergerak cepat. Inovator yang sukses akan mencipta dengan cepat sebab mereka tahu waktu sangat berharga. Anda mungkin memiliki ide senilai jutaan dolar tapi jika tak segera diterapkan ide itu takkan mungkin berharga lagi buat Anda. Kompetitor bisa saja mengimplementasikannya terlebih dahulu.

Ketika Mendorong Terciptanya Inovasi dalam Perusahaan
  1. Memberi penghargaan. Ciptakan lingkungan kerja di mana pegawai yang berbakat dan beride cemerlang bisa memeroleh promosi tanpa harus mengindahkan usia, pengalaman atau jabatan. Hal ini tak hanya akan menciptakan lingkungan kerja yang sehat tapi juga dapat mendorong pegawai agar bisa lebih berpartisipasi menjalankan visi perusahaan.
  2. Adakan tukar pendapat. Mengadakan brainstorming dengan pegawai merupakan cara tercepat untuk memeroleh ide terbaik. O’Connor menciptakan teknik Brainstorm Prioritization Technique di perusahaannya dengan beberapa proses di dalamnya yaitu mendefinisikan serta mempertajam tujuan, mendorong arus brainstorming, mengklarifikasi ide dan terakhir membiarkan anggota tim memilih ide yang dianggap terbaik.
  3. Menjadi panutan. Sebagai pemimpin, Anda harus bisa menjadi panutan bagi para karyawan. Jika tak bisa menciptakan ide inovatif, Anda akan kesulitan memeroleh tim yang juga inovatif.

Ketika Mempekerjakan Inovator
  1. Cegah pertanyaan umum. O’Connor menjelaskan bahwa dirinya terbiasa menanyakan pertanyaan yang tak umum saat mewawancara calon pekerja. Itu karena menurutnya, pertanyaan yang umum biasanya menghasilkan jawaban yang sudah bisa ditebak. Untuk mengukur kepercayaan diri calon pekerja, O’Connor akan bertanya padanya, “Apakah Anda cerdas?” Reaksi yang ditimbulkan dari pertanyaan itulah jawaban yang sebenarnya.
  2. Jangan langsung menyingkirkan pembangkang. O’Connor juga menjelaskan bahwa dirinya tak akan langsung menyingkirkan kandidat pegawai yang memiliki sifat pembangkang terhadap peraturan. Ia takkan langsung menilai buruk kandidat yang mempunyai riwayat pernah dipecat dari perusahaannya karena bersitegang dengan atasan. Bagi O’Connor, inovator biasanya mempunyai keinginan untuk berenang melawan arus.
  3. Lihat sejarah karirnya. Cari tahu apakah si calon pegawai pernah melakukan hal yang memberi dampak besar bagi perusahaan terdahulu atau apakah ia pernah menciptakan inovasi sebelumnya? Langkah ini bisa menjadi pertanda baik bahwa Anda mempekerjakan orang yang benar-benar tepat. (*/ely)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/165-entrepreneurship/13123-9-langkah-mengaktifkan-semangat-entrepreneurial.html

4 Tips Tingkatkan Peforma Layanan Pelanggan

Views :240 Times PDF Cetak E-mail
Selasa, 29 November 2011 13:41
cust_ser1111Layanan pelanggan merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari bisnis Anda. Dengan meningkatkan peforma layanan pelanggan Anda, dapat dipastikan bisnis berjalan pada jalur yang telah ditentukan.

Dalam bisnis, kepuasan pelanggan merupakan kekuatan di samping pemasaran. Untuk meningkatkan peforma layanan pelanggan, Anda dapat memenerapkan tips-tips yang kami sadur dari ehow.com berikut ini:

1. Pekerjakan orang yang senang berhubungan dengan orang lain

Beberapa orang merasa nyaman bekerja berhubungan dengan mesin dan komputer, sementara beberapa orang lain merasa lebih nyaman bekerja jika berhubungan dengan orang lain. Pastikan Anda mempekerjakan orang yang sesuai. Orang yang gemar berhubungan dengan orang lain cenderung lebih bisa berlaku ramah dan mempunyai empati untuk orang lain.

2. Adakah pelatihan yang teratur

Program pelatihan layanan pelanggan adalah hal yang penting. Program ini seringkali berupa "aturan main" yang berisi beberapa skenario yang mencerminkan situasi sesungguhnya di lapangan. Pelatihan seperti ini mampu untuk mendorong perilaku yang lebih peduli kepada pelanggan.

3. Berikan wewenang

Berikan wewenang yang cukup untuk semua karyawan yang bekerja di divisi layanan pelanggan untuk mengambil keputusan tertentu, tanpa harus melibatkan manajemen yang lebih tinggi. Panduan layanan pelanggan yang jelas dan rinci diperlukan dalam hal ini. Ketika karyawan mampu mengambil keputusan dengan cepat dan baik, pelanggan pun akan terlayani dengan lebih baik dan cepat.

4. Beri ruang kepada pelanggan untuk memberikan masukan

Anda bisa mengadakan survei dengan tujuan mengumpulkan opini dan saran pelanggan. Para pelanggan Anda biasanya akan senang memberikan saran-sarannya.

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/53-pelayanan-konsumen/13119-4-tips-tingkatkan-peforma-layanan-pelanggan.html

Irma Haryadi, Sulap Limbah Kain Jadi Lukisan

Views :89 Times PDF Cetak E-mail
Selasa, 29 November 2011 15:02
Dengan sentuhan kreativitas, sesuatu yang tak berharga pasti bisa disulap menjadi barang berharga. Hal itu pula yang selalu didengungkan oleh tokoh entrepreneurship Indonesia, DR. Ir. Ciputra. Menurut Pak Ci, seorang entrepreneur bisa merubah kotoran menjadi emas. Hal itu tampaknya nyata di tangan Irma Haryadi. Di tangannya, limbah kain sisa konveksi yang biasanya tergeletak begitu saja di tempat sampah, disulapnya menjadi lukisan.

ima_perca11Walau hanya dari limbah kain, lukisan mirip dengan lukisan cat minyak. Sudahlah bahan bakunya murah dan mengurangi sampah, harga lukisannya bisa mencapai jutaan rupiah. Tak pernah terbayang sebelumnya di benak Irma Haryadi ada lukisan dari kain perca atau gombal, sampai ia melihat pengumuman tawaran belajar membuat lukisan gombal di Museum Tekstil pada 2006. Bagi Irma, teknik melukis gombal sama dengan teknik melukis cat minyak. Bahkan, banyak orang mengira lukisan gombalnya adalah lukisan cat minyak. Selain kain, dia cuma butuh kanvas dan lem perekat untuk membuat lukisan.

“Di sana, saya belajar membuat lukisan gombal selama dua jam dibimbing oleh Pak Didit Sutanto. Saya mengadaptasi teknik melukis cat minyak ke lukisan gombal. Untuk bahannya, saya bisa dapat potongan kain dari banyak penjahit, berkarung-karung dan gratis,” ujar Irma, seperti dikutip dari Kontan Online.

Irma memang sudah suka corat-coret sejak kecil. Sebelum mulai melukis gombal, Irma membuat garis pembatas di atas kanvas sebagai tekstur gambar. Lantas, ia menggunting kecil sisa-sisa kain. Menurutnya, melukis gombal lebih kaya warna dibandingkan melukis dengan cat minyak. Sebab, sisa-sisa kain mengandung warna lebih bervariasi. Apalagi sisa kain batik.

Irma tak bekerja sendiri. Sewaktu ia mengerjakan pesanan lukisan ukuran besar dari Korea Selatan, banyak warga di sekitar rumahnya yang membantu untuk menggunting dan menempel kain. Pembeli dari luar negeri lebih suka memesan tema sosial. Adapun pembeli lokal lebih suka tema etnik.

Irma bisa membuat satu hingga tiga lukisan gombal sebulan. Karya-karyanya terpajang di Pasaraya dan satu galeri milik kawannya di Bogor. Irma menjual satu lukisan gombal di atas kanvas 60 x 90 cm dengan harga Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Lukisannya paling mahal Rp 8 juta dibeli oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Perempuan yang tinggal di Ragunan, Jakarta Selatan ini tengah giat mengajari teknik lukisan gombal ke banyak orang. Irma yang membuka kelas di Jakarta dan Bogor berharap akan ada lebih banyak orang yang terampil membuat lukisan gombal. (*/Gentur)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/wanita/13122-irma-haryadi-sulap-limbah-kain-jadi-lukisan.html

PELUANG USAHA LAMPU KELOBOT

Peluang Usaha

 
Selasa, 29 November 2011 | 15:38  oleh Dea Chadiza Syafina
PELUANG USAHA LAMPU KELOBOT
Laba cantik dari lampu hias kulit jagung
 
Pembungkus kulit jagung yang sering menjadi sampah, ternyata bisa mendatangkan rupiah. Tentunya, setelah kulit jagung itu disulap menjadi kap lampu yang cantik dan menarik. Permintaan lampu hias ini berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Perajinnya bisa mendulang omzet hingga puluhan juta rupiah saban bulan.

Sebagian masyarakat Indonesia pasti mengenal jagung. Selain menjadi makanan pokok penduduk di beberapa wilayah bagian timur Indonesia, sering orang mengudap jagung sebagai makanan ringan. Sementara itu, kulit jagung kerap menjadi sampah atau barang tak bernilai.

Namun, di tangan orang kreatif, limbah sampah kulit jagung bisa mendatangkan rupiah. Seperti yang dilakukan oleh Ery Murdiyanto dari Jongjava's Art dan Heri Darmawan dari Gallery Goa Barong, di Klaten, Jawa Tengah. Dari tangan kedua perajin itu, limbah kulit jagung yang sering disebut kelobot ini disulap menjadi benda seni, berupa lampu hias nan cantik.

Maklum, limbah kulit jagung sangat berlimpah dari sekitar rumah tinggal Ery dan Heri. "Kami ingin membuat barang yang memiliki fungsi dan punya nilai seni dengan memanfaatkan limbah yang ada," kata Ery.

Proses pembuatan lampu hias kulit jagung ini juga jauh dari sentuhan bahan kimia. Pasalnya, pewarnaan hanya mengandalkan warna alami kulit jagung.

Nah, untuk membuat kerajinan nan apik itu, terlebih dulu kulit jagung itu disetrika hingga rata. Selanjutnya, gunting lembar kelobot itu sesuai bentuk dan pola yang diinginkan. Kulit jagung itu kemudian ditempelkan satu per satu ke permukaan fiber. Setelah semua permukaan tersebut tertutup rapi, baru fiber dipasang pada sebuah rangka bambu ataupun kayu. Terakhir adalah memasang dudukan bola lampu pada rangka bawah lampu hias kulit jagung tersebut.

Lampu hias kulit jagung ini dipasarkan mulai harga Rp 50.000 untuk tinggi 50 cm, sampai Rp 500.000 untuk lampu besar setinggi dua meter. "Harga lampu jenis ini sangat tergantung model dan ukuran," imbuh Ery.

Dalam satu hari, Ery yang dibantu lima orang karyawannya sanggup membuat hingga 10 lampu kelobot. Setiap bulan, setidaknya Ery sanggup menjual hingga 300 buah lampu kelobot berbagai ukuran.

Sebagian besar pembeli lampu kelobot ini adalah pemilik rumah makan, hotel serta penjual kerajinan lainnya. Selain Yogyakarta dan Solo, permintaan datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bali, dan Sorong, Papua. Dari usaha ini, setiap bulan setidaknya Ery mampu meraup omzet hingga Rp 75 juta.

Untuk mempercantik tampilan lampu kelobot, Ery sering menambahkan dekorasi hiasan daun kering, bunga kering, pelepah pisang kering, buah-buahan kering seperti buah mahoni dan bunga kelapa kering.

Selain Ery dan Heri, perajin lampu hias dari kulit jagung lainnya adalah Jupriadi. Ia mulai menekuni usaha ini sejak awal 2011 di Kalimantan Barat.

Berbeda dengan Ery, Jupriadi hanya membuat satu jenis lampu hias kulit jagung. Ia menggunakan besi tempa ringan sebagai rangka lampu hias yang berbentuk prisma.

Proses pembuatan lampu ini, terbilang lebih lama, karena menggunakan bahan baku besi ukir. Alhasil, dalam satu bulan, Jupriadi hanya sanggup membuat 150 buah lampu hias kulit jagung.

Harga sebuah lampu ini dipatok Rp 200.000. Dengan begitu, omzet Jupriadi bisa mencapai Rp 30 juta.

Jupriadi telah memasarkan lampu hias kulit jagung buatannya ini hingga Bali dan Sumatra. Tentu saja, ia juga menjual produknya di seluruh wilayah Kalimantan.

Sayang, Jupriadi mengaku masih kekurangan pasokan bahan baku. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang ini. Pasalnya, tak banyak petani di Kalimantan Barat yang bertanam jagung. Selain itu, kulit jagung pun akan sulit keringkan karena minimnya sinar matahari untuk penjemuran kulit jagung.

Selain itu, Jupriadi pun mengaku masih kesulitan mendapatkan sumber daya manusia terampil untuk bengkel kerjanya. "Saya baru dibantu dengan tiga orang rekan kerja saya. Masih sulit mencari tenaga kerja yang terampil," kata Jupriadi.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/83923/Laba-cantik-dari-lampu-hias-kulit-jagung-

TAWARAN KEMITRAAN PENDIDIKAN: JASA KESEHATAN


Peluang Usaha


Senin, 28 November 2011 | 13:43  oleh Avanty Nurdiana
TAWARAN KEMITRAAN PENDIDIKAN: JASA KESEHATAN
Rezeki klinik kesehatan bukan hanya milik dokter


Bisnis kesehatan cukup menjanjikan. Enaknya, tidak harus menjadi praktisi kesehatan seperti dokter atau apoteker untuk masuk ke bisnis ini. Tawaran kemitraan untuk membuka klinik memudahkan Anda untuk memulai bisnis ini.
Semua orang yang normal pasti ingin selalu sehat. Karena itu, tak perlu heran jika bisnis pelayanan kesehatan selalu tumbuh seiring pertumbuhan jumlah manusia. Bahkan, bisnis ini juga tidak terpengaruh gejolak ekonomi.
Mayoritas pengusaha di bidang ini hanya menggarap bisnis gerai penjualan obat alias apotek. Maklum, untuk bisa membuka klinik, seseorang kudu memiliki tenaga ahli kesehatan seperti dokter dan perawat.
Meski begitu, bukan berarti tidak ada peluang. Sebab, kini mulai banyak tawaran kemitraan untuk membuka klinik kesehatan. Salah satunya adalah kemitraan yang ditawarkan oleh klinik Halodokter. Klinik ini sudah berdiri sejak dua tahun silam. Selama ini, Klinik Halodokter lebih dikenal di sekitar Yogyakarta. Di Kota Gudeg ini, sudah ada empat klinik Halodokter.
Kini, Halodokter ingin mengembangkan bisnisnya ke kota lain lewat jalur kemitraan. Tivan Jussak, Area Manager Halodokter Bandung, menjelaskan, Halodokter baru menawarkan kemitraan mulai Juli lalu. Sampai saat ini, baru ada satu mitra yang mendirikan klinik Halodokter. Beberapa lainnya masih dalam perencanaan.
Budhiharto, pemilik Klinik Halodokter, bercerita, antusiasme masyarakat untuk menyambangi klinik Halodokter cukup besar. Maklum, klinik Halodokter ini sengaja menyasar pasien dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Karena itu, ia berani mengklaim, harga jasa pelayanan di kliniknya jauh lebih murah dibandingkan tarif rumah sakit atau klinik lain.
Meski menyasar kelas menengah bawah, Budhi yang berprofesi sebagai dokter meyakinkan, mitranya tetap akan mendapatkan keuntungan dari klinik ini. Sebab, menurutnya, selama ini, biaya layanan kesehatan mahal karena operasional klinik yang tidak efisien. “Kami menawarkan konsep kemitraan dengan biaya yang jauh lebih efisien,” tutur dia.
Menurut Budhi, pendapatan kliniknya bisa mencapai sekitar Rp 30 juta–Rp 70 juta per bulan, tergantung dari tipe dan wilayah tempat klinik itu berada. Adapun potensi margin keuntungan bersih adalah sekitar 15% dari total omzet.
Tawaran membuka klinik kesehatan juga datang dari Klinikita yang berasal dari Semarang. Klinik yang sudah berdiri sejak tahun 2005 itu melayani konsultasi dengan dokter umum, dokter gigi, dan apotek.
Maulana Adrian Sukamto, pemilik Klinikita, menawarkan kerja sama kemitraan membuka klinik ke beberapa perusahaan. “Kami mendirikan dan mengelola klinik di kantor mereka. Mereka terima beres,” ujar dia. Ia menagih semua biaya ke perusahaan setiap bulan.
Beberapa mitra Klinikita saat ini adalah PLN distribusi Jawa Tengah, PLN Undiklat Semarang, Akademi Pelni, dan Universitas Muhammadiyah Semarang. Maulana juga mengembangkan pola kemitraan untuk investor umum. “Kalau ada investor yang tertarik membuka, kami juga melayani,” tuturnya.
Tapi Maulana mengaku, sampai sekarang, ia belum pernah membuka klinik dengan pola kemitraan murni. Ia lebih banyak menjalin kerja sama saling menguntungkan dengan perusahaan. Maklum, membuka klinik tidak cukup bermodal duit. Pemiliknya juga harus membangun rasa kepercayaan.
Nah, Anda tertarik? Sebelum benar-benar terjun, mari kita pelajari skema tawaran kemitraan klinik tersebut.

• Halodokter
Kemitraan ini tidak sekadar menawarkan penggunaan merek. Halodokter juga akan memberi dukungan manajemen dan pengawasan standar mutu. Mitra yang bergabung dengan Halodokter juga bisa berkonsultasi tentang operasional, supervisi, dan layout bangunan. Mitra pun akan mendapatkan alat kerja dan pasokan produk kebutuhan klinik.
Jussak menjelaskan, mitra juga akan mendapatkan tenaga medis, tenaga kesehatan seperti apoteker dan perawat, serta tenaga administrasi. Mitra akan dibantu pula dalam pemasaran dan promosi klinik.
Meski begitu, ada banyak hal yang harus disiapkan oleh mitra sebelum bergabung dengan Halodokter. Salah satunya adalah lokasi untuk mendirikan klinik. Sebaiknya, lokasi itu dekat dengan perumahan penduduk atau pabrik. Karena itu, tempat tersebut akan disurvei oleh tim Halodokter. Calon mitra harus membayar Rp 3 juta untuk biaya survei di Pulau Jawa dan mulai Rp 5 juta untuk survei di luar Pulau Jawa.
Setelah lokasi disetujui, berikutnya, mitra harus menyiapkan modal untuk mendirikan klinik. Mereka mesti membeli paket kemitraan dan biaya membangun ruangan.
Klinik ini menawarkan tiga paket kemitraan. Pertama klinik tipe A dengan biaya Rp 100 juta. Jika mengambil paket ini, Anda bisa mendirikan klinik standar yang buka selama 8 jam sehari dengan satu dokter praktik. Di tipe ini, Anda harus menyiapkan ruangan minimal 35 meter persegi (m²), untuk ruang tunggu atau pendaftaran, ruang periksa, dan toilet.
Sedangkan biaya untuk desain ruangan klinik tipe ini diperkirakan mulai dari Rp 50 juta-Rp 70 juta. Anda juga harus menyiapkan AC, wastafel, dan komputer lengkap dengan jaringan internet. Perangkat interiornya berupa satu meja dokter, satu kasur periksa, satu lemari obat, satu meja administrasi, kursi tunggu untuk 10 orang, dan satu lemari arsip.
Kedua, tipe B dengan biaya kemitraan sekitar Rp 160 juta. Anda akan mendapatkan klinik dengan fasilitas dua dokter praktik dan apotek yang akan buka 12 jam sehari. Untuk tipe ini, Anda harus menyediakan lahan seluas minimal 60 m² untuk ruang tunggu sekaligus pendaftaran, ruang periksa, ruang farmasi, dan toilet.
Fasilitas lain yang dibutuhkan sama dengan klinik tipe A. Asumsi dana yang dibutuhkan untuk renovasi adalah sekitar Rp 75 juta-Rp 90 juta, dengan perlengkapan interior yang hampir sama dengan tipe A.
Ketiga, tipe C dengan biaya kemitraan sebesar Rp 250 juta. Klinik ini mempunyai fasilitas standar dan buka 12 jam sehari dengan dua dokter praktik, apotek, dan laboratorium. Anda akan mendapatkan dua dokter jaga yang akan bekerja secara shift, satu laboran, apoteker, tenaga administrasi, dua asisten apoteker, dan bagian umum.
Lahan yang dipergunakan untuk membangun klinik tersebut minimal harus mempunyai luas 90 m². Sedangkan dana yang harus disiapkan untuk merenovasi ruangan dan menyiapkan interior mulai Rp 100 juta. Selain fasilitas seperti tipe A dan tipe B, juga perlu disiapkan ruang laboratorium dan apotek.
Jussak bilang, desain klinik harus sesuai dengan ketentuan Halodokter. Sebab, itu sudah menjadi standar dan ciri klinik Halodokter. Hanya saja, pembelian interior bisa dilakukan oleh mitra tanpa melalui Halodokter.
Meski beberapa paket sudah ditawarkan, menurut Jussak, Anda bisa saja mengajukan konsep yang lebih besar. Misalnya, klinik tersebut buka 24 jam dan ada dokter spesialis. Hanya saja, harga paketnya harus dinegosiasikan dengan manajemen Halodokter. Manajemen Halodokter memperkirakan, kemitraan ini bakal balik modal dua tahun sampai tiga tahun.
Untuk menjadi juragan klinik Halodokter, Anda tidak harus seorang dokter ataupun sarjana bidang kesehatan. Asal mempunyai perhatian di bidang kesehatan, Anda sudah bisa menjadi juragan klinik Halodokter.
Lebih bagus lagi jika Anda sebelumnya merupakan pemilik apotek dan ingin mengembangkan bisnis yang terintegrasi dengan klinik. “Ada calon mitra kami yang sebelumnya pemilik apotek ingin mendirikan klinik di Surabaya,” tutur dia.
Dengan menggunakan kemitraan, Anda tidak hanya memperoleh pasokan tenaga kerja. Manajemen Halodokter juga akan memasok obat resep dan kebutuhan laboratorium. Tapi, Anda bebas membeli obat-obatan bebas sendiri. Jussak menambahkan, Anda juga akan dibantu memasarkan klinik tersebut. Bahkan, kalau perlu, akan ada karyawan yang khusus mengurusi pemasaran.
Halodokter menarik biaya manajemen (management fee) sebesar 5% dari total omzet per bulan. Masa berlaku paket kemitraan, menurut Budhi, adalah lima tahun. Setelah masa tersebut selesai, para mitra Halodokter diharuskan membayar biaya pemakaian merek sebesar Rp 75 juta.

• Klinikita
Maulana menjelaskan, untuk bisa mendirikan klinik kesehatan, calon investor harus menyiapkan beberapa hal. Di antaranya adalah izin operasional klinik, infrastruktur klinik, tenaga medis, tenaga pemasaran, sistem operasional, dan sistem keuangan. Nah, kemitraan Klinikita menawarkan semua sistem itu, baik pemasaran dan operator, hingga karyawan.
Berdasarkan pengalaman Klinikita, modal yang harus disiapkan untuk mendirikan sebuah klinik kesehatan adalah sekitar Rp 300 juta. Perinciannya, sebesar Rp 150 juta-Rp 200 juta untuk modal awal bisnis, seperti perizinan klinik swasta komersial, biaya promosi, karyawan, dan peralatan.
Maulana memperkirakan, pengeluaran untuk pengadaan peralatan saja bisa mencapai sekitar Rp 100 juta. Jika bekerja sama dengan Klinikita, Anda cukup menyewa peralatan itu. Maulana bilang, sewa peralatan kedokteran umum dan gigi sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Namun, sistem pengadaan barang juga wajib melalui Klinikita.
Pemilik klinik juga masih harus menyiapkan dana untuk sewa tempat. Nilainya sekitar Rp 100 juta untuk periode lima tahun. “Bisnis ini butuh proses building trust (membangun kepercayaan) setidaknya selama setahun,” tutur Maulana. Baru pada tahun kedua dan berikutnya, laba bisnis ini akan bisa digunakan untuk mengembalikan modal.
Pendapatan klinik diperkirakan mencapai Rp 40 juta-Rp 90 juta per bulan. Beban usaha yang harus dikeluarkan di antaranya gaji karyawan, mulai dokter umum, dokter gigi, apoteker, perawat, dan tenaga administrasi. Selain itu, ada beberapa pengeluaran rutin, seperti pembelian obat dan listrik.
Maulana menghitung, laba bersih satu klinik dalam setiap bulan bisa mencapai Rp 5 juta- Rp 20 juta. Adapun waktu balik modalnya sekitar tiga tahun hingga empat tahun.

Sumber:

Monday, November 28, 2011

Cara Bangkit Setelah Gagal Berbisnis


Views :1134 Times PDF Cetak E-mail
Senin, 28 November 2011 14:38
never_gupBisnis pertama Anda ambruk. Dan kegagalan itu membuat Anda merasa terpuruk. Seorang entrepreneur yang baru saja mengalami kegagalan dalam mengembangkan bisnis barunya sering merasa sama terpukulnya saat kehilangan anggota keluarga atau orang yang mereka kasihi. Rasa sakit dan trauma kehilangan bisnis yang dibangun dengan susah payah tidak hanya mengenai hilangnya mata pencaharian, tetapi juga tentang jati diri dan kepercayaan diri seorang entrepreneur.

Sebagian besar entrepreneur mendefinisikan dirinya sebagai sekumpulan orang yang mampu mewujudkan proyek-proyek dalam angan menjadi nyata. Mereka mengasah diri dengan mencetak prestasi atau kegagalan. Dengan kata lain, jika sebuah proyek gagal, maka entrepreneur itu gagal. Dan sebaliknya.

Runtuhnya sebuah usaha baru hampir serupa dengan kehilangan pekerjaan dan bisa mengakibatkan sejumlah gejala berikut:
  • Gangguan tidur malam dan kesulitan bangun pagi
  • Gangguan pola makan
  • Rasa lelah
  • Mudah marah
  • Cenderung suka mengurung diri
  • Tidak bersemangat, pesimis
  • Perilaku yang mencerminkan ketidakpedulian atau menyimpang
Reaksi lainnya yang sering ditemui ialah terus menerus menyatakan, “Mengapa saya?” atau menyalahkan orang lain atau hal lain sebagai penyebab kekacauan, misalnya menyalahkan ekonomi yang dianggap kurang menguntungkan, mitra yang tidak mendukung,  atau investor yang tak mengerti kehendaknya. Namun itu hanya sesuatu yang menghabiskan tenaga tanpa menghasilkan apapun dan akan membuat si entrepreneur terus terpuruk dalam jurang kegagalan.

Kita harus beranggapan bahwa tanggung jawab atas perbuatan kita akan lebih menyelesaikan masalah daripada hanya sekadar terus menerus memainkan peran sebagai korban yang tak berdaya. Cobalah untuk menjawab seperrti ini: ”Waktunya kurang tepat”, “Saya telah memilih mitra yang salah” atau “Saya lebih baik dalam memajukan usaha melalui kerja keras.” Setiap orang akan menghormati integritas Anda dan Anda akan siap untuk menghadapi dunia kembali dengan lebih cepat.

Serupa dengan 5 tahapan berduka yang dijelaskan Dr. Kubler Ross dalam menjalani proses panjang menghadapi kematian seseorang, kehilangan sebuah bisnis juga membutuhkan proses yang setiap tahapannya memerelukan adaptasi terhadap perubahan aktivitas sehari-hari. Setiap orang terjatuh tetapi tidak semua orang bisa bangkit. Di sini bisa Anda temui saran-saran untuk terus bertahan di jalur yang normal dan mengubah kegagalan menjadi kemenangan:
  1. Kegagalan: Jiwa kita harus melindungi dirinya sendiri dan menyerap apa yang telah terjadi sedikit demi sedikit daripada melakukannya sekaligus dalam waktu yang singkat. Menceritakan cerita gagal secara berulang-ulang agar Anda merasa kuat karenanya. Coba berteman dengan orang-orang yang bernilai positif. melakukan kegiatan luar ruangan atau hadiri pertemuan-pertemuan dalam pusat komunitas yang memiliki minat yang sama.
  2. Jiwa membutuhkan perlindungan atas diri mereka sendiri dan menyerap: Kemarahan harus dilepaskan dengan cara yang benar dan sehat yaitu memulai olahraga, visualisasi dan bernapas. Intensitas olahraga atau durasi waktu seharusnya berhubungan dengan kasih sayang. Bersikaplah baik pada diri sendiri dan semua orang.
  3. Tawar menawar: Hal ini ialah tahapan yang penuh pengandaian. Jauhi pikiran negatif untuk memperlakukan mereka sebagai objek dan bangunlah sebuah percakapan dengan pikiran Anda kemudian Anda bisa menginvestasikan energi untuk meneruskan langkah.
  4. Depresi: Kesedihan timbul dan perasaan itu harus diluapkan, jangan ditahan. Mungkin Anda bisa saja menangis. Tertawa merupakan cara ampuh untuk meningkatkan mood positif. Ini akan membantu membangun optimisme yang realistis dan membuat teman-teman yang lebih positif menghampiri Anda.
  5. Penerimaan: Inilah titik di mana kami berpikir dan merasa bahwa kehilanga itu sungguh-sungguh terjadi. Kita menerima dengan tangan terbuka semua kegagalan dan membangun kepercayaan diri kembali.
Begitulah seorang entrepreneur bisa menghadapi kenyataan pahit berupa kegagalan yang akan menentukan keberhasilan selanjutnya. Karena dengan menghadapi kegagalan dan kehilangan, kita akan lebih kuat untuk seterusnya.

Cara terbaik untuk berhenti meratapi bisnis yang sudah bangkrut ialah dengan memulai usaha yang baru lagi dengan menggunakan pelajaran yang sudah diserap di kegagalan sebelumnya. Anda mungkin bisa menyimpulkan bahwa kehilangan justru bisa lebih menguatkan daripada menghancurkan. (*/Akhlis)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/amankan-bisnis/13099-bagaimana-bangkit-setelah-gagal-bisnis.html

PELUANG BISNIS TAS SPUNBOND


Peluang Usaha


Senin, 28 November 2011 | 13:56  oleh Hafid Fuad
PELUANG BISNIS TAS SPUNBOND
Bisa digunakan berkali-kali, tas spunbond pun dicari

Gerakan ramah lingkungan ternyata menguntungkan. Lihat saja permintaan tas spunbond. Tas ini bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak langsung menjadi limbah. Lebih menyenangkan lagi, permintaan tas yang tinggi tentu membuka peluang bagi usaha kerajinan tas. Lebih menarik lagi, tas ini juga disukai di mancanegara.
Seiring dengan berkembangnya ide tentang kelestarian lingkungan, membuat tas atau kantong yang terbuat dari bahan spunbond mulai ikut ngetren. Produsen tas atau kantong ini pun jelas ikut kecipratan rezeki dari tren itu.
Keunggulan tas spunbond ini bisa digunakan berkali-kali sehingga tidak langsung menjadi limbah buangan yang merusak lingkungan. Asal tahu saja, spunbond adalah bahan yang terbuat dari campuran plastik dan katun. Bahan tas atau kantong ini dianggap ramah lingkungan karena mudah hancur. Berbeda dengan tas yang terbuat dari plastik yang tak mudah rusak.
Tas atau kantong spunbond ini mulai dikenal masyarakat sejak empat tahun lalu. Tas bahan spunbond ini bisa digunakan pula sebagai media promosi, terutama oleh perusahaan-perusahaan yang lagi mengampanyekan kelestarian lingkungan. Bahkan, sekarang ini sudah banyak toko ritel kelas menengah ke atas yang menggunakan tas jenis ini untuk wadah belanjaan pelanggan.
Meningkatnya kebutuhan akan tas ramah lingkungan inilah yang membuat Alfi Chamdan memproduksi tas atau kantong spunbond ini di Surabaya. Ia mulai memproduksi tas tersebut sejak tiga tahun yang lalu, dan usahanya semakin berkembang dengan menggunakan media internet untuk memasarkan produknya.
Alfi mengatakan, tas atau kantong laris manis karena harganya murah. "Harga jual saya mulai Rp 1.000 dan yang paling mahal Rp 10.000," ujar pria asal Surabaya ini.
Setidaknya Alfi membuat 15 model tas dengan bahan spunbond. Namun yang paling laris adalah tas model serut yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Saban bulan, Alfi mampu memproduksi sekitar 20.000 hingga 25.000 pieces untuk berbagai keperluan. Bahkan jika pesanan sedang ramai, produksi Alfi bisa melonjak hingga 40.000 pieces. "Omzet rata-rata saya sekitar Rp 100 juta dalam sebulan," ujar Alfi.
Alfi menjelaskan, pesanan tas spunbond itu datang dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan hingga ke NTB dan Papua. Tidak hanya itu, ia juga diminta untuk memasok tas spunbond ke Australia. Untuk memenuhi semua pesanan tersebut ia dibantu oleh sembilan karyawan tetap dan juga didukung oleh 50-an pekerja paruh waktu.
Selain Alfi, Rasyid, asal Jakarta, juga memproduksi tas dan kantong spunbond sejak setahun belakangan ini. Sebelumnya, Rasyid adalah produsen tas khusus untuk aneka suvenir sejak tujuh tahun lalu.
Rasyid beralih ke tas spundbond karena permintaan tas ini terus meningkat dari hari ke hari. Ia mengungkapkan telah memasok tas spunbond ke seluruh Indonesia hingga Malaysia.
Dalam sebulan Rasyid rata-rata mendapatkan permintaan sekitar 10.000 tas, dengan harga berkisar antara Rp 4.000 hingga Rp 7.500 per piece. Namun tidak jarang ia juga mendapat pesanan tas hingga sebanyak 50.000 pieces.
Kalau sudah mendapat pesanan segitu banyak, mau tak mau Rasyid harus berbagi rezeki dengan para produsen tas spunbond lainnya. Soal omzet di luar pesanan dalam partai besar, rata-rata Rasyid memperoleh duit sebesar Rp 30 juta per bulan. "Tas ini sedang laris karena harga yang murah namun modelnya punya banyak variasi," ujar pria 29 tahun ini.
Menurut Rasyid model yang paling laris ialah model dompet. Tas model dompet ini biasa dipesan untuk suvenir acara, khususnya untuk acara pernikahan.
Rasyid memberikan kiat. Menurut dia, walaupun persaingan belum terlalu ketat, namun variasi model menjadi salah satu cara jika ingin produk ini tetap laris. "Saya biasa menyediakan berbagai variasi desain tas supaya tetap menarik minat pembeli," ujar Rasyid.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/83795/Bisa-digunakan-berkali-kali-tas-spunbond-pun-dicari-

Roy Tanumulia, Tawarkan Bisnis Es Krim Kelas Atas

Views :197 Times PDF Cetak E-mail
Senin, 28 November 2011 14:28
Sebagai negara beriklim tropis, tak salah jika es krim merupakan salah satu produk minuman yang punya banyak penggemar di Indonesia. Maklum, tak hanya anak-anak, orang dewasa pun suka menyantap es krim di sela-sela waktu senggang. Tren konsumsi es krim pun terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Sayang, di pasaran banyak beredar produk dari merek es krim asing. Khususnya, es krim yang membidik kalangan menengah atas atau yang membuka gerainya di pusat perbelanjaan.

mooncreamMinimnya merek es krim lokal ini mendorong Roy Tanumulia, pemilik PT Dwi Kuadrat, membuka gerai Mon Cheri Ice Cream di Surabaya, pada 1987. Meski baru membuka gerainya pada 1987, Roy mengatakan bahwa usaha es krim yang ia jalani merupakan bagian dari bisnis keluarganya, yang sudah berjalan sejak tahun 1950.

“Pengalaman lama dalam bisnis ini membuat es krim kami memiliki karakteristik yang sulit disamakan dengan merek lain. Selain itu, penyajiannya akan mengingatkan pengunjung pada es krim yang disantap para bangsawan,” ujar Roy, seperti dikutip dari Kontan Online, Senin (28/11).

Berbeda dengan gerai es krim lainnya, Roy memberi sentuhan klasik pada kedai Mon Cheri. Namun, untuk mengikuti tren bisnis es krim, Roy juga menambahkan waffel atau bahan lain seperti topping pada es krimnya. Supaya bisa dinikmati berbagai usia, ia pun selalu menjaga kadar kemanisan produk es krim ini. Dari segi penampilan dan kualitas rasa, tak salah jika Roy memang sengaja membidik pasar menengah ke atas sebagai calon konsumennya.

Untuk mengembangkan gerainya, pada 2009, Roy mulai mengembangkan konsep waralaba gerai es krim Mon Cheri. Kini, ia sudah membuka lima gerai milik sendiri dan dua gerai milik terwaralaba yang ada di Jakarta dan Mataram. Bagi yang berminat, Anda harus merogoh kantong lumayan dalam untuk investasi ini. Roy menawarkan paket resto atau kafe Mon Cheri seharga Rp 400 juta.

Nilai investasi ini sudah termasuk franchise fee selama lima tahun senilai Rp 250 juta. Selain itu, juga peralatan dan perlengkapan serta bahan baku awal senilai Rp 150 juta. Mon Cheri memiliki 30 menu es krim. Harga satu cup es krim ukuran 70 gram di gerai ini mulai Rp 12.500. Sementara, porsi es krim lainnya, dijual dalam rentang harga Rp 25.000 hingga Rp 30.000, tergantung rasa dan topping yang dipilih konsumen.

Dengan target penjualan 100 porsi es krim per hari, Roy memperkirakan terwaralaba bisa mengantongi omzet Rp 90 juta per bulan. Dengan angka tersebut, Roy memprediksi bahwa mitranya bisa balik modal dalam waktu dua bulan saja. (*/Gentur)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/13095-roy-tanumulia-tawarkan-bisnis-es-krim-kelas-atas.html

INSPIRASI AMALIA THESSEN


Peluang Usaha


Senin, 28 November 2011 | 14:28  oleh Fahriyadi
INSPIRASI AMALIA THESSEN
Amalia, sarjana seni yang sukses buka toko fesyen (1)

Amalia Thessen adalah satu dari sekian banyak anak muda yang sukses dalam berbisnis. Di usia ke-27 tahun, Amalia mampu memproduksi sekaligus menjual aneka produk fesyen lewat gerai sendiri di Jakarta dan Surabaya. Sejak merintis bisnis fesyen pada 2006 lalu, kini ia telah berhasil mendulang omzet lebih Rp 200 juta per bulan.

Sukses berbisnis di kala usia masih muda memang bukan hal aneh. Namun, sukses itu bakal susah diraih kalau enggan merintis usaha sedari dini. Lihat saja, para pengusaha muda yang sukses, mereka sudah merancang bisnis sejak lulus kuliah atau bahkan di saat masih menjadi mahasiswa.

Salah satu pengusaha muda yang sukses itu adalah Amalia Thessen, pemilik Toko Unik (Tonik) di Jakarta dan Surabaya.

Lewat gerai Tonik itulah, Amalia yang berusia 27 tahun itu mampu menjual beragam produk fesyen yang dia produksi sendiri. Aneka produk fesyen itu seperti baju printing dan lukis, syal, tas wanita, aksesori, serta produk fesyen lainnya.

Lia, begitu sapaan akrabnya, mendirikan Tonik sejak 2006 silam, selepas lulus kuliah dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti. Perempuan ini memilih dunia bisnis karena ogah menjadi anak buah. "Kebetulan saya tipikal orang yang tak ingin terikat waktu dalam bekerja," ucap dara berdarah Belanda ini.

Dara yang pengusaha ini memang punya pengalaman bagaimana tidak enaknya bekerja untuk orang lain. Pengalaman itu ia peroleh ketika mengikuti praktik kerja lapangan (PKL) semasa kuliah. Tiga bulan lamanya Lia magang di perusahaan periklanan. "Dari pengalaman itulah saya memutuskan untuk berwirausaha," tegasnya.

Keputusan Lia itu mendapat dukungan penuh sang orang tua. Apalagi Lia menggeluti usaha fesyen yang memiliki potensi pasar yang luas.

Pilihan Lia ternyata tak keliru. Kini, setelah bisnis fesyen itu berjalan lima tahun, meraup omzet lebih dari Rp 200 juta per bulan bukan lagi perkara sulit. Omzet itu berasal dari tiga gerai Tonik yang berlokasi di Tamini Square, La Piazza Kelapa Gading, Cilandak Town Square (Citos), dan di Surabaya Town Square (Sutos). "Hampir setiap gerai cenderung ramai pengunjung karena kami menyediakan produk remaja hingga dewasa," ujar Lia.

Di gerai Tonik itu, Lia menjual produk fesyen mulai dari harga Rp 10.000, seperti harga tiga pieces gelang, sampai harga termahal berupa tas wanita senilai Rp 175.000 per pieces. Produk andalan Lia adalah kaus printing, yaitu kaus wanita yang dipoles dengan motif yang dicetak secara digital. "Kaus ini kami jual Rp 55.000 per pieces," ungkap Lia.

Selain memasarkan lewat gerai, Lia juga juga memasarkan produk fesyen miliknya itu melalui reseller yang tersebar di kota-kota seperti Makassar, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Medan, dan Banjarmasin. Para reseller itu tentu turut menggembungkan omzet Lia.

Ebi Febrian, orang kepercayaan Lia yang sekaligus pengelola jaringan gerai Tonik, mengaku, kunci sukses Lia terletak pada inovasi. Lia menurut Ebi tak pernah berhenti melakukan inovasi desain fesyen. "Kami memiliki tim kreatif dan tim produksi yang selalu bekerja sama," ungkap Ebi.

Masih menurut Ebi, Lia adalah sosok yang tak pernah puas. Itulah yang membuat Lia selalu ingin mencari gagasan baru dalam produk fesyennya. "Perbedaan mendasar kami dengan toko sejenis adalah: kami selalu meluncurkan model dan warna produk baru tiap minggu," ujar Ebi.

Inovasi itu juga yang membuat pelanggan gerai Tonik loyal untuk belanja. Aneka produk dengan desain yang selalu baru membuat banyak pelanggan penasaran dan berniat kembali belanja. Kini, saban bulan, seluruh gerai Tonik itu mampu menjual 4.600 unit produk fesyen. "Hampir 30% omzet disumbangkan oleh reseller kami," terang Ebi.

Lia menambahkan, kelebihan lain dari usahanya terletak pada layanan. Ia mengaku tak sekadar memproduksi dan menjual saja, tapi juga melayani pesanan produk dari pelanggan. "Kalau ditanya apa keunikan gerai Tonik? Maka saya menjawab kami membuat apa yang kalian minta," terang Lia.

Selain itu, Lia menuturkan, kesuksesan dia berbisnis fesyen tidak terletak pada modal. Ia bilang, bisnis fesyen bisa berkembang jika dikerjakan langsung agar bisa melihat antusiasme pasar. "Dengan begitu, kami bisa menerima masukan dari pelanggan tentang produk kami," ucapnya.


 
Selasa, 29 November 2011 | 16:08  oleh Fahriyadi
INSPIRASI AMALIA THESSEN
Amalia: Modal boleh pas, yang penting tahu pasar (2)
Sukses Amalia Thessen dalam membangun bisnis busana dan pernak-pernik bermerek Tonik bukanlah semudah membalik telapak tangan. Dia harus bekerja keras untuk mewujudkan bisnisnya agar bisa seperti sekarang. Amalia mulai membangun bisnisnya itu sedari dia masih menjadi mahasiswa.
Bisa dibilang kesuksesan yang diraih Amalia Thessen dalam mengembangkan jaringan Toko Unik (Tonik) merupakan hasil perpaduan tekad, kemauan, kerja keras, dan keyakinan kuat. Amalia yakin, bisnis yang mampu menggiringnya ke arah sukses adalah bisnis fashion.
Bakat Amelia dalam berbisnis sudah nampak ketika dia masih duduk di bangku kuliah. Saat kuliah di semester lima, dara kelahiran 14 November 1984 ini memulai debut bisnis dengan menjual pin, kalung, dan gelang remaja. Amelia sadar betul bahwa mahasiswa di kampusnya yang cenderung melek mode dan fesyen adalah target pasar yang potensial. "Ternyata feeling saya tak salah, responsnya positif," ucap Lia.
Amelia menjual berbagai produknya juga sepadan dengan isi dompet mahasiswa, yakni mulai Rp 5.000 sampai Rp 35.000. "Saya juga memberi keringanan yang menarik, yakni bisa bayar dua kali," tandasnya.
Dengan jualan barang secara kredit itu, omzet Amelia bisa mencapai Rp 1,5 juta per hari. Ia bilang, dari usaha kecil-kecilan itu bisa membiayai kuliahnya hingga selesai. "Motivasi awal saya berjualan adalah untuk meringankan beban ibu saya yang kebetulan single parent," jelas Amalia.
Saat lulus kuliah pada 2006, keyakinan Amalia makin kuat bahwa bisnis adalah dunianya. Apalagi, sang ibu ketika itu mendukung penuh keinginannya tersebut.
Dengan modal cuma Rp 15 juta, Amalia mulai merintis usaha dengan mengikuti bazar to bazar di berbagai acara. Bagi Amelia tak masalah modal pas-pasan, yang penting dia paham dengan pasar yang bakal dia garap. "Saat itu modal saya belum cukup untuk membuka kios walau Tonik sudah terbentuk," ungkapnya.
Keseriusan Amalia di dunia bisnis itu juga dia tunjukkan dengan master plan bisnisnya. Dia mengungkapkan, Tonik adalah bagian kecil dari bisnis fesyen yang bakal dia tekuni. Namun, dalam jangka waktu berikutnya, Amalia tak sekadar hanya menjadi penjual.
Dia bertekad untuk sekaligus menjadi produsen. Dan Tonik adalah sarana yang tepat untuk menjual berbagai produk fesyennya tersebut.
Bagi Amelia tak ada rumus rugi dalam hitungan bisnisnya. "Saya tak pernah memikirkan rugi," ujar dara muda ini. Amalia beranggapan, asal terus berusaha dan berpikir positif, keberhasilan akan datang. "Wirausaha tak hidup dari gaji, jika tak ingin rugi harus selalu berkembang," imbuhnya.
Terus berkembang. Dua kata itulah yang tertanam dengan baik di benak Amalia. Itulah sebabnya, Amalia tak ragu sedikit pun ketika membuka gerai pertamanya di Tamini Square. Bagaimanapun, "Menjadi produsen bisa untung lumayan besar ketimbang menjadi reseller," tegasnya.
Amalia juga tak mau berpikir ribet dengan modalnya yang cekak. Bagi dia, mengelola modal cekak adalah seni tersendiri. Karena itulah, untuk menghemat modal, Amalia mengaku sengaja memproduksi tiap item barang dalam jumlah terbatas. "Itu cara juga menjadi cara jitu untuk menyiasati tak stabilnya harga bahan baku. Namun, di saat yang bersamaan ini juga menjadi strategi pemasaran bahwa barang yang kami produksi eksklusif atau limited edition," terang Amalia.
Tak heran meski kini ia bisa memproduksi dalam jumlah besar. Ia juga masih mempertahankan tradisi membuat barang dalam jumlah terbatas. "Tonik dikenal karena jumlah produk yang terbatas, jika stigma itu diubah saya khawatir kesan yang muncul adalah produk kami jadi pasaran," imbuhnya.
Strategi jitu yang dia kembangkan itu diakui oleh Yanti Riyanto, reseller Tonik yang telah bekerja sama selama tiga tahun dengan Amalia. Menurut Yanti, Amalia adalah seorang pebisnis muda yang hebat. Amelia selalu terbuka apabila diajak berdiskusi soal cara mengembangkan usaha. "Jarang saya menemukan anak muda seperti dia yang selalu berpikir jauh ke depan," puji Yanti.
Amalia juga sosok pengusaha yang rendah hati dan kreatif. "Amalia merupakan wanita pekerja keras yang selalu pandai memotivasi orang lain untuk terus maju," sanjung Yanti.


Rabu, 30 November 2011 | 13:48  oleh Fahriyadi
INSPIRASI AMALIA THESSEN
Amalia: Ingin maju, manajemen perlu dibenahi (3)

Walau Tonik terus berinovasi dari segi produk, model, dan warna, ternyata hal itu belum cukup membuat Amalia Thessen puas. Setelah enam tahun berjalan, ia merasa masih ada hal yang mengganjal dan bisa mempengaruhi kelangsungan bisnisnya ke depan, terutama mengenai manajemen dan pemasaran produk.

Memang bisnis fesyen dan aksesori yang dijual di Toko Unik atau Tonik bisa dibilang telah menimba sukses. Lihat saja, kini jaringan Tonik telah mampu menghasilkan duit ratusan juta rupiah per bulan. Namun kesuksesan itu tak lantas membuat si empunya Tonik, Amalia Thessen puas. Amalia merasa harus ada perbaikan dari segi manajemen agar usahanya ini dapat berkembang lebih melesat lagi.

Amelia mengenang, ketika kuliah, seorang karibnya menasihati, untuk mengembangkan usaha maka perlu manajemen yang baik, terutama mengenai manajemen keuangan. "Sobat saya bilang, usaha sudah punya pelanggan. Karena itu dengan manajemen yang baik pasti akan lebih berkembang," ujar Amelia mengenang nasihat sobatnya itu.

Nasihat itu memang tak berlebihan. Amelia mengakui, dia memang terlalu fokus dalam pengembangan fesyen dan aksesori. Baginya, manajemen maupun pengelolaan pemasaran masih dinomorduakan.

Perempuan yang mengaku idealis dalam hal fesyen ini berniat untuk membenahi dan menyusun sistem manajemen usahanya ini. "Bulan depan kami juga akan menggunakan jasa akuntan untuk mengaudit keuangan," beber Amelia.

Soal pemasaran pun bakal digarap lebih serius. Setelah memasang logo Tonik di paper bag dan produk seperti kaus, tas, dan dompet, kini Amelia berniat memasang logo Tonik di produk aksesori seperti gelang dan kalung. Selain itu, logo Tonik juga bakal mejeng di mana-mana. Kini logo itu baru tertempel di kendaraan operasional atau di lokasi bazar atau pameran.

Menurutnya, sistem manajemen dan pemasaran ini sangat penting. Maklum, pada 2012 nanti, Amelia berambisi membuka toko grosiran yang lebih besar. "Sebelum mencapai itu semua kami harus punya sistem manajemen yang kuat," ungkapnya.

Niat Lia untuk membuka toko grosiran sudah mulai ia rancang. Ia sudah menyiapkan tempat di Mal Ambassador, Jakarta Selatan. Ia menganggap pengunjung mal itu sesuai dengan segmen pasar yang dia garap. "Kami tak asal tunjuk tempat, kami sudah riset sebelumnya bahwa produk kami banyak juga yang dijual di tempat tersebut," tandasnya.

Ambisi Amelia lainnya adalah membuka Tonik di mal premium, sekaliber Grand Indonesia. Ia yakin, produk fesyen yang ditawarkan di Tonik bisa merepresentasikan produk fesyen lokal yang berkualitas yang tak kalah dengan produk impor.

Keyakinan itu dilandasi dari pengalamannya saat memproduksi dan menjual syal ikat dari bahan kaus, pada 2010 lalu. Tak dinyana, "Awal yang tidak disengaja itu ternyata sambutannya luar biasa besar," ujar Amelia.

Dalam sehari syal itu bisa terjual hingga 150 pieces dengan harga Rp 75.000 per buah. Amelia menyatakan, antusiasme pelanggan terhadap produknya itu lantaran syal tersebut hampir memiliki persamaan dengan syal yang dijual di toko retail premium seperti Zara.

Hal itu pun dibenarkan oleh Ebi Febrian, sekondan Amelia dalam mengelola Tonik. Menurut Ebi, produk syal tersebut seharusnya bisa menjadi ikon Tonik. Namun karena buruknya manajemen pemasaran syal tersebut, penjualan syal itu tak berlangsung lama karena kompetitor langsung berbondong-bondong membuat produk serupa. "Bisa dibilang Tonik pernah menjadi trendsetter dalam syal ikat sebelum muncul pemain lain yang ikut memproduksi syal serupa tanpa kami ketahui sebelumnya," ujar Ebi. Manisnya berjualan syal tersebut hanya bisa bertahan selama enam bulan.

Itulah sebabnya, Amelia menegaskan, ketika manajemen Tonik mulai kuat, ia bakal membangkitkan lagi produk yang pernah sukses dibesutnya seperti pin, sepatu lukis, dan syal ikat. "Karena tren pasar saat ini masih ke arah baju dan aksesori," tukas Amelia.

Yanti Riyanto, reseller Tonik di Jakarta menambahkan, kelebihan produk Tonik adalah banyaknya referensi soal model serta kreativitas yang dimiliki oleh Amelia dan tim kreatifnya membuat pelanggan tak pernah jenuh dengan produk yang dihasilkan. "Saya juga nyaman kerja sama dengan Tonik dan Amelia," pungkas Yanti.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/83799/Amalia-sarjana-seni-yang-sukses-buka-toko-fesyen-1-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/1322557697/83932/Amalia-Modal-boleh-pas-yang-penting-tahu-pasar-2-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84026/Amalia-Ingin-maju-manajemen-perlu-dibenahi-3-