Monday, January 31, 2011

Ciptakan Olahan dari Ubi Jalar

Ciptakan Olahan dari Ubi Jalar PDF Cetak E-mail
Minggu, 30 Januari 2011 08:24
Saat ini produk olahan ubi jalar yang dikenal oleh masyarakat, umumnya ditampilkan dalam bentuk semacam cemilan atau jajajan. Belum banyak pelaku usaha yang melirik, untuk mengolahnya menjadi sirup ataupun minuman ringan. Adalah Herlina Gustati, pengusaha makanan dan minuman yang nekat keluar dari zona kenyamanan dari seorang karyawan perusahaan pangan nasional beralih membuka usaha olahan ubi jalar.

sweetosDi bawah CV Pangindo Ditama, setahun terakhir ia merintis produk olahan ubi jalar dengan merek Sweetos. Hingga kini enam produk olahan tersebut telah menghiasi outlet-outlet ritel modern hingga restoran terkemuka di Jawa Tengah. Keenam produk olehan ini diantaranya sirup, minuman ringan, kue moci, french fries (ubi goreng), selai dan tepung. Semua produk ini berasal dari ubi jalar kuning dan ungu.

Ibu satu anak ini mengubah jalannya dari seorang karyawan bergaji jutaan rupiah menjadi produsen aneka makanan dan minuman dari ubi jalar. Modal yang digunakan Rp 100 juta untuk merintis usaha berasal dari tabungan 20 tahun bekerja di salah satu perusahaan pangan terbesar di Tanah Air.

Herlina tidak menyangka kenekatannya untuk berwirausaha dipicu oleh ketakutannya pada produk pangan sintetis. Karena tahu betul, bahaya produk pangan sintetis ini suami Harispohan itu terpicu untuk menghasilkan produk pangan yang sehat sekaligus bisa diterima baik oleh konsumen. Tapi mengapa melirik ubi jalar? Wanita yang hobi makan ini mengaku menggemari sejumlah makanan tradisional. Terutama ubi jalar. Menurutnya, ubi jalar yang bernama latin Ipomoea batatas L ini kaya akan senyawa antioksidan.

Ia pun tidak segan mengeluarkan tenaga dan uang yang tidak sedikit jumlahnya untuk melakukan riset. Karena itu, tak heran jika alumnus S1 Tekhologi Hasil Pangan Universitas Gajah Mada (UGM) ini mampu menguak sederet kandungan gizi ubi jalar. ’’Produk yang saya hasilkan adalah alami, butuh riset mendalam. Adapun komposisi yang tertera pada kemasan produk adalah hasil riset sendiri,’’ ujar wanita berjilbab itu.

Menurutnya, dengan mengembangkan produk berbahan baku alami turut menyelamatkan banyak orang dari bahaya radikal bebas.

Komponen radikal bebas tidak hanya dijumpai di udara saja, tapi juga bisa dari makanan yang tidak sehat dan berbahan pengawet. Karena itu, dalam setiap varian produknya, ia senantiasa memilih bahan pengawet alami. Seperti gula, garam, lengkuas, kunyit, lengkuas dan jahe.

Kini produk olahan ubi jalar tersebut telah menarik perhatian konsumen luas. Dalam sebulan, ubi jalar yang dibutuhkan bisa mencapai satu ton. Selain melalui pameran, ia pun tidak lagi kesulitan memasarkan produk tersebut. ’’Sudah banyak konsumen yang datang langsung ke rumah, mereka pun bisa langsung melihat proses produksinya,’’ ujar Herlina yang menyatukan tempat produksi dengan rumah tinggal di Jl Nangka Raya No 24, Semarang, Jawa Tengaah. (*/SM) Sumber: http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/wanita/6301-ciptakan-olahan-dari-ubi-jalar.html
  

Thursday, January 27, 2011

Aji Darmawan, Ogah Pensiun Memilih Berbisnis

Aji Darmawan, Ogah Pensiun Memilih Berbisnis PDF Cetak E-mail
Rabu, 26 Januari 2011 13:45
Berusia 60 tahun tak lantas membuat Aji Darmawan pemilik Saung Sunda memilih untuk pensiun. Meski usianya senja, Aji justru giat-giatnya berbisnis kuliner. Aneka masakan Sunda yang menjadi masakan favoritnya menjadi inspirasi untuk merintis usaha di Jalan Depok, Semarang, Jawa Tengah, sekitar empat tahun lalu.

rm_sunda”Berbisnis itu menyehatkan. Kalau saya pensiun tidak ada aktivitas sama sekali bisa-bisa malah sakit,” ungkapnya.

Pria yang memiliki dua cucu ini, awalnya menyukai masakan Sunda. Bersama menantunya yang asli Jawa Barat, Aji mencoba membuka usaha restoran makanan khas Sunda. Menu khas Sunda seperti ayam goreng gepuk, ikan bakar, iga bakar, nasi oncom, ayam goreng lombok ijo, tutug oncom, dan karedok menjadi masakan andalannya.

Menurut Aji, masakan Sunda adalah salah satu masakan menyehatkan, dan sesuai dengan cita rasa masyarakat Indonesia. “Membuka resto merupakan impian saya sejak dulu. Tadinya saya cukup bingung resto macam apa yang mesti saya buat. Dengan patokan agar semua orang suka, maka pilihan jatuh pada resto khas Sunda ini,” ujarnya.

Dalam mengelola restoran tersebut, pria kelahiran Semarang 23 September 1950 ini dibantu oleh menantunya. Aji sendiri turun langsung untuk mengontrol manajemen restoran. Menurut pria yang hobi olahraga ini, aneka masakan yang disajikan di restonya hampir semuanya spesial, baik dari menu masakan ikan, jerohan, lalapan sampai sambalnya. Demikian juga minuman yang ditawarkan dengan harga tidak memberatkan kantong kita.

Pria yang juga pebisnis di bidang tekstil ini mengaku, semua usahanya dia jalankan dengan penuh ketekunan. Aji lebih mengutamakan kualitas dan pelayanan dari masakan Saung Sunda miliknya itu. Ia tak memerlukan teori muluk-muluk dalam menjalankan bisnis. ”Terpenting masakan enak, pembeli menjadi senang, dan puas. Itu saja,” katanya.

Menjalankan bisnis kuliner bukan pertama kali dilakukan Aji. Bersamaan dengan bisnis Saung Sunda ini, Aji juga menekuni usaha di bidang perdagangan. Hampir semua usaha dia jalankan seperti tekstil, bahan bangunan, dan masih banyak lagi.

Berbuah hasil, usaha milik Aji kini semakin berkembang. Restoran Saung Sunda miliknya kini memiliki dua cabang di Semarang, yakni di Jalan Depok, dan Gelora Foodcourt Ruko Mataram Plaza.

”Prospek restoran Sunda di Semarang cukup bagus. Tak sedikit mereka yang menyukai masakan ini. Ke depannya, saya akan membuka cabang lagi di Semarang. Mengenai lokasi masih akan kami cari yang letaknya cukup strategis,” terangnya. (*/SM)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/6244-aji-darmawan-ogah-pensiun-memilih-berbisnis.html

Saturday, January 15, 2011

3 Kunci Temukan Gairah Entrepreneurship Sejati

PDF Cetak E-mail
Kamis, 13 Januari 2011 15:16
key_entPerjalanan menjadi entrepreneur tidak hanya mengenai sebuah pencapaian ekonomi atau sosial, tetapi lebih luas dari itu. Entrepreneurship bagi sebagian orang lebih cenderung pada panggilan jiwa. Panggilan jiwa tersebut menjadi dasar yang sangat kokoh untuk menjalani dunia bisnis yang persaingannya sangat ketat. Panggilan ini sering disebut sebagai true passion atau gairah sejati seseorang. Ibarat sebuah pohon, entrepreneur yang memiliki gairah sejati memiliki akar yang menghunjam dalam ke tanah, membuatnya tahan terhadap hembusan angin kencang. Dan bagaikan sebuah mobil, gairah menjadi sebuah kemudi yang menentukan arah kita untuk mencapai tujuan.

Sebagai seorang entrepreneur, untuk mencapai kesuksesan pertama kita harus mengenali gairah sejati kita masing-masing. Namun, salah satu hal terpenting untuk sebagian besar orang ialah kembali membahas pertanyaan dasar seperti:

* Mengapa saya di sini?
* Apakah alasan saya untuk hidup dan berada di sini?
* Apa sumbangsih penting yang akan saya berikan?

Saat seseorang buta tentang apa yang harus dilakukan dalam kehidupan, hal terbaik yang ia bisa lakukan ialah tidak melakukan apapun. Selama saat-saat yang sulit seperti ini, seorang justru tidak seharusnya membuat keputusan yang akan memberikan dampak besar pada kehidupannya. Carilah pengetahuan tentang diri Anda terlebih dahulu.

Tekanan-tekanan kehidupan cenderung menyebabkan orang menjalani kehidupan tanpa semangat, yang akhirnya menggiring kepada kepecundangan. Kehidupan yang biasa-biasa saja sudah terasa lebih dari cukup, seperti seorang anak sekolah yang sudah puas dengan nilai-nilainya yang sedang/ rata-rata dan masuk sekolah hanya agar lulus secepatnya. Atau tim basket yang puas dengan prestasi mereka sepanjang mereka tidak terdegradasi. Hal-hal seperti inilah yang menjadi musuh yang harus ditaklukkan sebelum mensabotase kehidupan kita.

Berikut ini ialah 3 poin kunci yang dikemukakan oleh Genevia Gee Fulbright mengenai bagaimana kita menemukan gairah sejati tersebut sementara pada saat yang sama juga bersikap  jujur pada diri sendiri dan setia pada tujuan kita:

* Diam dan tatap cermin Agar dapat menemukan gairah sejati kita, kita harus bercermin dan memperhatikan diri tak hanya secara fisik tetapi lebih mendalam. Batin kita. Saat kita benar-benar memperhatikan diri kita, kemampuan dan bakat kita, kita akan lebih mudah untuk mendapatkan pandangan yang lebih sesuai tentang gairah dalam hidup. Adakah sesuatu yang akan kita lakukan jika kita memiliki waktu luang? Hal apa yang sering kita lakukan tanpa banyak berpikir? Apakah itu menulis? Jika iya, maka kemungkinan besar kita adalah penulis. Apakah itu bisnis? Maka kemungkinan besar kita adalah pebisnis. Jadi mulailah hari dengan bercermin dan bertanya pada diri sendiri apakah dan siapakah diri saya ini.

* Nikmati yang sudah dimiliki Hal apakah tentang sifat manusia yang menyebabkan kita selalu mengabaikan hal-hal yang sudah kita miliki? Pebisnis cenderung bisa melihat siapa saja yang berbakat dalam potensi berpromosi tetapi sangat jarang menemukan bakat di depannya sendiri. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari rumput kita. Kenali kelebihan dalam diri dan sekitar kita dan gunakan sebaik-baiknya daripada terus menerus memandang dan memburu tanpa henti hal yang tidak kita miliki. Masyarakat kita harus diakui telah membentuk dan mengkondisikan kita sebagai pengikut, bukan pemimpin. Itulah mengapa banyak kita temui orang-orang yang sebenarnya hebat dan mampu tetapi belum mampu menunjukkan prestasi mereka secara maksimal. Maka dari itu, terimalah diri kita apa adanya, gunakan kelebihan kita dengan optimal.

* Kejarlah gairah Salah satu unsur yang hilang di kehidupan modern ialah gairah hidup. Banyak orang hanya menghabiskan waktu bercanda, menjalani kehidupan tanpa tekad dan gairah dalam benak mereka. Inilah waktunya bagi orang untuk mulai bangkit dan menunjukkan keunikan mereka sendiri dan berhenti berkata ‘tidak’ pada tantangan yang diberikan.

Sebagai entrepreneur, kita harus mengejar gairah sejati kita karena hanya itulah jalan menuju keberhasilan dan kepuasan hakiki. Jadi,siapkah Anda mengejar gairah  sejati Anda?

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/47-memulai-bisnis/5995-3-kunci-temukan-gairah-entrepreneurship-sejati.html

Thursday, January 6, 2011

Persiapan Negosiasi Ala Bill Gates

Tips Bisnis
PDF Cetak E-mail
Rabu, 05 Januari 2011 15:31
bill_gates_1Di tahun 1980, Bill Gates baru berusia 24 tahun dan hendak mengadakan negosiasi dengan perusahaan raksasa IBM. Saat itu Microsoft hanyalah perusahaan kecil dengan aset sekitar 7 juta dolar AS. Apabila dibandingkan IBM, Microsoft bukanlah tandingan yang sepadan. Kala itu, IBM berhasil menikmati angka penjualan yang fantastis yaitu sebesar 30 miliar dolar AS per tahun.

“Big Blue”, begitu IBM mendapat julukan, berniat untuk memperoleh hasil karya Microsoft untuk melapangkan jalannya mengembangkan komputer personal. IBM menganggap Microsoft -yang lebih kecil- dapat dijadikan sebagai sebuah batu loncatan untuk mempermulus usaha tersebut.

Saat perundingan dilaksanakan, Gates selaku pucuk pimpinan Microsoft dengan sangat cerdik mempersiapkan strategi dalam menghadapi IBM. IBM berkeinginan untuk membeli sebuah sistem operasi dari Microsoft senilai 175.000 dolar AS. Gates, yang menyadari bahwa IBM akan menggunakan kode program Microsoft dalam berbagai mesin kelak, menolak mentah-mentah tawaran IBM.

Tak hanya menolak, Gates juga berhasil membujuk IBM untuk masuk dalam ‘perangkap’ yang dibuatnya sendiri. Gates bersikukuh memegang kepemilikan atas MS DOS, dan lebih memilih untuk menunggu pemasukan royalti. Selain itu, Gates juga mempertahankan haknya untuk memberikan lisensi penggunaan MS DOS kepada pihak lain selain IBM. Hasil negosiasi ini terbukti sangat merugikan IBM dalam berbagai aspek, terutama keuangan.

Tentu Anda penasaran apa yang dilakukan Bill Gates hingga ia mampu menaklukkan raksasa industri komputer IBM dalam sebuah negosiasi. Inilah 3 prinsip negosiasi yang Gates gunakan saat itu, dan yang sebaiknya Anda gunakan juga mulai sekarang:

Prinsip 1: Tetapkan tujuan dan atur pikiranTanyakan pada diri sendiri sebelum memulai sebuah negosiasi, “Apa yang saya inginkan dan raih dari perundingan ini?” Tuliskan tujuan dan pikiran Anda di atas selembar kertas, dan bawalah selama perundingan.

Prinsip 2: Tetapkan batasan

Tentukan batasan Anda. Pikirkan tentang tawaran terbaik apa yang bisa Anda terima di dalam negosiasi tersebut. Kemudian pikirkan tentang tawaran terburuk yang bisa muncul dari pihak yang dihadapi. Batasan paling minimum seperti apakah yang bisa Anda terima? Hal maksimal apakah yang hendak Anda capai? Dengan mengetahui batasan-batasan penting ini sebelum memasuki arena perundingan, lebih kecil kemungkinan Anda untuk terhanyut dengan tawaran pihak lawan dan menyerahkan terlalu banyak hal untuk mendapatkan terlalu sedikit hal.

Prinsip 3: 'Baca' pikiran pihak lawan

Hal apa yang pihak lawan inginkan dari negosiasi tersebut? Apakah target minimal atau maksimalnya? Patut dicamkan juga bahwa hal yang menurut kita sepele bisa dianggap lawan sebagai sesuatu yang sangat berharga. Anda bisa pertimbangkan untuk mengorbankan hal-hal yang kurang vital tersebut untuk mencapai hal yang lebih krusial dari pihak lawan.

Ketiga prinsip di atas memang bukan aturan baku yang mutlak dan bersifat mengikat. Namun, dengan melaksanakannya kita akan lebih berpeluang untuk memenangkan pertarungan di meja perundingan.

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis.html?start=318

Monday, January 3, 2011

5 Pelajaran Berharga dari Sang Pendiri Wendy's

Hits : 3868 PDF Cetak E-mail
Senin, 03 Januari 2011 13:20
dave_thomasJika Anda penyuka makanan cepat saji a la negeri Paman Sam, nama “Wendy’s” tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda.  Logo Wendy’s yang sangat khas menampilkan warna merah menyala  dengan gambar seorang anak perempuan yang rambutnya dikepang dua.

Di balik Wendy’s, kita dapat temukan kisah perjalanan seorang entrepreneur yang mengagumkan, Dave Thomas (1932-2002). Dave yang menjadi pendiri jaringan restoran Wendy’s ini mengalami masa kecil yang cukup berat. Di usia 5 tahun, ibu angkatnya meninggal dunia. Ia kemudian diasuh oleh nenek angkatnya – Minnie Sinclair- hingga ayah angkatnya menikah lagi. Suami nenek angkatnya meninggal beberapa saat kemudian saat bekerja dalam sebuah proyek rel kereta api, dan untuk menyokong kehidupan empat anak, nenek angkatnya harus bekerja ekstra keras. Thomas mengatakan bahwa ia mendapatkan sifat rendah hatinya dari nenek angkatnya tersebut.

Thomas memiliki seorang ayah angkat yang menikah hingga tiga kali sehingga Dave harus mengikutinya dan berpindah –pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Dalam  birografinya, "Dave’s Way," Thomas berujar bahwa trauma masa kanak-kanak inilah yang memberikannya pelajaran mengenai pelajaran penting dalam berbisnis. Berikut ialah  5 pelajaran yang dapat Anda pelajari dari Dave Thomas untuk meraih keberhasilan bisnis di masa depan.

Pelajaran 1: Temukan orang yang peduliterhadap Anda dan belaajar dari merekaOrang-orang semacam itu biasa disebut dengan istilah “mentor”. Mereka bisa saja seorang anggota keluarga yang paling dekat dengan Anda, seorang tokoh yang Anda anggap sebagai panutan atau orang yang bisa memberikan Anda nasihat sederhana.

Bagi seorang Dave Thomas, Minnie Sinclair merupakan seorang figur yang bisa disebut sebagai panutan dan sumber inspirasi. Minnie di waktu mengasuh Thomas sering menunjukkan bagaimana pentingnya pelayanan dan perlakuan yang baik dan penuh rasa hormat terhadap orang lain. Pengenalan terhadap nilai-nilai positif ini membuat Dave Thomas muda mengetahui pentingnya peran nilai tersebut dan di masa dewasanya ia terapkan untuk membangun bisnis yang kokoh. Ia melayani setiap pelanggan dengan baik dan memperlakukan mereka seperti ia ingin diperlakukan, yaitu dengan sikap ramah tama dan hormat.

Pelajaran 2: Bermimpi lebih awal dan bangun tujuan Anda berdasarkan mimpi itu

Dave Thomas menganjurkan kepada para pemuda untuk menggunakan waktu yang ada untuk bermimpi dan mewujudkannya. Janganlah merasa ragu untuk bermimpi semasa muda karena waktu kita masih relatif lebih banyak.

Pelajaran 3: Belajar untuk Mandiri lebih awal

Dave Thomas memulai karir dan dunia kerja dari usia yang sangat muda. Pekerjaannya yang pertama ia dapatkan di usia 12 tahun. Ia bekerja di restoran “The Regas” di Knoxville, Tennessee namun harus mengalami konflik dengan sang majikan. Dave Thomas di usia 15 tahun pindah bersama keluarganya dan bekerja di Fort Wayne, Indiana di sebuah restoran bernama Hobby House Restaurant.

Pelajaran 4: Buat satu kemajuan setiap hari

Dalam berbisnis, membuat kemajuan kecil yang nyata setiap hari lebih terasa ringan dan berpeluang lebih besar untuk tercapai daripada membuat kemajuan besar dalam waktu yang relatif singkat.

Hal ini Dave Thomas lakukan saat bekerjasama dengan Kentucky Fried Chicken. Kolonel Harland Sanders yang kala itu ingin menemukan restoran yang bersedia menjadi mitra dalam bisnis waralaba KFC-nya tersebut bertemu dengan Dave yang bekerja di Hobby House Restaurant.

Thomas kemudian bekerja keras dan terlibat dalam berbagai proyek KFC. Ia melakukan usaha pengenalan merek pada konsumen dan memberikan saran-saran berharga pada perkembangan waralaba KFC. Di akhir dekade 1960-an, Thomas memutuskan menjual sahamnya di KFC dan memulai bisnis barunya, Wendy’s.

Pelajaran 5: Hargai pendidikan

Salah satu penyesalan paling besar Dave Thomas ialah saat meninggalkan bangku pendidikan. Ia memutuskan untuk keluar sekolah saat usia 15 tahun dan memilih untuk mencurahkan tenaga dan pikiran dalam pekerjaan penuh waktu di restoran Hobby House.  Meskipun begitu, ia tetap antusias mendapatkan ijazah sekolah menengah di usia yang tergolong tidak muda lagi, 61 tahun. Dave Thomas meraih ijazah kesetaraan pendidikan menengahnya setelah lolos dalam ujian General Educational Development di tahun 1993. Thomas melakukan ini karena ia khawatir akan mempengaruhi banyak generasi muda untuk meninggalkan bangku sekolah/ kuliah hanya untuk mengejar impian menjadi entrepreneur.

Karena itulah, hargai pendidikan dengan maksimal karena pendidikan (yang sesuai, relevan dan dapat diterapkan ) bisa meningkatkan dan mempercepat kemajuan bisnis kita.

Dave Thomas meninggal di Fort Lauderdale, Florida di tahun 2002. Ia meninggal setelah bertahun-tahun harus melawan penderitaan akibat kanker hati. Dave Thomas dimakamkan di Pemakaman Union di Columbus, Ohio. Di akhir hidupnya, Dave Thomas telah berhasil mendirikan 6.000 lebih gerai Wendy’s di Amerika Utara.

http://ciputraentrepreneurship.com/tips-bisnis/174-rencana-bisnis/5760-5-pelajaran-berharga-dari-sang-pendiri-wendys.html

Sunday, January 2, 2011

Analisis Keuntungan Bisnis Makanan

Views :8026 Times PDF Cetak E-mail
Minggu, 02 Januari 2011 08:58
bisnis_makanan1Keuntungan bisnis makanan bisa mencapai 100 persen. Tentu hal ini begitu menggiurkan dan banyak orang yang melirik bisnis kuliner. Namun, banyak orang yang bingung tentang cara menghitung modal usaha untuk memulai bisnis mereka. Simak cara Koko Hidayat, pengajar kursus memasak di Klub Nova, dalam menghitung modal dan variabel lain dalam memulai bisnis makanan.

Gambaran usaha
1. Bahan baku
Dalam pembuatan makanan, usahakan cari bahan makanan yang mudah ditemukan di toko, pasar tradisional atau mal. Disarankan untuk membeli bahan baku berkualitas, karena akan menghasilkan makanan lezat dan bergizi.

2. Perlengkapan usaha
Untuk skala usaha kecil dan menengah (UKM), lihat kembali dapur Anda, apakah ada perlengkapan dapur yang bisa digunakan. Kalau memang belum ada, disarankan membeli perlengkapan usaha dalam volume kecil terlebih dahulu.

3. Tenaga kerja
Dalam skala kecil, ada baiknya produksi makanan ditangani bersama keluarga. Karena selain tidak membayar tenaga kerja, kualitas bahan dan pembuatan makanan lebih terjaga. Lain halnya jika jumlah pesanan mulai meningkat, tidak ada salahnya merekrut tenaga kerja.

4. Kemasan
Cara mengemas makanan yang akan dijual perlu dipersiapkan. Usahakan kemasan menarik untuk memberikan nilailebih pada produk Anda. Banyak konsumen yang membeli makanan karena kemasannya yang cantik atau unik. Cara sederhananya, gunakan kardus polos yang ditempel stiker nama usaha atau merek makanan Anda. Jika usaha semakin berkembang, Anda bisa meningkatkan kualitas kemasan dengan memproduksi kardus berbagai ukuran dengan merek yang dicetak pada kardus.

5. Promosi dan penjualan
Banyak cara yang dilakukan untuk mempromosikan makanan seperti membuat spanduk atau kartu nama. Promosi dari konsumen melalui mulut ke mulut juga efektif, apalagi jika kualitas makanan Anda digemari pasar. Cara promosi lainnya adalah melalui website atau jualan online. Sebagai tahap awal, Anda bisa menitip penjualan makanan di kantin atau toko terdekat.

6. Penetapan harga
Harga jual tergantung segmen yang Anda bidik. Hal ini terkait dengan harga bahan dan besar keuntungan yang Anda inginkan. Biasanya keuntungan makanan antara 50-100 persen.

Biaya investasi
Alokasikan biaya investasi meliputi pembelian barang-barang yang akan digunakan untuk memproduksi makanan, dalam jangka panjang. Misalnya, oven gas, tabung gas, mixer, loyang, cetakan, timbangan, dan lainnya.

Biaya operasional
Biaya operasional adalah biaya tetap ditambahkan biata variabel. Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya penyusutan dari barang investasi. Misalnya oven diperkirakan dalam kondisi baik hungga empat tahun ke depan atau 48 bulan. Jadi, nilai penyusutan per bulan adalah 1/48 kali harga oven.

Sedangkan biaya variabel meliputi harga semua bahan atau jasa yang diperlukan selama sebulan. Seperti tepung, margarin, gula pasir, telur, upah tenaga kerja.

Menghitung keuntungan
Cara menghitung keuntungan adalah total penerimaan dikurangi biaya operasional. Sebagai simulasi, jika total penerimaan dalam satu bulan sebesar Rp 6 juta, sedangkan biaya operasional sebesar Rp 3 juta, maka keuntungan yang Anda bisa nikmati adalah Rp 6 juta dikurangi Rp 3 juta, yakni Rp 3 juta sebagai profit bisnis kuliner Anda. Mudah bukan? Selamat menjadi pengusaha! (*/Klub Nova)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/component/content/article/122-peluang-bisnis-perempuan/5735-analisis-keuntungan-bisnis-makanan-.html

Analisis Keuntungan Bisnis Makanan


Views :7741 Times PDF Cetak E-mail
Minggu, 02 Januari 2011 08:58
bisnis_makanan1Keuntungan bisnis makanan bisa mencapai 100 persen. Tentu hal ini begitu menggiurkan dan banyak orang yang melirik bisnis kuliner. Namun, banyak orang yang bingung tentang cara menghitung modal usaha untuk memulai bisnis mereka. Simak cara Koko Hidayat, pengajar kursus memasak di Klub Nova, dalam menghitung modal dan variabel lain dalam memulai bisnis makanan.

Gambaran usaha
1. Bahan baku
Dalam pembuatan makanan, usahakan cari bahan makanan yang mudah ditemukan di toko, pasar tradisional atau mal. Disarankan untuk membeli bahan baku berkualitas, karena akan menghasilkan makanan lezat dan bergizi.

2. Perlengkapan usaha
Untuk skala usaha kecil dan menengah (UKM), lihat kembali dapur Anda, apakah ada perlengkapan dapur yang bisa digunakan. Kalau memang belum ada, disarankan membeli perlengkapan usaha dalam volume kecil terlebih dahulu.

3. Tenaga kerja
Dalam skala kecil, ada baiknya produksi makanan ditangani bersama keluarga. Karena selain tidak membayar tenaga kerja, kualitas bahan dan pembuatan makanan lebih terjaga. Lain halnya jika jumlah pesanan mulai meningkat, tidak ada salahnya merekrut tenaga kerja.

4. Kemasan
Cara mengemas makanan yang akan dijual perlu dipersiapkan. Usahakan kemasan menarik untuk memberikan nilailebih pada produk Anda. Banyak konsumen yang membeli makanan karena kemasannya yang cantik atau unik. Cara sederhananya, gunakan kardus polos yang ditempel stiker nama usaha atau merek makanan Anda. Jika usaha semakin berkembang, Anda bisa meningkatkan kualitas kemasan dengan memproduksi kardus berbagai ukuran dengan merek yang dicetak pada kardus.

5. Promosi dan penjualan
Banyak cara yang dilakukan untuk mempromosikan makanan seperti membuat spanduk atau kartu nama. Promosi dari konsumen melalui mulut ke mulut juga efektif, apalagi jika kualitas makanan Anda digemari pasar. Cara promosi lainnya adalah melalui website atau jualan online. Sebagai tahap awal, Anda bisa menitip penjualan makanan di kantin atau toko terdekat.

6. Penetapan harga
Harga jual tergantung segmen yang Anda bidik. Hal ini terkait dengan harga bahan dan besar keuntungan yang Anda inginkan. Biasanya keuntungan makanan antara 50-100 persen.

Biaya investasi
Alokasikan biaya investasi meliputi pembelian barang-barang yang akan digunakan untuk memproduksi makanan, dalam jangka panjang. Misalnya, oven gas, tabung gas, mixer, loyang, cetakan, timbangan, dan lainnya.

Biaya operasional
Biaya operasional adalah biaya tetap ditambahkan biata variabel. Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah biaya penyusutan dari barang investasi. Misalnya oven diperkirakan dalam kondisi baik hungga empat tahun ke depan atau 48 bulan. Jadi, nilai penyusutan per bulan adalah 1/48 kali harga oven.

Sedangkan biaya variabel meliputi harga semua bahan atau jasa yang diperlukan selama sebulan. Seperti tepung, margarin, gula pasir, telur, upah tenaga kerja.

Menghitung keuntungan
Cara menghitung keuntungan adalah total penerimaan dikurangi biaya operasional. Sebagai simulasi, jika total penerimaan dalam satu bulan sebesar Rp 6 juta, sedangkan biaya operasional sebesar Rp 3 juta, maka keuntungan yang Anda bisa nikmati adalah Rp 6 juta dikurangi Rp 3 juta, yakni Rp 3 juta sebagai profit bisnis kuliner Anda. Mudah bukan? Selamat menjadi pengusaha! (*/Klub Nova)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/component/content/article/122-peluang-bisnis-perempuan/5735-analisis-keuntungan-bisnis-makanan-.html#comment-1485